Sinergitas Pengalaman Spiritual dengan

- 96 - ralitas yang baik dan pengetahuan yang luas. Pen – tingnya pengetahuan empirik melalui fakta inderawi dan penalaran logis melalui nalar sebagai langkah awal untuk menangkap pesan-pesan yang berisi identitas, persoalan-persoalan, dan objek-objek spiritual; disam – ping itu sebagai persiapan untuk memahami tingkatan pengalaman yang lebih tinggi. Potensi masing-masing aspek keperibadian itu adalah perlengkapan-perlengkapan yang menempati level tertentu; dan dengan caranya masing-masing me – reka dapat menemukan akses menuju pengalaman dan pengetahuan yang terendah sampai yang tertinggi. Dunia eksternal sebagai dunia aspek jasmani adalah dunia yang dapat mengantarkan pada pengalaman dan pengetahuan pada empirik. Apa yang dicapai oleh in – dera dapat berfungsi sebagai bayangan dan peta ten – tang sifat yang berada di luar jangkauannya sehingga dapat dijadikan pijakan informasi tentang wilayah di luarnya. Begitu pula pengetahuan rasional dapat mem – berikan arah yang logis bagi pencapaian pengalaman spiritual. Oleh karena itu setiap jenis pengalaman dan pengetahuan memberikan petunjuk yang berguna un – tuk mencapai pengetahuan tertinggi. Di dalam semua kondisi yang dapat melibatkan seseorang untuk men – ciptakan situasi yang dapat menuju pada pendakian spiritual maka tingkat pemahamannya terhadap semua realitas merupakan suatu kondisi yang amat penting dari total semua kondisi. - 97 - Seseorang biasanya berangkat dari fakta empirik dan atau pemahaman rasional untuk memperoleh ber – bagai pengetahuan dan pengalaman karena fakta-fakta itu berada dalam lingkungan terdekatnya bagi aspek jasmaniyahnya. Kondisi lingkungan empirik dan rasio – nal harus diciptakan sebagai kondisi yang mendorong perolehan pengalaman spiritual. Semua pengalaman yang dicapai oleh seseorang merupakan akumulasi da- ri pengalaman sebelumnya disamping itu dapat dinya – takan pula bahwa frekuensi terjadinya pengalaman spiritual lebih memudahkan untuk mencapainya pada kesempatan berikutnya. Berbagai ilmu yang dihasilkan oleh penginderaan dan penalaran mempunyai banyak kelemahan namun demikian ia masih memberikan akses untuk dapat me- nerima kebenaran dalam wilayahnya dan shahih pada levelnya. Pengalaman empirik tidak selamanya tidak memberikan manfaat walaupun belum mampu mem – berikan keyakinan yang pasti. Keberadaan ilmu baik yang didapat melalui observasi penginderaan maupun nalar membantu untuk melengkapi aspek pengetahuan tentang sesuatu. Orang yang menolak pengetahuan empirik sensual secara mutlak karena sekedar melihat kelemahan-kelemahan dan validitasnya yang rendah berarti ia mengingkari kehidupannya di dunia ini yang bersifat empirik. 33 Namun pengalaman lain yang di – 33 Pembelaan terhadap agamapun tidak boleh dengan cara mengingkari terhadap pengetahuan empirik dan rasional. Orang yang beranggapan - 98 - capai oleh orang yang dekat kepada Tuhan dan men – capai musya hadah dan muka syafah adalah orang yang telah menempuh jalan untuk menfungsikan semua as – pek kepribadiannya untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman di alam dunia pada dasarnya hanya bisa dicapai melalui usaha dan dengan cara hidup di dalamnya; demikian pula pengalaman bahwa pengetahuan ini tidak ada hubungannya dengan agama sehingga ia tidak mengakui kebenaran tentang gerhana matahari atau bulan, karena semata disampaikan oleh golongan empirisme adalah mengandung bahaya yang tidak kecil. Tatkala hal demkian didengar oleh orang yang mengerti betul tentang hukum dan gejala alam, dan diperkuat dengan dalil yang pasti dan tidak dapat diragukan lagi, maka ia bisa menarik kesimpulan bahwa agama dibangun atas kebodohan semata dan mengingkari terhadap pengetahuan yang secara empiris sudah pasti. Maka ia semakin sulit untuk menerima dakwah Islam –yang mengandung pemberitahuan tentang penge– tahuan spiritual yang tak dapat disanggah keshahihannya- dan bahkan semakin kuat untuk tetap berdiri pada pendiriannya. Golongan mutakallimin telah tergerak motivasinya untuk membela al-Sunnah dengan argumentasi yang logis dan indah sehingga dapat menyingkap kesimpang-siuran ahli bid ah yang perbuatannya sudah banyak menyimpang dari ajaran al-Sunnah. Mereka membela akidah yang benar-benar diterima secara asli dari Nabi Muh}ammad, dan mem – perbaiki bagian-bagian yang telah dirusak oleh ahli bid ah. Ketika ilmu ini mengalami kemajuan yang pesat dan banyak orang menaruh simpati kepadanya, ia melangkah lebih jauh untuk mengadakan pembahasan berbagai elemen hukum. Walaupun ilmu yang rasional ini tidak bisa memberikan kejelasan dan penerangan jalan yang meyakinkan, namun al Ghazali dapat menerima kepastian pengeta – huan yang rasional ini sebagai pengetahuan yang kredibel berkat cahaya Tuhan yang tercampak ke dalam hati. Abu H}amid Muh}ammad bin Muh}ammad al Ghazali, al-Munqidz min al-Dlala l,…,. hlm. 13-27. - 99 - dan pengetahuan spiritual hanya bisa dilalui bila aspek spiritual hidup dan berada di dalamnya. Pada suatu sisi aspek spiritual harus hidup di a lam al-amr alam perintah tetapi pada sisi yang lain -untuk memenuhi hasrat ingin tahunya- ia harus menjelajah alam dunia melalui instrumen jasmaninya. Untuk kembali ke alamnya sendiri setelah menjelajah dunia fenomenal al-khalq ia harus melepaskannya. Pengetahuan yang tidak dicapai dengan indera dan penalaran dapat dicapai melalui wahyu dan ilham, yaitu sesuatu yang ditancapkan ke dalam hati. Dengan demikian rasa ingin tahu sebagai fitrah seseorang ter – masuk pengenalan terhadap Tuhan tidak harus dibata – si pada pengetahuan dan atau pengenalan inderawi maupun penalaran. Ketika aspek spiritual memuncul – kan pengalamannya dalam dunia fenomenal ia dapat menjadikan pengalaman dan pengetahuan di alam du – nia ini sebagai petunjuk dalam memberikan analog- analog pengalaman yang didapat dari alam yang per – nah disinggahinya. Beberapa objek spiritual yang dapat ditanggapi oleh indera maupun nalar dalam wacana filosofis sebenarnya telah melalui beberapa eksistensi, yaitu mulai dari munculnya objek tersebut pada tingkat spiritual sebagai cerminan kehendak-Nya, kemudian mewujud ke taraf yang lebih rendah sebagai sesuatu yang muncul di a lam al-amr, selanjutnya objek-objek tersebut menjadi nyata dan dapat ditangapi oleh penalaran atau indera. Oleh sebab segala wujud berasal dari kehendak- Nya yang tertampung dalam alam al- - 100 - amr maka wujud makhluk itu pada dasarnya dari sum – ber yang satu. Ketika seseorang kembali dari relasi dirinya ke dunia fenomenal –ketika mengadakan re– presentasi pengetahuan dan pengalamannya secara introvertif-, maka yang tampak dalam tatanan penge – tahuannya adalah pancaran pengetahuan yang berasal alam lain. Pengalaman spiritual masuk dalam tatanan fenomenal lewat sistem emanatif atau pencerahan yang bersifat transparan. Produk pengetahuan semacam itu lahir dan tampil melalui kemampuan penerimaan ilham -informasi ghaybiya t- dan kemudian diterjemah – kan oleh kemampuan menalar. Kemampuan menalar pengalaman sipritual merupakan sinergi antara yang lahir dengan yang batin; dan sinergi inilah yang akan meningkatkan validitasnya. Dari berbagai pandangan itu bahwa untuk sampai pada derajat pengetahuan tertentu dapat melalui jalan- jalan seperti di bawah ini baik secara sendiri-sendiri atau sinergi antara: 1. Dengan pengamatan bahwa sesuatu yang bersifat fisik atau material dapat dikenal sebagai suatu realitas bendawi. 2. Dengan jalan berpikir bahwa pengetahuan nalar melalui refleksi terhadap suatu objek dengan cara argumentasi. 3. Dengan jalan musya hadah, bahwa dengan kesadaran batin dan dzawq dapat menyaksikam dan mera – sakan sendiri sesuatu yang dialami. - 101 - Dengan demikian kemampuan memperoleh pe- ngetahuan bisa dengan cara rangsangan –melalui tang– gapan inderawi-, berpikir, dan dengan melalui wahyu atau ilham. 34 Untuk mencapai tingkat tertinggi dalam pengenalan ini perlu menertibkan dan mengatur fung- 34 Sesuatu yang biasa dikerjakan oleh seseorang untuk mendapatkan ilham atau sering kali diidentifikasikan dengan ru yah al-shadiqah ؤرلا بصلا ةق mimpi yang benar dalam rangka untuk mandapatkan petunjuk, dengan usaha untuk membuat kondisi kesiapan menerima al-kasyf dan ilham dengan cara takhalli, meninggalkan yang mengalihkan perhatian kepada selain Tuhan, dan tahalli. Yasir Nasution, Manusia...; hlm. 154. Sedangkan yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang - terutama dalam memilih beberapa pilihan yang sulit- dengan menye – lenggarakan shalat istikharah ة بختساا shalat untuk meminta petunjuk dalam memilih pilihan yang benar. Petunjuk yang ditunggu biasanya didapatkan dalam mimpi setelah melakukan shalat. Dengan demikian mimpi yang benar merupakan bagian dari petnujuk Tuhan, bahkan N. Ibrahim mendapatkan wahyu dalam bentuk mimpi yang benar, Karena mimpi yang benar berasal dari malaikat, kadang-kadang merupakan pengetahuan yang didapat langsung dari Tuhan, sedangkan mimpi yang tidak benar berasal dari setan. Abu al-Qasim al- Qusyayri, Risalah al-Qusyayriyah fi Ilm al-Tashawwuf, Birut: Dar al- Khair, [tt], hlm. 366. Terjadinya mimpi secara umum bilamana fantasi tidak disibukkan untuk penginderaan, baik waktu sadar atau tidur. Daya fantasi tertarik bersama jiwa rasional ke arah Akal Aktif; kemudian akal menyaksikan yang ada di dalamnya dan me – ngirimkannya ke dalam fantasi, sehingga menjadi sesuatu yang dapat dilihat dan didengar. Muhammad Utsman Najati, Jiwa...; hlm. 232. Peristiwa seperti ini memerlukan kecermelangan hati sebagaimana ditunjukkan dengan ibadah shalat untuk membersihkannya. Bagi ahli tashawuf mimpi yang benar diperoleh dengan jalan penyucian hati sebersih dan sebening mungkin seperti cermin yang siap menerima bayangan yang dipantulkan ke dalamnya. Pengenalan seperti itu tidak dalam keadaan sadar biasa, tetapi lebih mirip dengan orang yang sedang mimpi. - 102 - si-fungsi dari semua aspek kepribadian seseorang seca – ra baik. Caranya adalah berangkat dengan mengenali sifat dirinya, meneliti rahasia kepribadiannya, sifat-sifat dan karakter-karakternya agar diketahui masing-ma – sing potensinya supaya memudahkan pembinaannya sesuai sifat dan karakternya. Pentingnya penekanan pada aspek spiritual tidak harus menghalangi sese – orang untuk mengembangkan aspek yang lain. Setiap aspek dari struktur keperibadian mempunyai hu – bungan dan orientasi terhadap objek yang berbeda namun bila diperlukan dapat dibangun suatu sinergi inklusif yang saling mendukung terhadap tujuan masing-masing. Seperti pengalaman spiritual yang diobjektivikasi sedemikian rupa memungkinkan untuk diimplementasikan dalam dunia fenomenal. Kadang- kadang implementasinya bertindak sebagai penajam terhadap perolehan pengalaman dan pengetahuan spiritual berikutnya. Dari sisi ini terdapat hubungan timbal balik antara pengalaman spiritual dengan dunia fenomenalnya; dan bila timbal balik seperti tersebut telah menjadi kebiasaan maka proses perolehan penga- laman dan pengetahuan spiritual berikutnya lebih cepat didapat. Karena aspek spiritual ini dapat mene – rima timbal balik maka setiap sikap dan tindakan seseorang dapat mempengaruhi terhadap kondisi as – pek spiritualnya. Demikian pula dimensi eksternal dan material kadang-kadang masih diperlukan ketika se – seorang mempersiapkan diri melakukan usaha-usaha menuju transendensi pengalaman spiritualnya. - 103 - Ketika seseorang mendapatkan pengalaman yang perlu diterjemahkan ke dalam pengetahuan kognitif, - bila direnungi dengan cara nalar dan diarahkan ke da – lam diri introspektif maka pengalaman itu disusun dan dikonseptualisasikan sehingga difahami oleh na – lar- bentuk pengetahuan semacam ini bisa bersifat nalar. Akibatnya ia dapat diterima oleh nalar dan dapat difahami sebagaimana seseorang memahami sesuatu melalui nalarnya. Dengan demikian pengetahuan dan pengalaman apapun yang datang kepada seseorang dari berbagai domein kepribadiannya memberikan kontribusi terha – dap pemahaman sesuatu yang sedang hadir dan diha- dapi seseorang. Seorang yang mempunyai pengalaman spiritual lebih memungkinkan untuk memahami ke saling terkaitan antara domein kehidupan masa kini dan disini dan mencapai makna yang ada di dalamnya. Dapat dikatakan pula bahwa terdapat sinergi beberapa pengalaman dan pengetahuan seseorang baik dari macamnya maupun arah kedatangannya. Semakin ia memahami keterkaitan segala yang ada maka segala sesuatu yang dihadapinya difahami dengan lebih kon – prehensif dan lebih integral. Dengan pengalaman spiritual seseorang memungkinkan menciptakan nilai- nilai yang sesuai dengan sifat-sifat kemanusiaan yang terdalam. Pengalaman spiritual sebagai kondisi yang selalu bergerak dinamik memberikan isi kepada tiap pengetahuan secara tidak terbatas. Orang yang tidak mau dan mampu menerima pengalaman spiritual ma – - 104 - ka pengetahuannya sangat terbatas bahkan penyemba – han terhadap Tuhannya adalah dalam bentuk sesuatu yang ia persepsi sesuai dengan kemampuan nalarnya sehingga objeknya adalah konsep dan bukan realitas. Pengetahuan dan pengalaman seseorang ditopang dari berbagai domein kepribadiannya yang harus disi – nergikan antara kemampuan fisik, psikis dan aspek spiritualnya untuk mencapai tujuan akhir dari kehi – dupannya. Masing-masing domein mempunyai potensi yang berbeda tetapi perlu mendapatkan pemeliharaan, latihan dan pendidikan sesuai dengan karakternya masing-masing. Seseorang tidak boleh hidup hanya untuk aspek jasmaniahnya saja kalau ia tidak ingin terjerumus pada derajat hewan; bahkan keperluan terhadap perkembangan penalaran dan spiritual mut – lak penting. Menjadi tugas pendidikan untuk mencip- takan situasi dan kondisi yang kondusif bagi perkem – bangan aspek fisik, psikis, dan spiritual supaya setiap orang dapat berusaha menciptakan pemenuhan kebu – tuhan fisik, psikis dan spirtitualnya. Sungguhpun sese- orang hidup dalam lautan materi tetapi ia tidak harus menyelewengkan hatinya dari tujuan utamanya. Bah – kan yang diharapkan dari latihan dan pendidikan adalah sinergi yang harmoni antara semuanya. Sema – kin kuat tatanan eksternal mendorong dan menggerak – kan tatanan internalnya semakin besar kemungki – nannya terjadinya pengalaman spiritual. - 105 - Disamping itu pengalaman spiritual dapat dira – sakan implementasinya dalam alam eksternal dan se- makin intens pengalaman spiritual yang dicapai oleh seseorang semakin intens pula implikasinya tehadap penghayatan, pemahaman dan tindakannya di alam eksternal. Tesis ini mengindikasikan bahwa seseorang dapat bolak balik memperoleh dan mengimplementa – sikan pengetahuan dan pengalamannya pada sisi ma – terial dan spiritual dengan kesimbangan proporsional.

H. Integrasi Pengetahuan dan Pengalaman

Empirik dan Rasional dengan Pengalaman Spiritual Mengenal Tuhan sebagai pengalaman yang paling tinggi tingkatannya dan merupakan masalah yang pa – ling penting yang seharusnya setiap orang melakukan daya upaya dan mengerahkan segenap tenaga guna memperoleh keutamaannya karena pengalaman itu adalah ilmu yang haqq benar dan sebagai sumber se – gala pengetahuan yang ada. Persoalannya menjadi sulit untuk dibahas dan diimplementasikan dalam praktik kehidupan sehari-hari karena tidak kasat penginde – raan; dan kadang-kadang menyimpang dari ukuran logika normatif. Hanya Tuhanlah realitas tertinggi yang harus dikenal lebih dahulu sebelum yang lain tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Hal ini menjadi wajar karena realitas tertinggi tidak punya oposisi, se – perti sesuatu yang dikenal melalui lawannya. Penge – - 106 - nalan melalui perbandingan seperti: siang karena adanya malam memang akrab bagi kebanyakan orang. Tuhan sebagai realitas tertinggi adalah dzat yang ter – lalu jelas tetapi menyulitkan bagi yang ingin mengenal dan menyapa -Nya. Tuhan mengetahui yang ghaib dan yang nyata dan tidak seorangpun yang dapat menge – nalnya kecuali orang yang dikehendaki -Nya. Orang yang dikehendaki-Nya mendapatkan limpahan cahaya ilmu -Nya sehingga ia bisa mengetahui segalanya ter– masuk sesuatu yang berada di bawahnya. Pengalaman spiritual adalah abstrak dan bersifat pribadi, yaitu pengalaman yang dicapai tidak disertai penyaksian orang lain atau orang lain tidak dapat disertakan di dalamnya. Kejelasan pengalaman yang diterimakan kepada seseorang sebanding dengan ke – bersihan hatinya. Orang yang mengalaminya me – mungkinkan ia mengambil inferensi objektif darinya. Pada keadaan tertentu pengalaman itu tidak mem – punyai batas logis yang bisa menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang biasanya dihubungkan orang, impulsif, tak terkendalikan bertindak berdasarkan im – pul, kadang-kadang meracau melantur, berprilaku aneh atau ganjil, kehilangan kemampuan menikmati hubungan sosial dan biasanya dibarengi dengan meng – hindari orang lain untuk jangka waktu tertentu. 35 35 Karen Amstrong, Sejarah Tuhan, penterj.: Zainul Am, Bandung: Mizan, 2002, hlm. 245.