Eliminasi Pengalaman Empirik dan Rasional

- 89 - penalaran dan pandangan spiritual. 25 Seperti diyakini oleh banyak orang bahwa pengetahuan terdiri subjek, objek dan tindak mengetahui. Terjadinya tindak pe – ngetahuan dilandasi oleh kesadaran subjek terhadap suatu objek. Disamping itu terdapat pengetahuan esen – sial dan tidak memerlukan pemisahan antara subjek dan objek. Walaupun perlu dipertimbangkan pula bahwa masing-masing alat pencerapan itu mempunyai spesi – fikasi tersendiri yang tidak bisa dijustifikasi oleh pen- cerapan yang lain. Pengetahuan yang diperoleh melalui tanggapan inderawi semata beserta perangkat-perang- katnya tidak mampu mengantarkan pengenalan terha- dap sesuatu yang bersifat abstrak dan non fisik. Ke – mampuan inderawi sebatas pengenalan dan tanggapan terhadap sesuatu yang bersifat fisik dan material. Objek yang tidak dapat ditanggap oleh indera tidaklah dapat dianggap sebagai sesuatu yang tidak ada; dan akan 25 Sesuai dengan tingkatan penerimanya, kesadaran untuk mencerap pengetahuan terdiri dari: a. Kesadaran inderawi, yang menghasilkan pengetahuan dalam pengalaman yang empirik sensual. b. Kesadaran rasional yang menghasilkan pengetahuan yang eksak dan logis c. Kesadaran spiritual yang menghasilkan pengetahuan dan pengalaman yang berbeda dengan keduanya. Secara epistimologis mengetahui dengan jalan emanasi wujud awal ke dalam diri seseorang. Mehdi Ha iri Yazdi, Ilmu...;., hlm. 210. - 90 - menjadi ada bilamana didekati dengan cara dan dari aspek pencerapan yang lain. Pengetahuan inderawi berhubungan dengan aspek lahir; dan diperoleh dari rangsang dan respon. Persepsi inderawi seperti peta buta yang masih memerlukan petunjuk ke arah mana sesuatu mesti ditelusuri tetapi juga merupakan lapangan lepas landas bagi pengeta – huan yang lain. Disamping itu terdapat kekuatan nalar yang betul-betul sangat luas dan dapat mengetahui objek abstrak tetapi sebatas dapat dipikirkan secara logis. Pengetahuan nalar dicirikan dengan hubungan antara subjek dan objek yang bersifat koresponden- sial. 26 Indera bagaikan lima pintu yang terbuka terhadap dunia fenomenal tetapi nalar dapat mencermati secara logis obyek-obyek rasional. Seperti pengetahuan ta – shawwur روففصتلاkonsepsional diperoleh melalui kon– sepsi dan definisi. 27 Sesuatu menjadi jelas bagi pena – laran ketika definisi yang dirumuskan mudah terfa – hami dan mudah dimengerti. Disamping itu terdapat pengetahuan tashdi q قيدفصتلاkonfirmasi diperoleh de– ngan inferensi. Pengetahuan seperti ini biasanya ditarik 26 Pengetahuan korespondensi adalah pengetahuan yang didasarkan pada pengenalan seorang akan dirinya sendiri sebagai subjek yang berkorespondensi dengan dunia eksternal yang terdapat di luar dirinya. Sebelum berhubungan dengan objek eksternal ia mengetahui dirinya dan pada saat ia mengetahui sesuatu objek eksternal bahwa ia sedang mengetahui tentang dirinya sebagai subjek yang mengetahui. 27 Mehdi Ha iri Yazdi, Ilmu...; hlm. 80 - 91 - berdasarkan premis-premis sebagaimana terdapat da – lam sillogisme. Dengan asumsi bahwa jangkauan yang paling jauh yang bisa dicapai oleh indera dan nalar pasti bukanlah Tuhan maka penginderaan maupun penalaran tidak menyentuh realitas pengetahuan yang sebenarnya. Pe – nalaran sesungguhnya tidak dapat menegaskan sesua – tu yang bersifat spiritual tetapi penalaran itu menerka- nerka dan bersifat spekulatif. 28 Penalaran dapat mene – gaskan dimensi transenden tentang eksistensi tetapi penalaran tidak dapat mengenal hal-hal yang lebih dekat pada penalaran itu sendiri, seperti penalaran hanya dapat mengetahui adanya Tuhan dan tidak da- pat mengenal-Nya. Bagaimanapun kemampuan nalar tak dapat menjangkau masalah ketuhanan yang meta – fisik karena keberadaannya jauh lebih tinggi dari pada penalaran. Tetapi apabila seseorang telah terbebaskan dari arah yang serba fenomenal dan rasional kemudian ia masuk dalam wilayah yang absolut ia akan mene – mukan sesuatu yang berbeda dengan yang pernah di – capai oleh penginderaan maupun penalaran. Pengenalan tentang Tuhan berada di luar peng – inderaan dan pengetahuan kognitif karena Tuhan bera – da di atas jangkauan nalar, pengertian, pemahaman, dan pengetahuan maka untuk mengenal-Nya tidak cu – kup dengan hanya bertumpu pada penginderaan dan 28 Mir Valiudin, Tasawuf dalam al-Qur an, penterj.: Pustaka Firdaus, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993, hlm. 97 - 92 - penalaran. Di balik indera dan nalar ada kondisi- kondisi lain yang berupa keajaiban-keajaiban yang tak terjangkau oleh indera maupun nalar kecuali aspek spi- ritual. Mengenal kebesaran-Nya jauh melampaui ke – mampuan pemahaman seseorang dan hanya mungkin diketahui melalui aspek spiritualnya ketika ia menda – patkan pancaran cahaya yang menerangi segala sesua – tu sehingga yang sebelumnya samar menjadi jelas. Sesuatu yang bisa dicapai oleh berbagai tingkatan aspek pencerapan seseorang itu –indera, nalar maupun spiritual itu hanya valid pada levelnya saja tetapi yang lebih tinggi memayungi yang lebih rendah, seperti pe – ngetahuan yang dicapai aspek spritual dapat membe – rikan justifikasi dan penilaian terhadap pengetahuan nalar dan inderawi, begitu juga pengetahuan rasional terhadap pengetahuan inderawi. Daya persepsi dan daya memahami yang ditopang oleh pengalaman spiritual itu jauh melampaui kemam – puan dan jangkauan indera dan pikiran biasa. Penga – laman empirik mengelaborasi objeknya melalui peng – inderaan, penalaran melalui daya pikir, dan penga – laman spiritual berpartisipasi dalam kejadian itu sen – diri. Kepastian yang diperoleh dari pengalaman itu bukan bersifat argumentatif yang tersusun rapi maupun logis melainkan bersandar pada cahaya Ilahi. Argumen seperti ini cukup mengesampingkan alasan positif apapun bagi kemungkinan pengalaman spiritual dalam keadaan subtansialnya menjadi pengetahuan - 93 - reprsentasional empirik yang dibahas pada sebuah ru – jukan empirik. 29 Mengetahui yang asal sangat penting karena mempunyai arti mengetahui hakikat segala yang ada. Selama ini -sebagai contoh- penulusuran terhadap sumber primer dapat meningkatkan atau mendorong terhadap validitas data inderawi maupun penalaran maka penelusuran terhadap sumber atau asal-usul se – gala pengetahuan dan pengalaman menjadi penting untuk mengetahui hakikat semua pengetahuan dan pengalaman tentang wujud murni sebagai asal dalam hubungannya dengan semua wujud partikular. Pada akhirnya semua wujud berasal dan kembali kepada- Nya dan mengakui wujud dan keesaannya sehingga seseorang menyembah Tuhan bukan dalam bentuk nama yang diucapkan tetapi sebagai dzat yang ia cintai dan ia yakini akibatnya hatinya menjadi tenteram di bawah lindungan-Nya. Demikian pula tujuan semua pengetahuan dan pengalaman akan kembali kepada - Nya. karena semua wujud yang menjadi objek penge – tahuan dan pengalaman berasal dari yang bersifat spiritual kemudian yang material. Persepsi yang berse – berangan dengan tesis tersebut di atas justeru akan menyebabkan seseorang hanya menekuni bidang penginderaan dan penalaran dan melepaskan diri dari yang lebih pokok. Pengetahuan penalaran tidak boleh berjalan sendiri tanpa berorientasi dan berkonsultasi 29 Hosen Nasr, Islamic Studies, ...; hlm. 164 - 94 - dengan wahyu Ilahi yang termanifestasikan dalam sya – riat agama. Mempelajari pengetahuan yang bersumber pada penginderaan dan penalaran belum dapat meng – antarkan seseorang sampai ke ambang pintu kebenaran yang hakiki dan hanya rahmat -Nya yang membimbing seseoarang untuk mendapatkannya. Untuk itu diperlu – kan penglihatan yang melampaui pemahaman pena – laran untuk memahami tingkatan yang lebih tinggi. Semua ilmu datang dari Tuhan hanya instrumen yang dipergunakan untuk menerimanya dan cara datangnya berbeda-beda serta diterima oleh daya yang tidak sama baik dari aspek fisikal ataupun spiritualnya. Kemam – puan dan kapasitas aspek spiritual dapat menanggapi sesuatu yang ghaib bagi indera maupun penalaran dari tingkat yang paling tinggi sampai ke tingkat yang paling rendah; bahkan dapat mendeteksi dan menjus – tifikasi hal yang sebenarnya berhubungan dengan as – pek jasmani maupun penalaran. 30 Bahkan pengetahuan al ilm al-dlaru ri رييرلا مي علاaksiomatis yang bersifat rasionalpun didasarkan kepada cahaya yang dilimpah – kan Tuhan kepada seseorang. 31 Seperti dinyatakan dalam wacana filosofis bahwa aspek spiritual sebagai 30 Dari aspek sumbermya disebut dengan وصح يسفنلل ئشلا روص ا انعم tercapainya makna atau bentuk sesuatu pada diri seseorang, sedangkan dari segi penerimanya disebut dengan سفنلا ف وص نعم لا ئشلا sampainya seseorang pada makna sesuatu. Muh}ammad Nuqaib Alatas, Konsep Pendidikan Islam, penterj.: Haidar Baqir, Bandung: Mizan, 1994, hlm. 38. 31 Muhammad Yasir Nasution, Manusia Menurut al Ghazali, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, hlm.47. - 95 - substansi yang wujudnya tunggal dan mempunyai sifat mungkin secara penuh terpisah dari materi maka substansi tunggal ini menerima bentuk dari wujud lain dan seseorang menerima sesuatu yang dapat dinalar melalui iluminasi dari Akal Aktif. 32

G. Sinergitas Pengalaman Spiritual dengan

Pengalaman dan Pengetahuan Lainnya Pengetahuan dan pengalaman empirik pada satu pihak merupakan hal yang penting dan tidak dapat dikesampingkan untuk memperoleh perkembangan keperibadian yang optimal tetapi di lain pihak meru – pakan persiapan menuju pengalaman yang lebih inten mengenai suatu realitas. Nilai suatu pengetahuan dan pengalaman tergantung pada artinya bagi upaya pen – dekatan dan pengenalan pada realitas tertinggi. Sese – orang seharusnya mempelajari berbagai ilmu pengeta – huan dan mendisiplinkan diri untuk membebaskannya dari hambatan-hambatan selubung yang menutupi pandangannya agar ia memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari berbagai dimensi kepribadiannya. Apabila aspek spiritual bebas dari kesadaran fenome – nal ia mempunyai kemampuan untuk menangkap cahaya keilahian yang akan menuntunnya pada mo – 32 Perolehan ilmu pengetahuan bergantung pada metafisika dan intuisi intelek. Hosen Nasr, An Introduction to Islamic Ontological Doctrines, New York: State University, 1993, hlm. 193. - 96 - ralitas yang baik dan pengetahuan yang luas. Pen – tingnya pengetahuan empirik melalui fakta inderawi dan penalaran logis melalui nalar sebagai langkah awal untuk menangkap pesan-pesan yang berisi identitas, persoalan-persoalan, dan objek-objek spiritual; disam – ping itu sebagai persiapan untuk memahami tingkatan pengalaman yang lebih tinggi. Potensi masing-masing aspek keperibadian itu adalah perlengkapan-perlengkapan yang menempati level tertentu; dan dengan caranya masing-masing me – reka dapat menemukan akses menuju pengalaman dan pengetahuan yang terendah sampai yang tertinggi. Dunia eksternal sebagai dunia aspek jasmani adalah dunia yang dapat mengantarkan pada pengalaman dan pengetahuan pada empirik. Apa yang dicapai oleh in – dera dapat berfungsi sebagai bayangan dan peta ten – tang sifat yang berada di luar jangkauannya sehingga dapat dijadikan pijakan informasi tentang wilayah di luarnya. Begitu pula pengetahuan rasional dapat mem – berikan arah yang logis bagi pencapaian pengalaman spiritual. Oleh karena itu setiap jenis pengalaman dan pengetahuan memberikan petunjuk yang berguna un – tuk mencapai pengetahuan tertinggi. Di dalam semua kondisi yang dapat melibatkan seseorang untuk men – ciptakan situasi yang dapat menuju pada pendakian spiritual maka tingkat pemahamannya terhadap semua realitas merupakan suatu kondisi yang amat penting dari total semua kondisi.