Pengaruh pendidikan agama orang tua terhadap kepribadian muslim remaja; study kasus di wilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ORANG TUA

TERHADAP KEPRIBADIAN MUSLIM REMAJA

(Study Kasus di Wilayah Rw 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

NOER AISYAH NIM:106011000036

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ABSTRAK

NOER AISYAH (106011000036), Pengaruh Pendidikan Agama Orang Tua Terhadap Kepribadian Muslim Remaja (Study Kasus di Wilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara), Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Desember 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pendidikan agama orang tua terhadap kepribadian muslim pada remaja. Penelitian ini dilakukan di wilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara. Subyek penelitian ini adalah remaja (usia 13-21 tahun) yang ada di wilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara yang berjumlah 24 remaja. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Langkah awal melakukan pengolahan data dari angket yang diperoleh dengan cara membuat prosentase setiap item pertanyaan. Tahap berikutnya adalah mencari korelasional, untuk mengetahui tingkat hubungan antara pendidikan agama orang tua dengan kepribadian muslim pada remaja. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

teknik korelasi product moment “r” yaitu dengan menghitung nilai angket.

Selanjutnya memberikan interpretasi rxy atau ro untuk menarik kesimpulan secara sederhana.

Dari penelitian yang penulis lakukan, maka sampailah kepada penarikan

kesimpulan bahwasanya “Terdapat korelasi positif antara variabel X (pendidikan

agama orang tua) dan variabel Y (kepribadian muslim remaja) itu termasuk korelasi yang sedang atau cukup. Hal itu diketahui dengan jalan

mengkolsultasikan harga “r” yang tercantum pada tabel. Harga “r” yang diperoleh

dalam perhitungan yang telah dilakukan (0,47) lebih besar dari pada harga “r”

yang tercantum pada tabel dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (0,361) maupun pada taraf signifikansi 1 % (0,463).


(3)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puja dan puji serta syukur kehadirat Allah swt, yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah memberikan jejak keimanan yang benar kepada kita dan telah membawa kita dari alam jahiliyyah kepada alam Ilahiyyah yang penuh dengan cahaya ilmu pengetahuan dan cahaya Al-Qur’an.

Dalam menulis skripsi ini tidak sedikit penulis menemukan kesulitan-kesulitan, tetapi syukur alhamdulilah berkat taufik dan hidayah-Nya serta bimbingan dari bapak pembimbing dan juga bantuan dari teman-teman, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan juga. Untuk itu sudah sewajarnya dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu atas terlaksananya penulisan skripsi ini. untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bahrissalim, M.Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. M. Zuhdi, M.Ed, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmunya dengan sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing penulis dalam membuat skripsi.

5. Penasehat Akademik Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis.


(4)

6. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Ayahanda dan ibunda tercinta, H. Aminuddin Hasyim dan Hj. Bunyati yang

dengan bersusah payah telah mengasuh dan mendidik penulis dari sejak kecil hingga sekarang.

8. Ketua RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian serta memberikan informasi dan masukan kepada penulis selama proses penelitian.

9. Kakakku dan kakak iparku tercinta, Ahmad Rivai, S.S dan Dwi Widiastuti, A.Md.Kep yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan semangat kepada penulis, baik berupa bantuan moril maupun materil.

10. Adik-adikku yang tercinta, Khoirunnisa, Aini Zahrotul Mawaddah, Ahmad Rafid Ramadhani, Muthia Zaharani amin, yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan semangat kepada penulis.

11. Tante-tanteku dan paman-pamanku tercinta, Suadah, S.Pd, Saidah S.Pd,I Misdari S.Pd.I, Abu Bakar S. Pd, Ahmad Muhaemin, M.Pd, Murdiyanto, yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan semangat kepada penulis. 12. Untuk nenek dan kakekku tercinta, H. Masim (Alm) dan Hj. Sium, H. Salam

dan Hj. Nur Aini yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis, baik berupa bantuan moril maupun materil.

13. Untuk sang inspirasiku Asmawi, S.E yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis baik moril maupun materil.

14. Teman-temanku, terkhusus teman-teman sohibul alif angkatan 2006. Dan sahabat-sahabatku (Nunk, Nenk, Nta, Aim, Novi, mas Awen, Indah, Erika, Nadia, Nenenk, Lulu, Zam-zam) yang telah memberikan semangat dan masukan kepada penulis.

15. Teman-teman kosanku tercinta Evi, Paul, Tami, Mpeb, Ani yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

16. Kepala sekolah beserta dewan guru SDIT dan TPQ Al-Hikmah yang telah memberikan semangat kepada penulis.


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAKS... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR LAMPIRAN...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

BAB II KERANGKA TEORITIK DAN HIPOTESIS A. Pendidikan Orang Tua... 7

1. Pengertian Pendidikan Agama ... 7

2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 12

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 15

4. Pengertian Orang tua... 16

5. Kedudukan dan Kewajiban Orang Tua ... 17

6. Maksud Pendidikan Agama Orang tua ... 19

B. Kepribadian Muslim Remaja... 19

1. Pengertian Remaja ... 19

2. Ciri-ciri Masa Remaja ... 21

3. Pengertian Kepribadian Muslim ... 21

4. Unsur-Unsur Kepribadian Muslim... 23

5. Ciri-Ciri Kepribadian Muslim... 24

6. Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian... 28

7. Upaya Orang Tua Dalam Membentuk Kepribadian Muslim Remaja ... 29


(6)

C. Kerangka Berfikir... 31

D. Hipotesis Penelitian... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Metode Penelitian... 33

C. Populasi dan Sampel ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data... 34

E. Teknik Analisis Data... 36

F. Hipotesis Statistik ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah ... 40

1. Kondisi obyektif dan geografis lokasi ... 40

2. Kondisi demografis ... 40

3. Kondisi sosiologis ... 41

B. Deskripsi Data... 41

C. Analisis Data ... 56

D. Interpretasi Data ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen... 35

Tabel 2 Interpretasi Data ... 38

Tabel 3 Sekolah Dasar Bapak/Ibu... 41

Tabel 4 Sekolah Menengah Pertama Bapak/Ibu ... 42

Tabel 5 Sekolah Menengah Atas Bapak/Ibu ... 42

Tabel 6 Perguruan Tinggi Bapak/Ibu ...43

Tabel 7 Ajaran agama diterapkan dalam keluarga ... 43

Tabel 8 Bapak/Ibu mengikuti kegiatan keagamaan ... 44

Tabel 9 Bapak/Ibu mengikuti Majelis Ta’lim... 44

Tabel 10 Bapak/Ibu mengikuti kegiatan keagamaan ... 45

Tabel 11 Bapak/Ibu mengenyam pendidikan pesantren ... 45

Tabel 12 Orang tua menegur, bila lalai dalam beribadah ... 46

Tabel 13 Orang tua memberikan perhatian terhadap akhlak atau perilaku .... 46

Tabel 14 Orang tua memberikan arahan ... 47

Tabel 15 Orang tua menegur bila tidak sopan terhadap seseorang ... 47

Tabel 16 Bapak/Ibu mengawasi shalat... 48

Tabel 17 Bapak/Ibu membiasakan berbicara dengan kata-kata yang baik ... 48

Tabel 18 Bapak/Ibu membiasakan sopan santun pada orang lain... 49

Tabel 19 Bapak/Ibu membiasakan shalat tepat waktu ... 49

Tabel 20 Bapak/Ibu mendorong shalat wajib lima waktu... 50

Tabel 21 Melaksanakan perintah orang tua ... 50

Tabel 22 Menutup aurat jika ingin keluar rumah... 51

Tabel 23 Menolong orang lain ... 51

Tabel 24 Mengucapkan salam bila bertemu dengan orang yang saya kenal .. 52

Tabel 25 Berbohong kepada orang tua... 52

Tabel 26 Keluar rumah tanpa seizin orang tua... 53

Tabel 27 Menghadapi masalah dengan tenang ... 53

Tabel 28 Bersyukur ketika mendapatkan nikmat... 54


(8)

Tabel 30 Mengerjakan shalat-shalat sunnah ... 55

Tabel 31 Melaksanakan puasa ramadhan... 55

Tabel 32 Membaca al-Qur’an... 56


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Berita wawancara ketua RW 01

Lampiran 2 : Nukilan tabel nilai “r” untuk berbagai df

Lampiran 3 : Angket Lampiran 4 : Hasil angket

Lampiran 5 : Daftar nama responden

Lampiran 6 : Surat permohonan izin penelitian Lampiran 7 : Surat permohonan riset/wawancara Lampiran 8 : Surat bimbingan skripsi

Lampiran 9 : Surat keterangan RW


(10)

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi sekarang ini, banyak sekali permasalahan yang menimpa kehidupan manusia khususnya pada masa-masa remaja. Hal tersebut dikarenakan pada fase ini keadaan jasmani maupun rohani manusia sedang mengalami pertumbuhan yang menuju kematangan, atau sering kali kita menyebut fase ini adalah fase transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa, pada masa ini anak mengalami perubahan cepat disegala bidang, sekarang mereka tidak mau lagi disebut anak-anak, karena sudah merasa besar dan dapat berbuat apapun yang dikehendakinya tanpa harus didikte oleh orang lain. Gejolak mudanya mulai bangkit dan sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan badan, sikap dan juga cara berfikir.

Sahilun A. Nasir mengatakan bahwa: masa remaja adalah masa yang penuh kontradiksi, sebagian orang menyatakan masa remaja adalah masa energy, heroik, dinamis, kritis dan masa yang paling indah tetapi ada pula yang menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa badai dan topan, masa rawan dan nyentrik. Karena masa tersebut berada diambang the best of time and the worst of time (dapat berada dalam waktu yang baik dan buruk).


(12)

Masa transisi pasti dialami oleh semua remaja, dimana pada masa transisi itu para remaja sedang mangalami perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Kelabilan pada masa transisi ini membuat mereka sering membuat sensasi untuk menarik perhatian umum tentang keberadaan mereka. Ada sensasi yang mereka buat terkadang perbuatan positif. Namun bagi remaja yang lemah akidah dan mempunyai dasar akhlak yang kurang memadai, sering kali membuat sensasi-sensasi yang bernada negatif, bahkan sudah menjurus kedalam kriminalitas. Dan sensasi nagatif inilah yang membuat remaja terjerumus kedalam lingkaran setan yang ujung-ujungnya adalah kemaksiatan belaka.

Permasalahan remaja akhir-akhir ini sudah berkembang kearah yang sangat mengkhawatirkan dan meresahkan masyarakat. Sejak zaman dahulu remaja telah bermasalah, sekarang pun remaja bermasalah, dan juga pada masa akan datang remaja mungkin akan bermasalah.

Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan ketiganya disebut tri pusat pendidikan.

Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan kearah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi anak-anak tapi juga bagi para remaja.1

Dalam lingkungan keluarga, yang berperan menjadi pendidik adalah orang tua (ayah dan ibu). Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam membantu mengembangkan potensi anak-anaknya. Orang tua dikatakan sebagai pendidik pertama, karena orang tualah yang pertama mendidik anaknya sejak dilahirkan. Dikatakan sebagai pendidik utama, karena

1

Umar Tirtarahardja dan La Sula, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), Cet. 1, h. 169.


(13)

pendidikan yang diberikan orang tua merupakan dasar dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya.

Oleh karena itu, orang tua yang terdiri dari ayah dan ibu bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Pendidikan yang diterima anak dipengaruhi oleh sikap, pandangan, nilai-nilai dan juga latar belakang pendidikan orang tuanya. Orang tua menjadi tokoh identifikasi bagi anak-anaknya sehingga seringkali anak mengatakan saya ingin seperti ayah atau ibu. Hal ini menunjukan bahwa orang tua harus menjadi panutan bagi anak-anaknya.

Untuk mencapai akhlak yang baik pada remaja dan tidak melakukan kenakalan remaja yang sering kita jumpai pada saat ini, maka dibutuhkan pembinan kepribadian muslim yang konsisten terutama di dalam keluarga. Akhlak yang ada pada remaja bukanlah pembawaan sejak manusia dilahirkan, karena itu adalah salah besar jika dikatakan bahwa akhlak pada remaja terjadi dengan sendirinya dan merupakan sesuatu yang tidak dapat diubah.

Pada dewasa ini kita sering melihat orang tua yang kurang mementingkan terhadap pendidikan agama untuk mendidik anaknya. Banyak sekali orang tua membinanya dengan cara model barat. Sehingga remaja tidak peduli lagi dalam membedakan baik maupun buruk yang dilakukannya. Seperti yang kita sering jumpai remaja sering melakukan penyimpangan, baik yang bertentangan dengan norma agama maupun hukum negara serta adat kebiasan masyarakat. Contohnya: banyak remaja yang kurang bersikap baik terhadap orang tua, di sekolah suka membolos, tidak sopan santun terhadap guru, berkelahi, mencuri, berjudi, mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang terkenal dengan narkoba, bahkan sampai melakukan hubungan seksual sebelum nikah serta sampai ada yang membunuh. Semua itu bisa terjadi karena dalam kepribadian remaja kurang mendapatkan pembinaan kepribadian muslim pada orang tuanya sendiri dilingkungan keluarga.

Salah satu cara yang dapat menolong anak remaja dari hal-hal yang negatif adalah dengan adanya pembinaan kepribadian muslim di dalam keluarga yang diberikan oleh orang tuanya. Melalui hal ini setidaknya mampu


(14)

memperkenalkan ajaran agama pada anak remaja. Dan pendidikan agama di keluarga juga dapat dijadikan wahana untuk selalu mengingatkannya pada ajaran agama dan untuk mencegah perbuatan negatif. Oleh karena itu dalam mendidik anak haruslah dengan baik, karena orang tua merupakan wadah pendidikan yang pertama dan utama dalam mendidik anak. Jika menanamkan pembinaan kepribadian muslim dalam keluarga sangat baik, maka terwujudlah generasi remaja yang baik pula dan akan menjadi muslim yang baik.

Pendek kata orang tua yang mentaati agama, dapat memberikan bimbingan hidup yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya, mulai dari hidup pribadi sampai sukses dalam membina kehidupan awal dari rumah tangganya dan memiliki segala yang diinginkannya, oleh karena itu hendaknya benar-benar harus dijaga ketaatan beragama yang sudah dimiliki semasa hidupnya, tetapi akan sebaliknya jika orang tua yang tidak memiliki ketaatan beragama, akan bencana kepada pribadinya bahkan kepada rumah tangganya.2

Memang sudah seharusnya jika orang tua memiliki pendidikan agama tinggi maka ia akan memiliki anak yang berakhlak baik, idealnya memang demikian. Namun dalam kenyataannya sering kali banyak berbeda, sebab bila kita amati secara mendalam mungkin ada di antara orang tua yang kurang bahkan sama sekali tidak menguasai (memahami) tentang agama. Karena pendidikan agama yang mereka dapatkan dari keluarga maupun lembaga pendidikan hanya sebatas teori (materi) tanpa pemahaman dan pengamalan yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui proses pendidikan yang dialaminya orang tua yang berpendidikan agama tinggi akan memiliki wacana pengetahuan, keterampilan yang luas dan kemampuan emosi yang dapat membantu memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh anak, baik itu yang berkaitan dengan pergaulan maupun kepribadiannya.

2

Prof Dr. H. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), cet.9, h. 272.


(15)

Hal ini tentunya akan berbeda dengan orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan agama yang rendah. Sebab kapasitas pengetahuan yang dimiliki, sehingga kemampuan dalam mengasuh dan juga mendidik anak, bisa menjadi kurang baik walaupun tidak semua orang tua yang berpendidikan agama rendah dapat dikatakan demikian, sebab ada juga kemungkinan orang tua yang seperti itu dapat juga bersifat positif terhadap kepribadian anaknya.

Alasan tersebut menimbulkan motivasi penulis untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh pendidikan agama orang tua terhadap kepribadian remaja. Selain itu melihat dari kenyataan bahwa keluarga yang orang tuanya berpendidikan agama rendah, ternyata berhasil dalam mendidik anaknya dan sebaliknya ada keluarga yang orang tuanya berpendidikan agama tinggi ternyata kurang berhasil dalam mendidik anaknya. Keberhasilan mendidik anak-anak disini adalah anak-anak yang berkepribadian baik.

Bertitik tolak dari fenomena diataslah yang mendorong penulis untuk mencoba menyusun skripsi dengan judul “PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ORANG TUA TERHADAP KEPRIBADIAN MUSLIM REMAJA”

B. Identifikasi Masalah

Seperti diuraikan dalam latar belakang masalah bahwa adanya perbedaan kepribadian remaja dari orang tua yang sama-sama memiliki pendidikan agama yang cukup tinggi, dan banyaknya perbedaan kepribadian remaja dari orang tua yang berpendidikan agama cukup tinggi dengan orang tua yang berpendidikan agama rendah. Hal ini tentunya disebabkan oleh beberapa masalah.

Adapun masalah tersebut dapat di identifikasikan sebagai berikut: 1. Pendidikan agama orang tua yang bervariasi.

2. Kurangnya orang tua yang mementingkan pendidikan agama dalam mendidik anaknya.

3. Kepribadian remaja yang berbeda-beda.


(16)

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk mempermudah dan memperjelas permasalahan yang akan dibahas, maka di dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi masalah pada: 1. Pendidikan agama orang tua yang ada di wilayah RW 01 Kali Abang

Nangka Bekasi Utara.

2. Remaja yang dimaksud disini adalah yang usianya 13-21 tahun yang berada di wilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara.

3. Hubungan antara pendidikan agama orang tua terhadap kepribadian muslim remaja.

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh pendidikan agama orang tua terhadap kepribadian muslimremaja”.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pendidikan agama orang tua terhadap kepribadian muslim remaja di wilayah RW 01 Kali Abang Nangka bekasi Utara.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Masukan bagi para orang tua agar memberikan pendidikan agama yang baik kepada anak, khususnya mereka yang sudah memasuki remaja.

2. Menjadi bahan masukan bagi orang tua agar lebih memperhatikan sikap dan perilaku remaja yang kurang sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. 3. Penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi penulis.


(17)

BAB II

KERANGKA TEORITIK DAN HIPOTESIS

A. Pendidikan Agama Orang Tua 1. Pengertian Pendidikan Agama

Pendidikan berasal dari kata “didik” yang artinya melatih atau memelihara. Pendidikan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Abdurrahman al-Nahlawi sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Tafsir merumuskan definisi pendidikan justru dari kataal-tarbiyyah. Dari segi bahasa menurut pendapatnya, kata al-tarbiyyah berasal dari tiga kata, yaitu: pertama, kataraba-yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh. Kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar. Ketiga, dari kata rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara.3

Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) artinya memberi peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.

3

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 2, h. 29.


(18)

Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.4

Untuk lebih jelas lagi mengenai pengertian pendidikan, nampaknya perlu dikemukakan pendapat para ahli, diantaranya:

a. Menurut Drs. M. Ngalim Purwantopendidikan adalah “Pendidikan adalah

segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan”.5

b. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Tafsir merumuskan pendidikan adalah “Bimbingan atau pimpinan secara

sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik

menurut terbentuknya kepribadian yang utama”.6

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha pemberian bimbingan dan bantuan dari orang dewasa kepada orang yang masih membutuhkan agar terbentuk kepribadian utama sehingga memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan dan kepribadian yang luhur.

Sedangkan pengertian pendidikan Agama Islam telah dikemukakan oleh para ahli dengan beberapa pendapat yang diantaranya adalah:

a. Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, dkk. Pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).

2) Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.

3) Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak

4

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. 3, h. 10

5

M. Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), Cet. 18, h. 11.

6


(19)

didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.7

b. Menurut Drs. Sahilun A. Nasir Pendidikan Agama Islam adalah:

Suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam pribadinya, dimana ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mentalnya.8

c. Menurut Dra. Hj. Zuhairini bahwa Pendidikan Agama Islam berarti

“Usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik

agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam”.9

d. Menurut Drs. Ahmad D Marimba pendidikan Islam adalah “Bimbingan

jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.10

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan para ahli di atas maka dapat disimpulkan pendidikan agama Islam adalah suatu proses kegiatan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan ajaran Islam yang dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak didik menuju perkembangannya yang maksimal, agar terbentuk kepribadian-kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

Dalam pendidikan terdapat jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Hal ini perlu dijelaskan agar kita mengetahui dan mengerti pendidikan secara keseluruhan. Selanjutnya akan dijelaskan satu persatu.

7

Zakiah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. 6, h. 86.

8

Sahilun A. Nasir,Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema remaja,

(Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet. 2, h. 11-12.

9

Zuhairini,Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1977), Cet. 1, h. 27.

10

Ahmad Marimba, Pengantar FilsafatPendidikan Islam, (Bandung: Al-Maarif, 1974), Cet. 3, h. 23.


(20)

a. Jalur Pendidikan

Jalur pendidikan terdiri dari atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya pengetahuan. 1) Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dengan demikian pendidikan formal memiliki jenjang sebagai berikut :

a) Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat

b) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

c) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program Pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

2) Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal


(21)

berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dan menekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, serta pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas pendidikan lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar

masyarakat dan jenis majlis ta’lim, serta satuan pendidikan yang

sejenis.

3) Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan formal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

b. Jenis Pendidikan

Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.

1) Pendidikan Umum

Pendidikan umum merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan.

2) Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.

3) Pendidikan Akademik

Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu.


(22)

4) Pendidikan Profesi

Pendidikan profesi merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu.

5) Pendidikan Keagamaan

Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan, pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan perundang-undangan.

Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan atau menjadi ahli agama. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada pendidikan jalur formal, nonformal dan informal. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, dan bentuk lain yang sejenis.11

2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan ke mana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan.

Secara umum dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam ada tiga, yaitu: a. Dasar Religius

Yang dimaksud dengan dasar religius yaitu dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam itu sendiri, yaitu: Al-qur’an, As-Sunnah, dan Ijtihad.

11

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang SISDIKNAS, h. 7-11.


(23)

1. Al-qur’an

Al-Qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang

disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ajaran yang terkandung di dalamnya terdapat ajaran pokok yang meliputi seluruh aspek kehidupan. Ayat al-Qur’an yang pertama kali turun adalah berkenaan disamping masalah keimanan juga masalah pendidikan.12 Allah SWT berfirman:



















































Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia

mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

(Q.S. Al-Alaq (96): 1-5).13

2. As-Sunnah

As-Sunnah adalah perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan Rasul Allah SWT. Yang dimaksud pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an, Sunnah juga berisi aqidah dan

syariah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasulullah menjadi guru atau pendidik yang utama.14

12

Zakiah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam….h. 20.

13

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2000), h. 1079.

14


(24)

Rasulullah SAW bersabda:

:

ﱠﻠ

ِﻪ

ﱠﻠ

:

ِﻌ

ِﻢ

ِﺮ

ﱢﻞ

ِﻠٍﻢ

)

(

Artinya: “Dari ِAbi Sa’id ra. Berkata: Telah bersabda Rasulullah

SAW: “Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim”.(HR. Baihaqi).15

3. Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam

untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum syari’at Islam dalam

hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan

Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah.16

b. Dasar Yuridis

Dasar-dasar yuridis yaitu dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari peraturan perundang-undangan, dasar ini menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah atau di lembaga-lembaga formal. Dasar yuridis formal di Indonesia ada tiga, yaitu: dasar ideal, dasar struktural, dan dasar operasional.17

c. Dasar sosial psikologis

Dasar sosial psikologis yaitu suatu pandangan bahwa manusia di dalam hidupnya di dunia ini, membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yaitu agama, setiap manusia mempunyai perasaan yang mengakui adanya Dzat yang Maha Kuasa dibanding dirinya, karena setiap manusia sejak

15

Muhammad Nasirudin al-Abani, Al-Jami’ As-Shogir wa Ziyadatuhu, vol. 2, cet. 3, Bairut: al-Maktab al-Islam, 1988, hal. 727. (3913).

16

Zakiah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam,….h. 21.

17


(25)

dilahirkan mempunyai kemampuan dasar untuk beragama dan memiliki fitrah agama.18

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan merupakan penentu arah dari suatu kegiatan yang kita lakukan, dalam pendidikan adanya tujuan merupakan hal yang mutlak harus ada, karena tanpa adanya tujuan pelaksanaan pendidikan menjadi tidak terarah dan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Berbicara mengenai tujuan pendidikan agama Islam tidak terlepas dari berbicara mengenai tujuan hidup kita sebagai seorang muslim. Tujuan kita sebagai muslim yaitu menyembah dan mengabdi kepada Allah swt. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt yang berbunyi:















Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah kepada-Ku”. (Q.S. Adz-Dzariyat (51): 56)19

Dengan demikian berdasarkan ayat di atas dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara sosial.

Menurut Prof. Mohammad Athiyah Al-Abrosyi sebagaimana yang dikutip oleh Zuhairini menyebutkan tujuan pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

a. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan sebenarnya. b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

c. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis dan perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi tertentu.

18

Zuhairini,Metodik Khusus Pendidikan Agama,…. h. 25.

19


(26)

d. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau spiritual semata-mata.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian muslim. Dan itulah pendidikan yang harus kita berikan kepada anak-anak kita kaum muslimin.

4. Pengertian Orang Tua

Orang tua menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan dengan: a. Ayah dan ibu

b. Orang tua-tua

c. Orang yang dianggap tua (cerdas, pandai, para ahli dan sebagainya)20 Untuk lebih jelas lagi mengenai pengertian orang tua, nampaknya perlu dikemukakan pendapat para ahli, diantaranya:

a. Menurut Zakiah Daradjat bahwa yang dimaksud orang tua adalah

“Pembina pribadi dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang

tumbuh”.21

b. Menurut M. Ngalim Purwanto yang dimaksud orang tua yaitu “Pendidik

yang terutama dan sudah semestinya. Merekalah pendidik asli yang menerima tugas sebagai kodrat dari Tuhan untuk mendidik

anak-anaknya”.22

Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan orang tua adalah pria atau wanita yang terikat dalam perkawinan yang bertanggung jawab atas anak-anaknya yang menerima tugas sebagai pendidik atau Pembina pribadi dalam hidup anaknya.

20

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1999), Cet 10, h. 629.

21

Zakiah Daradjat,Ilmu Jiwa Agama(Jakarta: Bulan bintang, 2003), Cet. 16, h. 56.

22

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. 17, h. 4.


(27)

5. Kedudukan dan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak

Syariat Islam telah menjadikan orang tua bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan anak, dengan dasar bahwa anak adalah titipan yang dipercayakan Tuhan untuk diperlihara dan dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan.

Setiap orang tua muslim menyadari bahwa pada hakikatnya anak adalah amanat Allah yang dipercayakan (diamanatkan) kepada dirinya.

Kesadaran para orang tua muslim akan hakikat anak mereka sebagai amanat Allah ini sepantasnya ditanggapi dengan penuh tanggung jawab. Setiap muslim pasti menyadari bahwa Allah memerintahkan kepada hamba-Nya agar mengemban amanat itu dengan baik. Sebagaimana Firman Allah :

























Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (Q.S. Al-Anfaal (8) : 27).

Dapat dikatakan bahwa setiap muslim yang mukmin berkewajiban mendidik anak-anak dengan pendidikan yang baik dan benar, sehingga mereka tumbuh dewasa menjadi anak-anak yang saleh.23

Kepribadian orang tua, sikap, dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.24 Dengan demikian orang tua memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian anak didik. Sesuai dengan hadits Nabi yang berbunyi:

Dari Abi Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda:

Artinya: “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah

(kecendrungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang 23

M. Nipan Abdul Halim,Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), Cet. 1, h. 15-16.

24


(28)

tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama yahudi, nasrani, dan majusi.( HR. Bukhari).

Berdasarkan hadits ini, jika seorang anak mempunyai orang tua muslim yang baik, mengajarkan pada dirinya prinsip-prinsip Iman dan Islam, maka ia akan tumbuh dalam akidah Iman dan Islam.25

Menurut al-Ghazaly, melatih anak-anak adalah suatu hal yang sangat penting sekali, karena anak sebagai amanat bagi orang tuanya. Hati anak suci bagaikan mutiara cemerlang, bersih dari segala ukiran serta gambaran, ia dapat atau mampu menerima segala yang diukirkan atasnya dan condong kepada segala yang dicondongkan kepadanya. Maka bila ia dibiasakan kearah kebaikan dan diajarkan kebaikan jadilah ia baik dan berbahagia di dunia dan di akhirat, sedang ayah dan para pendidik-pendidik lainnya turut mendapat bagian pahalanya. Tetapi bila dibiasakan jelek atau dibiarkan kejelekan, maka celaka dan rusaklah ia, sedang wali serta pemeliharanya mendapat beban dosanya. Untuk itu wajiblah wali menjaga anak dari perbuatan dosa dengan mendidik dan mengajarinya berakhlak bagus.

Disepanjang masa dan waktu orang tua selalu dituntut agar bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya, karena celaka dan bahagia anak adalah terletak di tangan mereka.26

Selain bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak, orang tua juga berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya dalam hal pendidikan agama, dan umum termasuk di dalamnya pendidikan keterampilan. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak kelak memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Dan orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalannya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari, terpengaruh oleh sikap orang tuanya

25

Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 1998), Cet. 1, h. 45.

26

M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan bintang,1975), Cet.1, h. 80-84.


(29)

dipermulaan hidupnya dahulu. Dengan demikian orang tua memang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap anak.

6. Maksud Pendidikan Agama Orang Tua

Pendidikan agama orang tua yang dimaksud disini adalah latar belakang pendidikan agama orang tua yang di dapat dari segala aspek kehidupan baik formal, informal dan non formal.

Semakin tinggi pendidikan agama yang dilalui orang tua maka pengetahuan yang dimiliki orang tua semakin luas. Dan pendidikan agama yang dimilikinya itu sebagai bekal untuk mendidik anak-anaknya dalam keluarganya, sehingga menghasilkan anak yang baik pula.

B. Kepribadian Muslim Remaja 1. Pengertian Remaja

Dalam memberikan pengertian pada istilah remaja, masing-masing ahli berbeda pendapat. Remaja disamakan dengan istilah pubertas atau adolesen, dan pada umumnya pengertian tersebut dikaitkan dengan masa, sehingga bila digabungkan menjadi masa remaja. Tetapi yang jelas masa remaja merupakan masa yang pasti dilewati oleh anak yang akan dewasa, terlepas dari normal atau tidaknya pertumbuhan dan perkembangan seseorang.

Meskipun pengertian remaja tidak sama diantara para ahli yang masing-masing berbeda pendapat dalam menyoroti para remaja, dalam hal ini Muhammad Said dan Juminar Affan istilah remaja atau adolesence berasal

dari kata latin “adolescence” (kata bendanyaadolencetia yang berarti remaja)

yang berarti tumbuh atau “tumbuh dewasa”.27

Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata remaja mempunyai arti sebgai berikut:

a. Mulai dewasa atau sudah sampai umur untuk kawin, ia sekarang sudah remaja bukan kanak-kanak lagi.

27

Muh Said dan Juminar Affan,Psikologi dari Zaman ke Zaman,(Jakarta:Bulan Bintang, 1993), Cet. 3, h. 67.


(30)

b. Muda, seperti pengantin perempuannya masih muda benar.

c. Pemudah, seperti pemerintah mendirikan gelanggang pemuda untuk sarana kegiatan bagi pemuda.28

Menurut Alisuf Sabri mengatakan bahwa remaja adalah masa pencarian identitas. Kalau pada masa sebelumnya penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting dari pada individualitas, dan kalau pada masa lalu anak merasa puas apabila dirinya telah menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal, akan tetapi sekarang dimasa remaja ini yang paling penting atau yang paling didampakannya adalah mencari dan menemukan identitas dirinya sendiri.29

Dari semua definisi di atas jelaslah bahwa pengertian remaja tidak dapat dipisahkan, yaitu seseorang yang berada dalam suatu masa perubahan perkembangan secara utuh, baik fisik maupun mental yang merupakan perkembangan transisi dari anak-anak ke masa dewasa, sesuai pola umum perkembangan.

2. Ciri-Ciri Remaja

Untuk mengenal lebih lanjut tentang remaja, perlu diketahui ciri-cirinya, ciri-ciri khusus pada remaja awal dapat dikelompokan sebagai berikut: a. Perasaan dan emosi remaja tidak stabil.

b. Mengenai status remaja masih sangat sulit ditentukan. c. Kemampuan mental dan daya pikir mulai agak sempurna. d. Hal sikap dan moral, menonjol pada menjelang remaja awal. e. Remaja awal adalah masa kritis.

f. Remaja awal banyak masalah yang dihadapinya.30

Demikianlah ciri-ciri khusus remaja awal. Pada masa ini perasaannya masih sangat peka, emosi dan perasaannya tidak stabil. Dan timbulnya

28

Depdikbud RI,Kamus Besar Bahasa Indonesia,…. Cet. 1, h. 739.

29

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Cet. 3.h. 27.

30

Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema


(31)

dorongan-dorongan seks, sehingga remaja berani menonjolkan dalam pergaulan bebas.

Kalau ada ciri-ciri remaja awal, tentu ada juga ciri-ciri masa remaja akhir. Adapun ciri-ciri khusus remaja akhir adalah sebagai berikut:

a. Stabilitas mulai timbul dan meningkat. b. Citra diri dan sikap pandangan lebih realistis. c. Perasaannya lebih tenang.

d. Dalam menghadapai masalah yang dihadapi secara lebih tenang.31

Demikianlah ciri-ciri khusus remaja akhir. Pada masa ini perasaannya sudah mulai stabil, sudah memiliki pandangan yang realistis, dan tenang dalam menghadapi masalah.

3. Pengertian Kepribadian Muslim

Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut dengan personality. Akar katapersonality berasal dari bahasa latin persona yang berarti “topeng” yaitu

topeng yang dipakai aktor drama atau sandiwara.32

Dalam Islam, istilah kepribadian (personality) dalam studi keIslaman lebih dikenal dengan terjemahanal-syahshiyah. Syakhshiyah berasal dari kata syakhsh yang berarti “pribadi”. Kemudian diberi ya nisbah sehingga menjadi kata benda buatan (mashdar shina’iy) Syakhshiyah yang berarti

“kepribadian”.33

Secara definitif kepribadian itu dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Kepribadian adalah suatu perwujudan dari keseluruhan sifat

kemanusiawian yang unik, baik secara lahiriyah maupun batiniyah yang berhubungan dengan kehidupan sosial dan kehidupan individual seseorang dalam msyarakat.

31

Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema

remaja….h. 65.

32

Netty Hartaty dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet. 1, h. 125.

33


(32)

b. Kepribadian merupakan bagian dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan tingkah laku yang unik (khas) dalam menyesuaikan diri seorang individu dengan lingkungan.34

Sedangkan pengertian kepribadian secara terminologi, ada beberapa tokoh yang telah mendefinisikannya, diantaranya adalah:

a. Menurut W Stern kepribadian adalah “Suatu kesatuan banyak yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus

individu, yang bebas menentukan dirinya sendiri”.35

b. Raymond Bernard Catall sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Mujib, M.Ag. menyebutkan “Kepribadian adalah mencakup semua tingkah laku

individu baik yang terbuka (lahiriyah) maupun tersembunyi (batiniyah)”.36

c. G.W. Allport berpendapat sebagaimana oleh Alisuf Sabri yaitu “Suatu organisasi/susunan yang dinamis dari pada sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik (khas) terhadap

lingkungannya”.37

Dari definsi di atas, diketahui bahwa kepribadian adalah suatu totalitas yang menjadi ciri khas seseorang, yang meliputi perilaku yang nampak, perilaku batin, cara berfikir, falsafah hidupnya yang menjadi sifat dan watak seseorang, baik menyangkut fisik maupun psikis, baik yang tercermin dalam kehidupan individu maupun sosial.

Adapun istilah muslim yang berarti orang Islam. Kata “Islam” seakar

dengan kata al-salama, al-salam dan al-silm yang berarti menyerahkan diri, kepasrahan, ketundukan dan kepatuhan; kata “al-salm”, “al-salaam”,dan “

al-salaamah” yang berarti bersih dan selamat dari cacat, baik lahir maupun batin. Orang yang ber-Islam adalah orang yang menyerah, tunduk, patuh dalam melakukan perilaku yang baik, agar hidupnya bersih lahir dan batin yang pada

34

Zuhairini,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 5, h. 186.

35

Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Kalam Mulia, 1998), Cet. 4, h. 89.

36

Abdul Mujib,Fitrah dan Kepribadian Islam,(Jakarta: PT. Darul Falah, 1999), Cet. 1, h. 78.

37


(33)

gilirannya akan mendapatkan keselamatan dan kedamaiaan hidup di dunia dan di akhirat.38

Menurut Rully Hamid, muslim adalah orang yang menerima agama Islam dengan hatinya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Agung dan Maha Kuasa, dan kepada Nabi-Nya di dalam perkataan maupun perbuatan.39

Sedangkan pengertian kepribadian muslim, ada beberapa tokoh yang telah mendefinisikannya, diantaranya adalah:

a. Menurut Drs. Ahmad D Marimba kepribadian muslim adalah

“Kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam”.40

b. Menurut Dr. Jalaluddin kepribadian muslim dapat diartikan sebagai

“Identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang ditampilkan dalam tingkah laku

secara lahiriah maupun sikap batinnya”.41

Dari uraian di atas dapat dikatakan, bahwa kepribadian muslim adalah kepribadian yang memiliki nilai agama Islam, berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, serta kepribadian yang berserah diri dan patuh terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4. Unsur-Unsur Kepribadian

Menurut Ahmad Marimba, dalam buku “Pengantar Filsafat Pendidikan Islam” unsur-unsur kepribadian yaitu sebagai berikut:

38

Abdul Mujib,Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. 2, h. 249.

39

Rully Hamid,Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia,(Bandung: Marja, 2004), Cet. 1, h. 12.

40

Ahmad Marimba,Pengantar FilsafatPendidikan Islam, …h.24.

41

Dr. jalaluddin dan Drs. Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996) Cet. 2, h.92.


(34)

1. Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah Nampak dan kelihatan dari luar. Misalnya cara-caranya berbuat, berbicara dan sebagainya. Ini mangandung arti bahwa bagaimana seseorang berbuat baik dan buruk, atau bagaimana seseorang berbicara kasar atau halus, ini tentu saja merupakan tingkah laku yang nampak dan dapat dilihat oleh orang lain. Dari sinilah dapat dinilai kepribadian seseorang itu baik atau buruk. 2. Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak segera tampak

dilihat dan ketahuan dari luar. Misalnya cara-cara berfikir, sikap dan minat. Cara seseorang berfikir tentu saja tidak dapat dilihat oleh orang lain, begitu juga dengan sikap seseorang. Sikap dalam pengertian disini bukan dimaksudkan apa yang tampak dari luar, melainkan yang berada di dalam, berupa pendirian atau pandangan seseorang dalam menghadapi seseorang atau sesuatu hal.

3. Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi kejiwaan yang lebih abstrak, yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistim nilai-nilai yang telah meresap di dalam kepribadian itu, yang telah menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadian itu yang mengarahkan dan memberi corak seluruh kehidupan individu itu. Bagi orang-orang yang beragama, aspek-aspek inilah yang menuntunnya kearah kebahagiaan, bukan saja di dunia tetapi juga di akhirat. Aspek-aspek inilah memberi kwalitet kepribadian keseluruhannya.42

5. Ciri-Ciri Kepribadian Muslim

Pada umumnya manusia sebagai makhluk hidup memahami perubahan dan perkembangan, baik dari segi jasmani maupun rohani. Pada perubahan dan perkembangan melalui proses akan nampak ciri-ciri yang membedakan antara satu manusia dengan yang lainnya, melalui pengalaman yang diperolehnya.

Islam mengajarkan kepada setiap muslim agar berusaha memiliki kepribadian yang sempurna, baik lahir maupun batin, sehingga segala sesuatu

42


(35)

yang dilakukannya sesuai dengan tuntutan Islam, ketika mengalami kesulitan diluar dugaannya ia selalu sabar dan menenangkan hatinya karena dibalik itu mungkin mengandung hikmah.

Iman tidaklah berarti percaya atau tidak membantah, akan tetapi iman itu mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan dilakukan dengan perbuatan, sedangkan ibadah merupakan bukti keimanan kepada Allah dengan menjalankan segala ketentuan perbuatan yang harus dilakukan oleh manusia dalam rangka berhubungan dengan Allah (syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji bagi yang mampu). Jadi, kepribadian muslim itu merupakan hasil dari pada mempraktekan segala rukun iman, rukun Islam dan tuntutan Ihsan.

Adapun ciri-ciri kepribadian muslim adalah sebagai berikut: a. Bersabar dalam cobaan dan bersyukur dalam kebahagiaan.

Bersikap sabar ketika sedang ditimpa cobaan dan mau bersyukur ketika mendapatkan nikmat, adalah salah satu khas orang yang beriman dan merupakan sumber ketenangan batinnya.43

b. Menjaga hubungan baik dengan sesama muslim.

Menjaga hubungan baik sesama muslim adalah dengan cara tetap mempertahankan perasaan saling mencintai, saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling menolong, hal itulah yang menumbuhkan semangat yang kondusif bagi pembentukan pribadi yang mantap.44

c. Selalu optimis

Selalu merasa optimis dan tidak mudah berputus asa akan dapat mewujudkan jiwa yang damai dan tenang. Allah berfirman:

d. Bersikap jujur

Kejujuran selalu melekat pada pribadi muslim. Ajaran Islam yang telah menjadi bagian hidupnya mengajarinya bahwa kejujuran merupakan puncak segala keutamaan, dan asas kemuliaan akhlak. Kejujuran pada

43

Jamaluddin Mahfuzh,Psikologi Anak dan Remaja, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002), Cet. 1, h. 118.

44


(36)

gilirannya akan membimbing manusia kearah kebaikan dan mengantarkan mnusia ke surga.45

e. Berakhlak luhur

Muslim yang benar selalu menampilkan budi yang baik, perangai yang lembut, perkataan yang halus dan ramah. Nabi Muhammad saw, manusia yang harus dijadikan panutan dan idola kaum muslimin, telah banyak mencontohkan perbuatan-perbuatan mulia untuk menuntun umatnya.46 f. Suka memberi nasehat

Seseorang muslim yang benar-benar bertakwa tidak hanya lepas dari sifat-sifat tercela tetapi ia juga menghiasi dirinya dengan sifat-sifat dan akhlak mulia, positif dan konstruktif yaitu akhlak yang suka memberi nasehat dan jujur bagi setiap muslim di masyarakatnya dengan kepercayaan bahwa agamanya adalah nasehat.47

g. Penyayang terhadap sesama

Seorang yang benar-benar memahami hukum-hukum agamanya dan mengamalkan ajarannya yang penuh toleransi akan senantiasa bersifat penyayang dari hatinya terpancar mata air rahmat dan kelembutan, lantaran ia tahu bahwa rahmat dan kasih sayang yang disebarkannya kepada orang lain menjadi penyebab dirinya memperoleh rahmat kasih sayang dari Allah swt.48

Menurut Abdul Mujib ciri-ciri kepribadian muslim adalah yang meliputi lima rukun Islam, yaitu:49

a. Membaca dua kalimat syahadat, yang melahirkan kepribadian syahadatain. Kepribadian syahadatain adalah kepribadian individu yang didapat setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, memahami hakikat dari ucapannya serta menyadari akan segala konsekuensi persaksiannya tersebut. Kepribadian syahadatain meliputi domain kognitif dengan pengucapan dua 45

Muhammad Ali Hasyimi,Apakah Anda Berkepribadian Muslim,(Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cet. 9, h. 11.

46

Muhammad Ali Hasyimi,Apakah Anda Berkepribadian Muslim,…. Cet. 9, h. 23.

47

Muhammad Ali Hasyimi,Jati Diri Muslim,(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999), Cet. 1, h. 173

48

Muhammad Ali Hasyim,Jati Diri Muslim,…. Cet. 1, h. 185.

49


(37)

kalimat secara verbal, domain afektif dengan kesadaran hati dengan kesadaran hati yang tulus, dan domain psikomotorik dengan melakukan segala perbuatan sebagai konsekuensi dari persaksiannya itu.

b. Menunaikan shalat, yang melahirkan kepribadian mushalli.

Kepribadian mushalli adalah kepribadian individu yang di dapat setelah melaksanakan shalat dengan baik, konsisten, tertib dan khusyu’, sehingga

ia mendapatkan hikmah dari apa yang dikerjakan. Pengertian ini didasarkan atas asumsi bahwa orang yang tekun shalat memiliki kepribadian lebih shaleh ketimbang orang yang tidak mengerjakannya, sebab ia mendapatkan hikmah dari perbuatannya.

c. Mengerjakan puasa, yang melahirkan kepribadiaan shaa’im.

Kepribadian shaa’im adalah kepribadian individu yang didapat setelah

melaksanakan puasa dengan penuh keimanan dan ketakwaan, sehingga ia dapat mengendalikan diri dengan baik. Pengertian ini didasarkan atas asumsi bahwa orang yang mampu menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa memiliki kepribadian lebih kokoh, tahan uji dan stabil ketimbang orang yang tidak mengerjakannya, sebab ia mendapatkan hikmah dari perbuatannya.

d. Membayar zakat, yang melahirkan kepribadian muzakki.

Kepribadian muzakki adalah kepribadian individu yang didapat setelah membayar zakat dengan penuh keikhlasan, sehingga ia mendapatkan hikmah dari apa yang dilakukannya. Pengertian ini didasarkan atas asumsi bahwa orang yang membayar zakat memiliki kepribadian yang pandai bergaul, dermawan, terbuka, berani berkorban, tidak arogan, memiliki rasa empati dan kepekaan sosial serta mudah menyesuaikan diri dengan orang lain, sekalipun pada orang yang berbeda statusnya.

e. Melaksanakan haji, yang melahirkan kepribadian hajji.

Kepribadian haji adalah kepribadian individu yang didapat setelah melaksanakan haji semata-mata karena Allah, sehingga ia mendapatkan hikmah dari apa yang dilakukannya. Pengertian ini didasarkan atas asumsi bahwa orang yang melaksanakan haji memiliki kepribadian yang sabar dalam melintasi bahaya dan cobaan, luwes, egaliter, inklusif dan pandai


(38)

bergaul dengan sesamanya, berani berkorban atau menanggalkan status, jabatan dan harta bendanya, demi tercapainya kesamaan dan kebersamaan dengan sesamanya, agar mendapatkan ridha Allah swt.

Menurut al-Ashqar, ciri-ciri kepribadian muslim adalah sebagai berikut:

a. Selalu menempuh jalan hidup yang didasarkan didikan ketuhanan dengan melaksanakan ibadah dalam arti luas.

b. Senantiasa berpedoman kepada petunjuk Allah.

c. Merasa memperoleh kekuatan untuk menyerukan dan berbuat benar, dan selalu menyampaikan kebenaran kepada orang lain.

d. Memiliki keteguhan hati untuk berpegang kepada agamanya.

e. Memiliki kemampuan yang kuat dan tegas dalam menghadapi kebatilan. f. Tetap tabah dalam segala kondisi.

g. Memiliki kelapangan dan ketentraman hati serta kepuasan batin, hingga sabar menerima cobaan.

h. Mengetahui tujuan hidup dan menjadikan akhirat sebagai tujuan akhir yang lebih baik.

i. Kembali kepada kebenaran dengan melakukan taubat dari segala kesalahan yang pernah dibuat sebelumnya.50

6. Faktor Terbentuknya Kepribadian

Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”, bahwa kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, dan yang mempengaruhi kepribadian itu adalah sebagai berikut:

a. Faktor biologis, berhubungan dengan keadaan jasmani. Faktor biologis ini sering disebut juga dengan faktor fisiologis. Dalam pembentukan kepribadian anak dari faktor biologis dikemukakan oleh Ngalim Purwanto adalah bahwa keadaan fisik baik yang berasal dari keturunan maupun yang merupakan pembawaan yang dibawa sejak lahir itu memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang

50


(39)

b. Faktor sosial, yang dimaksud dengan faktor sosial disini adalah masyarakat, yaitu manusia-manusia lain disekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan.

c. Faktor kebudayaan, sebenarnya faktor kebudayaan ini termasuk di dalamnya faktor sosial sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Kebudayaan itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat.51

Dalam hal ini Islam juga mengajarkan bahwa faktor genetika (keturunan) ikut berfungsi dalam pembentukan kepribadian muslim.52

7. Upaya Orang Tua Dalam Membentuk Kepribadian Muslim Pada Remaja Pendidikan dimulai sejak anak dilahirkan. Bahkan pada tahun-tahun pertama sangat penting, dan sangat tepat apabila disebut sebagai tahun-tahun yang menentukan kehidupannya. Sayangnya, orang tua banyak mengabaikan pentingnya masa kanak-kanak meskipun masa ini sangat penting. Karena, pada umur ini anak-anak berada dalam keadaan bersih. Banyak orang tua berpendapat bahwa anak-anak tidaklah memahami atau belajar sesuatu sehingga mereka dengan sembarangan mengucapkan kata-kata yang kotor, bahasa yang kasar, dan mencaci maki didepan anak. Sesungguhnya, semua itu terukir di dalam hati dan pikiran anak.53

Oleh karena itu, orang tua hendaknya selalu mengucapkan kata-kata yang baik dan membicarakan hal-hal yang baik di depan anak. Orang tua hendaknya selalu mencurahkan perhatiannya terutama kepada masalah-masalah keIslaman. Apabila aqidah Islam dibicarakan siang dan malam dan kapan saja ada kesempatan di depan anak, maka aqidah Islam akan terukir ke dalam jiwanya yang masih murni sehingga aqidah Islam tidak akan terhapus dari jiwanya bahkan hingga anak mencapai usia lanjut.54

51

Ngalim Purwanto,Psikologi Pendidikan,….h. 160.

52

Dr. jalaluddin dan Drs. Usman Said,Filsafat Pendidikan Islam,...h. 97

53

Maulana Musa Ahmad Olgar, Tips Mendidik Anak bagi Orang Tua Muslim, (Yogyakarta: Citra Media, 2006), Cet. 1, h. 101.

54

Maulana Musa Ahmad Olgar,Tips Mendidik Anak bagi Orang Tua Muslim,…. Cet. 1, h. 102.


(40)

Tanggung jawab membina masa remaja terletak dibahu orang tua sebagai pendidik, seharusnya orang tua mempunyai keupayaan dan kebolehan untuk mendidik. Pembinaan kepribadian yang sebenarnya melahirkan individu yang sholeh, berkualiti, berkemahiran dan berjiwa pemimpin. Orang tua sering bersedia untuk menangani masalah keluarga dan senantiasa membimbing keluarganya kearah hidup yang baik dan maju, janganlah orang tua membiarkan anaknya hidup tanpa tujuan. Dalam hal ini pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah swt, harus dibina kepada anak-anak sejak mereka masih kecil. Menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah secara mendalam ke dalam sanubari anak-anak sehingga ia menjadi darah daging yang tidak boleh dikikis lagi.55

Pembinaan yang wajib dilatih supaya remaja taat kepada Islam yang dapat membentuk kepribadian muslim adalah:

a. Remaja hendaklah diajarkan mencintai Allah swt, lebih dari segala-galanya. Mereka hendaklah dilatih takut akan azab Allah.

b. Remaja juga hendaklah diajari mencintai Nabi Muhammad saw sepenuh hati, melebihi dari pada makhluk yang lain, mencintai nabi berarti menurut segala perintah-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. c. Remaja hendaklah diajari mempertahankan keIslamannya, mereka harus

sanggup berkorban karena agama. Pengorbanan itu adalah dengan mentaati perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

d. Remaja hendaklah senantiasa digalakan mencari ilmu selama itu tidak bertentangan dengan Islam, mencari ilmu adalah suatu kewajiban yang dituntut oleh agama. Ilmu yang digalakan adalah ilmu agama dan sains, kesemua ilmu itu membimbing manusia kearah ketenangan dalam membentuk keimanan.

e. Remaja hendaklah diajari membesarkan dan menghormati al-Qur’an.

f. Remaja hendaklah diajari memelihara lidah, jangan berdusta dan jangan mengeluarkan perkataan sia-sia dan kotor.

55

Noor Aminah, Mendidik Anak Pintar Cerdas Bermula dari Alam Rahim, (Kuala Lumpur: Darul Nu’man, 1995), Cet. 1, h. 87.


(41)

g. Remaja hendaklah diajari memelihara kehormatan atau farajnya, jangan melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama seperti zina, liwat, musahakkah dan lain-lain.

h. Remaja hendaklah diberitahu supaya mereka memelihara diri dari makan minuman yang haram.

i. Remaja hendaklah diajari bersifat pemurah dan suka memberi sedekah. j. Remaja hendaklah diasuh agar bersifat sabar dalam menghadapi sesuatu

dugaan hidup.56

Dengan demikian pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya merupakan suatu pembentukan kebiasaan yang baik dan serasi dengan nilai-nilaiakhlak al-karimah.57

D. Kerangka Berfikir

Salah satu faktor yang mempengaruhi kepribadian muslim pada remaja adalah orang tua. Maka kepribadian muslim yang berkembang pada remaja tidak terjadi begitu saja, tetapi sedikit banyak dipengaruhi oleh orang tua. Dalam hal ini pendidikan agama orang tua memiliki andil dalam membina dan menumbuhkan kepribadian muslim pada remaja.

Untuk dapat membina dan menumbuhkan kepribadian muslim pada remaja, orang tua memerlukan pendidikan agama yang cukup, sebab pendidikan agama orang tua merupakan bekal ilmu pengetahuan baginya dalam mendidik anak-anaknya dalam keluarga, baik pengetahuan umum maupun agama. Dengan pendidikan agama yang cukup dapat mengantarkan orang tua pada keberhasilan membina kepribadian anaknya.

Dengan demikian penulis berasumsi jika pendidikan agama orang tua baik dan menguasai pengetahuan agama yang cukup maka memiliki anak yang kepribadiannya baik, tetapi jika pendidikan agama orang tua tidak baik

56

Noor Aminah,Mendidik Anak Pintar Cerdas Bermula dari Alam Rahim,…. Cet. 1, h. 139-143.

57


(42)

dalam arti pendidikan agamanya rendah dan tidak memiliki pengetahuan agama maka memiliki anak yang kepribadiannya tidak baik.

E. Hipotesis Penelitian

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan agama orang tua dalam pembinaan kepribadian muslim pada remaja, maka dirumuskan hipotesa sebagai berikut:

Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan agama orang tua dengan kepribadian muslim remaja.

Ha = Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan agama orang tua dengan kepribadian muslim remaja.


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Tempat yang dijadikan objek penelitian di wilayah RW 01, Kali Abang Nangka Bekasi Utara. Adapun waktu yang diperlukan dalam kegiatan ini selama 2 minggu dari tanggal 8 Oktober 2010 sampai tanggal 21 Oktober 2010.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif lebih menitikberatkan pada pengumpulan data empiris, kemudian diolah menggunakan statistik guna menjawab permasalahan yang ada atau tidak adanya hubungan kedua variabel yang diteliti dan diprediksi berapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang memerlukan angka-angka dalam meneliti variabel. Adapun jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Korelasional, untuk melihat apakah ada korelasi anatara variabel X (Pendidikan agama orang tua) dengan variabel Y (kepribadian muslim pada remaja), melalui pendekatan Studi Kasus.


(44)

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.58 Populasi juga merupakan sejumlah masa (manusia atau yang lainnya) yang terdapat dalam suatu willayah tertentu di dalam satu unit kesatuan atau kumpulan dari individu dengan kualitas atau ciri-ciri tertentu. Dalam hal ini populasi yang penulis teliti yaitu seluruh remaja yang berusia 13-21 yang ada di Wilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara. Cluster logisnya adalah rukun tangga (RT), yaitu jumlah semua RT yang berada diwilayah RW 01.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.59 Sampel juga merupakan beberapa bagian atau unit yang dijadikan suatu objek penelitian. Dalam penelitian ini penulis tidak menjadikan seluruh remaja RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara menjadi responden, maka untuk meneliti objek yang akan diteliti cukup diwakilkan oleh sebagian populasi yaitu dengan menggunakan sampel. Dalam hal ini penulis ingin mengambil suatu sampel dari remaja dengan usia 13-21 tahun di RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara yang berjumlah 53 remaja penulis hanya mengambil 45% sampel saja dalam penyebaran angket yang diacak secara sistematis dengan menggunakan random sampling (secara acak). Dengan demikian diperoleh hasil 24 remaja yang menjadi sampel (45% dari 53 =23,85 menjadi 24).

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 3 hal yaitu:

1. Angket, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Berikut ini adalah kisi-kisi instrument angket:

58

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. 12, h. 115.


(45)

(46)

2. Observasi

Penggunan teknik ini dimaksudkan untuk mengangkat data yang ada di wilayah Rw 01 dengan mengamati secara langsung. Penggunaan teknik ini dimaksudkan agar penulis mendapatkan data mengenai kondisi obyektif lokasi penelitian.

3. Interview (wawancara): Interview adalah alat pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Wawancara ini ditujukan kepada ketua RW 01 untuk memperoleh informasi tentang pengaruh pendidikan agama orang tua terhadap kepribadian muslim remaja.

E. Teknik Analisis Data

Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan yang dicapai untuk mengetahui pendidikan agama orang tua terhadap kepribadian muslim pada remaja (study kasus di wilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara) maka data yang penulis sebarkan diolah menggunakan langka-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing. Hal ini berarti semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.

2. Skoring

Setelah selesai tahapan editing maka langkah selanjutnya adalah penulis memberikan skor terhadap angket. Pada soal nomor 1-4 untuk point a diberi skor 4 point b diberi skor 2 dan untuk point c diberi skor 0. Pada soal nomor 5-30 diberi skor 4,3,2,1 untuk pernyataan atau pertanyaan positif, sedangkan pernyataan atau pertanyaan negatif sebaliknya.

3. Tabulating

Tahap selanjutnya adalah perhitungan terhadap hasil skor yang telah ada penulis memindahkan jawaban responden ke dalam blanko yang telah tersusun rapih dan rinci dalam bentuk tabel.


(47)

Untuk menganalisa setiap variabel digunakan teknik analisa deskriptif dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = x100% N

F

Keterangan: P = Prosentase

F= Frekuensi / jumlah yang mengisi N = Jumlah Responden60

Sedangkan untuk mengetahui tingkat hubungan antara pendidikan agama orang tua dengan kepribadian remaja, penulis menggunakan teknik korelasi product moment yaitu dengan rumus:

rxy=

) ) ( )( ) ( ( ) )( ( 2 2 2

2 ΣΧ −ΣΧ ΣΥ −ΣΥ

ΣΥ ΣΧ − ΣΧΥ N N N Keterangan:

rxy = Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment. N = Number of Cases.

ΣΧΥ = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y. ΣΧ = Jumlah seluruh skor X.

ΣΥ = Jumlah seluruh skor Y.61

Selanjutnya memberikan interpretasi rxyatau ro untuk menarik kesimpulan secara sederhana. Pada umumnya digunakan pedoman sebagai berikut:

60

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 43.

61


(48)

Tabel 2 Interpretasi Data Besarnya “r”

Product Moment (rxy) Interpretasi

0,00–0,20 Antara Variabel X dan Variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah, sehingga korelasi itu diabaikan.

0,21–0,40 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi lemah atau rendah.

0,41–0,70 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasai yang cukup atau sedang.

0,71–0,90 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.

0,91–1,00 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.62

Setelah itu hasilnya dicocokan dengan tabel nilai koefisien korelasi

“r” Product Moment baik pada taraf signifikan 5% ataupun pada taraf 1%, kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak. Untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks

korelasi “r”Product Moment, prosedurnya adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan hipotesa alternatifnya (Ha) dan hipotesa nihil (Ho).

Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan agama orang tua dengan kepribadian muslim remaja.

Ho = Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan agama orang tua dengan kepribadian muslim remaja.

Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah diajukan,

dengan cara membandingkan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai

(db) atau degree of freedom (df). Adapun rumusnya sebagai berikut:

df = N– nr

62


(49)

Keterangan :

df = Degree of freedom N = Number of cases

nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan.63

F. Hipotesis Statistik

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan agama orang tua terhadap kepribadian muslim remaja, maka dirumuskan hipotesa sebagai berikut:

Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan agama orang tua dengan kepribadian muslim remaja.

Ho = Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan agama orang tua dengan kepribadian muslim remaja.


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Wilayah RW 01 1. Kondisi obyektif dan geografis lokasi

Wilayah RW 01 Kali Abang Nangka terletak di jalan KH. Muchtar Thabrani Kelurahan Perwira Kecamatan Bekasi Utara, dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah utara : Kali Abang Tengah b. Sebelah selatan :Teluk Buyung c. Sebelah barat : Rawa Bugel d. Sebelah timur : Penggilingan Baru

Jarak wilayah RW 01 tersebut dengan pusat pemerintahan kota Bekasi kurang lebih berjarak 3 KM. Adapun luas wilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara yaitu mencapai 814 M2. Wilayah RW 01 terdiri atas 4 RT.

2. Kondisi demografis

Menurut sensus penduduk tahun 2010, warga masyarakat wilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara seluruhnya berjumlah 1.174 jiwa, yang terdiri dari: laki-laki berjumlah 573 jiwa dan perempuan berjumlah 601 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 325 Kepala Keluarga (KK).


(51)

3. Kondisi sosiologis Kondisi sosial ekonomi

Mata pencaharian masyarakat wilayah RW 01 Kelurahan Perwira Kecamatan Bekasi Utara adalah guru, buruh, petani, wiraswasta, jasa angkutan, pegawai swasta dan pegawai negeri.

B. Deskripsi Data

Dari keseluruhan remaja yang ada diwilayah RW 01 Kelurahan Perwira Kecamatan Bekasi Utara yang berjumlah 53 jiwa dari 4 RT, diambil data sampel penelitiannya dengan perhitungan persentase 45%. Maka diperoleh hasil 24 jiwa yang menjadi sampel (45% dari 53 =23,85 menjadi 24).

Selanjutnya dari remaja yang dijadikan responden, diberikan sebuah angket penelitian yang didalamnya berisi 30 item pertanyaan atau pernyataan. Setelah data diperoleh berdasarkan angket yang diberikan kepada responden maka langkah pertama yang dilakukan adalah mencari angka prosentase dalam bentuk tabel. Berikut penulis sajikan hasil angket dari 30 pertanyaan yang diberikan kepada 24 responden remaja.

Tabel 3

Sekolah dasar bapak/ibu remaja

No Soal Alternatif Jawaban F P

1 MI

SD

Tidak berpendidikan

5 19

-20,83% 79,17%

-Jumlah 24 100%

Dari data di atas menunjukan bahwa orang tua yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan prosentase sebesar 20,83%, sedangkan orang tua yang berasal dari Sekolah Dasar (SD) dengan prosentase 79,17%, dan 0% orang tua tidak berpendidikan dasar. Ini menunjukan bahwa sebagian


(1)

Nama-Nama Remaja yang Menjadi Sampel Jenis kelamin

No Nama Umur

Lk Pr

1 Yuli Rahmawati 19 th 

2 Siti Zakiah 15 th

3 Hafidz Murdiyanto 15 th 

4 Rizal Ramadhan 20 th

5 Alfi Adip Noval 15 th

6 Rismawati 19 th

7 Aini Zahrotul. M 14 th

8 Ahmad Luthfi 15 th 

9 Lady Thalia AN 13 th

10 Khoirunnisa 19 th 

11 Nurhasanah 20 th

12 Fujiyanti 17 th 

13 M. Reza Pahlevi 17 th

14 Tuti Alawiyah 21 th

15 Marsya SN 14 th 

16 Rangga Aditiya 13 th

17 M. Riyan 20 th 

18 Vivi Nuralfi Lail 16 th

19 Riski Farid 14 th 

20 Adelia 15 th

21 Lukman Hakim 21 th

22 Fitriyanti 18 th 

23 Nurhalimah 21 th

24 Laila Nurjanah 18 th 

25 Mu’thi Armendia Dito 20 th

26 Rina Nafisah 17 th 

27 Hafsah 16 th

28 M. Zakhwan 13 th

29 M. Ali Zaidan 14 th

30 Eti Rahmawati 16 th

31 M. Fadhil Setiawan 13 th

32 Ita Khairunnisa 17 th

33 Dina Putriyanti 20 th 

34 Abdul Rohman 16 th

35 Garnis Salindri 19 th 

36 Dwi Hariyanto 13 th

37 Ahmad Syafi’i 15 th

38 Igham 15 th

39 Desy Wulandari 18 th


(2)

42 Leni Widya 14 th 

43 Muhammad Fatih 13 th

44 Djanur Wulandoko 14 th 

45 Yudhi Handoko 20 th

46 Lia Muzdalifah 18 th 

47 Fitriyanti 14 th

48 Maisaroh 15 th

49 Irfan Caesar Hasani 16 th 

50 Dita Purnamasari 16 th

51 Riski Abdul 13 th 

52 Vivi Luthfiati 21 th

53 Rikza 19 th 

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082 Tgl. Terbit : 01 Maret 2010 No. Revisi : 002

DEPARTEMEN AGAMA UIN JAKARTA

FITK

Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia

Form (FR)

Hal : 1/1

SURAT PERMOHONAN RISET/WAWANCARA

Nomor : Un.01/F.1/PP.009/……../ 2010 Jakarta, 8 Oktober 2010

Lamp :

-Hal :Riset/Wawancara Kepada Yth.

Ketua RW 01 Di Bekasi

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama : Noer Aisyah

NIM : 106011000036

Semester : IX (Sembilan)

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : “Pengaruh Pendidikan Agama Orang Tua Terhadap

Kepribadian Muslim Remaja (Study Kasus di Wilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara)”


(3)

Adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya.

Demikianlah atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082 Tgl. Terbit : 01 Maret 2010 No. Revisi : 002

DEPARTEMEN AGAMA UIN JAKARTA

FITK

Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia

Form (FR)

Hal : 1/1

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.01/F.1/PP.009/……../ 2010 Jakarta, 8 Oktober 2010

Lamp :

-Hal :Permohonan Izin Penelitian Kepada Yth.

Ketua RW 01 Di Bekasi

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama : Noer Aisyah

NIM : 106011000036

Semester : IX (Sembilan)

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : “Pengaruh Pendidikan Agama Orang Tua Terhadap

Kepribadian Muslim Remaja (Study Kasus di Wilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara)”


(4)

Adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Demikianlah atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb Tembusan:

1. Dekan FITK

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan

SURAT KETERANGAN

Nomor : 15/RW 21/X/2010

Yang bertanda tangan di bawah ini ketua RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara menerangkan bahwa:

Nama : Noer Aisyah

Nim : 106011000036

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul skripsi : “Pengaruh Pendidikan Agama Orang tua Terhadap

Kepribadian Muslim Remaja”

Benar bahwa nama tersebut di atas telah mengadakan penelitian dan wawancara di wilayah kami RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2010 sampai dengan 21 Oktober 2010

Demikian surat keterangan yang kami utarakan, untuk itu atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.


(5)

H. Aminuddin Ketua RW 01


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan

22 131 71

HUBUNGAN VERBAL ABUSE ORANG TUA TERHADAP TIPE KEPRIBADIAN REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI SMP ISLAM 01 KOTA BATU

6 29 31

Pengaruh perhatian orang tua terhadap minat belajar Siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Mandalahayu Bekasi

0 21 106

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA DI SDN LIMUSNUNGGAL 01 KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR

2 74 111

PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Keluarga Muslim Pelaksana Homeschooling) Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Kasus Pada Keluarga Muslim Pelaksana Homeschooling).

0 6 17

PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Keluarga Muslim Pelaksana Homeschooling) Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Kasus Pada Keluarga Muslim Pelaksana Homeschooling).

0 5 18

MAKNA BERBAKTI PADA ORANG TUA DALAM PERSPEKTIF REMAJA MUSLIM JAWA Makna Berbakti Pada Orang Tua Dalam Perspektif Remaja Muslim Jawa.

0 2 18

MAKNA BERBAKTI PADA ORANG TUA DALAM PERSPEKTIF REMAJA MUSLIM JAWA Makna Berbakti Pada Orang Tua Dalam Perspektif Remaja Muslim Jawa.

0 1 22

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA DAN INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM KELUARGA TERHADAP Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Formal Orang Tua Dan Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Terhadap Kepribadian Remaja Di Kampung Wonowoso Kelurahan

0 1 16

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM DI MI MA’ARIF GRABAG 01 GRABAG MAGELANG SKRIPSI

0 1 72