Transformasi Pengalaman Spiritual Vokal Panjang

- 85 - realitas spiritual. Gambaran religius seperti itu menjadi benar karena ternyata memainkan peran yang sig – nifikan dalam kehidupan seseorang serta memberikan pengetahuan dan pengalaman yang meyakinkan. Para pencari pengalaman spiritual tidak melakukan speku – lasi atau berpikir dalam menatap kebenaran hakiki tetapi mencairkan wujud batiniyahnya dengan mem – bersihkan prilakunya dari kotoran dan menyucikan hatinya supaya menjadi substansi yang bersih dan suci dan dapat mendaki ke alam spiritual. 21 Pencarian pengetahuan dan pengalaman yang hakiki tidak semata didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman empirik dan rasional saja tetapi juga melalui pengalaman langsung yang dapat dicapai oleh aspek spiritualnya. Pengetahuan yang dicarinya adalah yang bertumpu pada pengalaman spiritual, yaitu pengalaman yang didapat dan berangkat dari dualisme antara subjek dan objek dan mempraanggapkan bahwa subjek mengenal dirinya sekaligus mengenal yang lain kemudian berlanjut sampai hilangnya masing -masing subjek dan objek itu dalam pikiran dan perasaannya. 22 Diri yang berupa fisik tidak hadir dalam kesadarannya kecuali setelah secara perlahan-lahan diri spiritual kembali ke dalam diri fisik maka ia berada dalam kesa – darannya semula. Pengalaman spiritual bukanlah k – 21 Hosen Nasr, Islamic Studies, Birut: Du Liban, 1967, hlm.20. 22 Mehdi Ha iri Yazdi, Ilmu Hudluri, penterj.: Ahsin Muhammad, Bandung: Mizan, 1994. hlm. 18. - 86 - ejadian fenomenal tetapi didapat ketika seseorang ber – usaha mempertajam daya dzawqnya قففلا cita rasa hati dengan menjauhkan hidup kemewahan dan memusatkan perhatian dan usaha pada penyucian hati demi kejernihannya supaya mengkilap seperti cermin yang dapat menampung segala bayangan yang terpan – tul ke dalamnya dan dapat menerima cahaya yang dipancarkan oleh Tuhan. Ketika itu Tuhan akan mem – berinya cahaya ke dalam hatinya. Seseorang mengenal Tuhan melalui pantulan bayangan-Nya dalam cermin yang tidak lain adalah hatinya sendiri. Dirinya bagai – kan gelas pengetahuan laksana lampu maka dirinya secara totalitas tersinari cahaya pengetahuan sampai menembus secara transparan ke luar dirinya sehingga segala perbuatannya baik lahir maupun batin diterangi cahaya. Dengan cahaya itu hakikat kebenaran dan kesesatan dan rahasianya menjadi jelas terbaca dan terbuka karena sucinya hati dari kotoran. 23 Pengalaman yang bersifat subjektif ini benar-benar milik pribadi walaupun sulit dikomunikasi dengan pihak lain. Pe – ngetahuan dan pengalaman itu bersifat bisu tetapi mendalam dan tidak bersandar pada penginderaan dan penalaran. Kesan-kesan yang diterima oleh aspek spiri – tual dari yang terluar sampai yang terdalam meru – pakan kesan yang sudah tersaring dan bebas dari aspek 23 Ibrahim Hilal, al-Tashawwuf al- Islami bain al-Din wa al-Falsafah, Kairo: Dar al-Nahdlah al- Arabi, 1969, hlm. 63. - 87 - fenomenal. 24 Pengalaman itu bukan persoalan yang berhubungan dengan berbagai wacana keilmuan yang referensinya bersifat penginderaan maupun penalaran melainkan pengalaman esoterik yang kemudian waca – nanya dijelaskan bahkan dirumuskan secara sistimatik oleh ilmu pengetahuan maupun filsafat. Atas dasar keterikatan seorang kepada dunia fenomenal yang me – nyebabkan pengalaman spiritual harus diungkapkan dengan bahasa yang mengindikasikan multiplisitas keakuan dan kediaan supaya lebih dapat difahami. Dengan merenungi pengalaman spiritualnya seca – ra nalar seseorang dapat memberikan kesaksian kebe – naran pengetahuan dan pengalaman lainnya walaupun tidak harus mengkonversi pengalamannya itu menjadi penglihatan empirik dan persepsi nalar. Walaupun pe – ngalaman spiritual itu tidak sama dengan pengetahuan ilmu dan filsafat tetapi ia dapat memberikan kesaksian –justifikasi- terhadap kebenaran ilmu dan filsafat. De– ngan mempergunakan berbagai sarana yang mungkin untuk menyuguhkan kebenaran pengalaman spiritual melalui telaah garis-garis besarnya, prinsip-prinsipnya, problem-problem dan konsekwensinya secara nalar maka pengalaman spiritual dapat diterima sebagai pe- ngetahuan yang lebih umum. Pandangan tentang dunia fenomenal melalui pen – galaman dan pengetahuan aspek ini bukan merupakan 24 Abu H}amid Muh}ammad bin Muh}ammad al Ghazali, Ki miya al- Saadah, ...; hlm. 32. - 88 - tangkapan terhadap aspek eksoteriknya melainkan aspek esoteriknya maka pengalaman spiritual yang di- interpretasikan secara representasional dengan penu – turan bahasa dan analisis logis adalah bagaikan garis luar lingkaran yang jari-jarinya akan bertemu dengan titik pusat lingkaran itu. Pernyataan dan ungkapan yang didapat dari pengalaman spiritual itu adalah re- presentasi untuk membicarakan sesuatu yang dialami; bukan yang dipikirkan atau ingin dikatakan. Seseorang yang memperoleh pengalaman spiritual cenderung tenggelam dan kehilangan orientasi kehidu – pan duniawi dalam jangka waktu tertentu dengan me – nunjukkan prilaku yang tidak seperti biasanya dan kurang dapat mengaitkan pengalamannya dengan ke – hidupan sehari-hari secara wajar. Hal ini terjadi karena kesan yang diterima dari pengalaman itu demikian dalam walaupun akhirnya ia dapat hidup kembali secara normal bersamaan dengan menipisnya kesan- kesan yang pernah mempengaruhinya sehingga ia dapat menyampaikan pengalamannya dengan bahasa yang ia kuasai.

F. Eliminasi Pengalaman Empirik dan Rasional

dari Pengalaman Spiritual Pengetahuan pada dasarnya adalah keterbukaan terhadap kenyataan yang tampak pada penginderaan, - 89 - penalaran dan pandangan spiritual. 25 Seperti diyakini oleh banyak orang bahwa pengetahuan terdiri subjek, objek dan tindak mengetahui. Terjadinya tindak pe – ngetahuan dilandasi oleh kesadaran subjek terhadap suatu objek. Disamping itu terdapat pengetahuan esen – sial dan tidak memerlukan pemisahan antara subjek dan objek. Walaupun perlu dipertimbangkan pula bahwa masing-masing alat pencerapan itu mempunyai spesi – fikasi tersendiri yang tidak bisa dijustifikasi oleh pen- cerapan yang lain. Pengetahuan yang diperoleh melalui tanggapan inderawi semata beserta perangkat-perang- katnya tidak mampu mengantarkan pengenalan terha- dap sesuatu yang bersifat abstrak dan non fisik. Ke – mampuan inderawi sebatas pengenalan dan tanggapan terhadap sesuatu yang bersifat fisik dan material. Objek yang tidak dapat ditanggap oleh indera tidaklah dapat dianggap sebagai sesuatu yang tidak ada; dan akan 25 Sesuai dengan tingkatan penerimanya, kesadaran untuk mencerap pengetahuan terdiri dari: a. Kesadaran inderawi, yang menghasilkan pengetahuan dalam pengalaman yang empirik sensual. b. Kesadaran rasional yang menghasilkan pengetahuan yang eksak dan logis c. Kesadaran spiritual yang menghasilkan pengetahuan dan pengalaman yang berbeda dengan keduanya. Secara epistimologis mengetahui dengan jalan emanasi wujud awal ke dalam diri seseorang. Mehdi Ha iri Yazdi, Ilmu...;., hlm. 210.