DISKUSI Analisis Penggunaan Berbagai Merk Semen Portland Type I Untuk Pembuatan Beton Fc 20 Mpa Dengan Menggunakan Agregat Dari Binjai

BAB V DISKUSI

Dalam bab ini penulis ingin menyajikan hal-hal yang berkenaan dengan pembahasan yakni pada bab sebelumnya dimana akan diulas mengenai segala pengaruh hasil dan perhitungan dari masing-masing pengujian. Disini penulis juga ingin berdiskusi mengenai hal-hal yang menyangkut pengujian ini dengan dosen pembimbing maupun dosen penguji saya dan menerima segala masukan yang ada. Sebelum kepada topik pembahasan diskusi maka penulis petama-tama ingin mengulas sedikit banyaknya tentang penelitian ini dimana penelitian ini menggunakan sampel beton silinder dimana masing-masing sampel akan dicetak dengan menggunakan semen dengan type dan merk yang berbeda. Adapun semen yang digunakan adalah semen type I OPC dan semen portland komposit PCC dengan masing-masing merk semen yakni semen holcim untuk type PCC, semen tigaroda untuk type PCC, semen padang untuk type OPC PCC, dan semen andalas untuk type OPC PCC. Pengujian yang dilakukan untuk masing-masing varian semen adalah: - Kuat tekan beton, - Kuat tarik, - Kandungan senyawa kimia, - Waktu ikat semen setting time, dan - Pola retak Adapun masing-masing pengujian ini dilakukan untuk mengetahui masing-masing kekuatan dari merk semen yang diuji dan pengaruhnya terhadap Universitas Sumatera Utara penggunaan di lapangan. Juga untuk mengetahui perbedaan mendasar dari semen type I OPC dan PCC itu sendiri sehingga dengan mengetahui perbedaan dari kedua type semen maka secara otomatis mengetahui aplikasi dari masing-masing varian semen.

1. Kuat Tekan Beton f’

c Dari perhitungan kuat tekan beton didapat bahwa untuk masing- masing sampel berbeda satu sama lain. Hasil pengujian juga bersifat dinamis dimana dari ke-20 sampel dari masing-masing merk menunjukkan pola naik turun. Disini terlihat bahwa hasil pengujian sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yakni sifat komponen itu sendiri dan metode pelaksanaan pengujian. Dari keempat merk yang berbeda diperoleh hasil bahwa semen OPC memiliki kekuatan tekan lebih besar dibanding PCC. Ini disebabkan oleh persentase dan pengaruh dari kandungan senyawa kimia yang terdapat pada masing-masing merk dan type semen itu sendiri. Dimana kandungan senyawa kimia ini akan dibahas pada poin selanjutnya. Diskusi: Hasil pengujian yang dilakukan menunjuk bahwa untuk type OPC, kekuatan paling besar diperoleh semen andalas dengan hasil maksimum rata-rata kuat tekan betonnya f’ c adalah 25,132 MPa. Sedangkan untuk type PCC , kekuatan paling maksimum diperoleh semen padang dengan kekuatan rata-rata tekan betonnya f’ c adalah 23,139 MPa. Tinggi rendahnya hasil kekuatan beton secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: Universitas Sumatera Utara  Sifat dan proporsi campuran beton  Kondisi pemeliharaan  Faktor pengujian. Namun dari beberapa faktor tersebut di atas masih ada salah satu faktor yang sangat berperan aktif dalam hasil kuat tekan beton yakni kadar kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalamnya. Adapun kandungan senyawa kimia yang dimaksud adalah trikalsium silikat C 3 S, dikalsium silikat C 2 S dan trikalsium aluminat C 3 A. C 3 S memberikan kontribusi yang besar pada perkembangan kuat tekan awal, sedangkan C 2 S memberikan kekuatan semen pada umur yang lebih lama. C 3 A mempengaruhi kuat tekan sampai pada umur 28 hari dan selanjutnya pada umur berikutnya pengaruh ini semakin kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi persentase kadar ketiga senyawa kimia tersebut diatas maka akan menghasilkan kekuatan tekan yang tinggi pula dan sebaliknya. Dari hasil kesemua varians semen juga telah mencapai batas aman yang telah ditetapkan oleh peraturan SNI – 03 – 2847 – 2002 dimana nilai f’ c yang akan digunakan pada bangunan yang direncanakan sesuai dengan aturan-aturan dalam tata cara yang berlaku yakni tidak boleh kurang dari 17,5 Mpa mutu minimum beton untuk bangunan yang diukur dari kuat tekan silinder berumur 28 hari. Jika dilihat juga dari nilai kuat tekan beton yang direncanakan sebesar 20 MPa, kesemua varians semen juga telah mencapai batas kuat tekan rata- rata dari yang direncanakan. Universitas Sumatera Utara Jika dilihat dari hasil deviasi standar yang dihitung dapat dikatakan bahwa semua merk sudah memenuhi mutu pekerjaan beton. Dapat dilihat pada tabel berikut ini. Merk dan type semen Hasil perhitungan standar deviasi MPa Indikator deviasi standar MPa Indikator QC Holcim PCC 2,326 2,1 – 2,8 Istimewa Tigaroda PCC 3,416 2,8 – 3,5 baik Padang PCC 1,620 2,1 – 2,8 Istimewa Andalas PCC 1,510 2,1 – 2,8 Istimewa Padang OPC 2,389 2,1 – 2,8 Istimewa Andalas OPC 1,405 2,1 – 2,8 Istimewa

2. Kuat tarik beton f’ct

Dilihat dari kuat tarik beton yang dihitung dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa kekuatan tarik diungguli juga oleh semen andalas dengan nilai kekuatan 4,149 MPa untuk yang type OPC sedangkan untuk yang type PCC diungguli oleh semen padang yakni 4,243 MPa. Diskusi: Dari hasil ini diketahui bahwa untuk pengujian kuat tarik beton, semen PCC lebih baik dibanding semen OPC. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor yang dibedakan dalam 3 kelompok yaitu:  Sifat dan proporsi campuran beton  Kondisi pemeliharaan  Faktor pengujian. Universitas Sumatera Utara Secara khusus, kuat tarik belah beton f’ ct dipengaruhi oleh waktu ikat semen dan kandungan senyawa yang terdapat di dalamnya. Adapun kandungan kimia yang berpengaruh dalam hal ini adalah C 3 S. Dimana, semakin besar kadar C 3 S di dalam semen tersebut maka akan semakin tinggi pula kekuatan beton tersebut karena kadar C 3 S sangat berperan aktif pada kekuatan tekan maupun tarik beton pada umur 28 hari.

3. Kandungan senyawa kimia

Semen portland dibuat dari serbuk mineral kristalin yang komposisi utamanya disebut mayor oksida, terdiri dari : kalsium atau batu kapur CaCO 3 , aluminium oksida Al 2 O 3 , pasir silikat SiO 2 , dan bijih besi FeO 2 serta senyawa-senyawa lain yang jumlahnya hanya beberapa persen dari jumlah semen yaitu minor oksida yang terdiri dari : MgO, SO 3 , K 2 O, NaO 2 . Empat unsur yang paling penting dalam semen adalah: 1. Trikalsium Silikat C 3 S atau 3CaO.SiO 3 Berpengaruh besar terhadap pengerasan semen terutama sebelum mencapai 15 hari. 2. Dikalsium silikat C 2 S atau 2CaO.SiO 2 Berpengaruh besar terhadap pengerasan semen sebelum mencapai umur 14 hari. Unsur C 2 S ini juga membuat semen tahan terhadap serangan kimia chemical attack dan juga mengurangi besar susutan pengeringan. 3. Trikalsium Aluminat C 3 A atau 3CaO.Al 2 O 3 Universitas Sumatera Utara Berpengaruh besar terhadap pengerasan semen sesudah 24 jam. 4. Tetrakalsium aluminoferit C 4 AF atau 4CaO.Al 2 O 3 .FeO 2 Kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen atau beton. Diskusi: dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa untuk memenuhi kriteria kuat tekan selama 28 hari yang tinggi maka kadar C 3 S pada semen yang akan dipakai harus memiliki persentase yang tinggi pula. Inilah bukti nyata kenapa semen type I OPC memiliki kekuatan tekan lebih tinggi jauh dari semen portland komposit PCC dimana kadar C3S pada semen OPC lebih banyak dibanding PCC yakni mencapai 60 sedangkan untuk semen type PCC hanya pada kisaran 50 .

4. Waktu ikat semen setting time

Pengikatan semen adalah pengerasan semen segera setelah bereaksi dengan air. Mekanisme terjadinya setting dan hardening : Pada pencampuran dengan air, maka senyawa-senyawa klinker segera terhidrasi. C 3 A akan bereaksi paling cepat menghasilkan 3 CaO.Al 2 O 3. 3CaSO 4 .3H 2 O. Senyawa ini akan membentuk gel yang bersifat cepat set kaku sehingga ia akan mengontrol sifat setting time. Tetapi 3 CaO.Al 2 O 3. 3CaSO 4 .3H 2 O akan bereaksi dengan gypsum yang segera membentuk etteringite yang akan membungkus permukaan 3 CaO.Al 2 O 3 .3H 2 O dan 3 CaO.Al 2 O 3, sehingga reaksi hidrasi dari 3 CaO.Al 2 O 3 akan dihalangi dan proses setting akan dicegah. Namun demikian lapisan etteringite pembungkus tersebut, karena suatu fenomena osmosis, ia pecah, dan reaksi C 3 A akan terjadi lagi, tetapi segera Universitas Sumatera Utara akan terbentuk pula lapisan etteringite baru yang akan membungkus 3 CaO.Al 2 O 3 kembali. Proses ini akhirnya menghasilkan setting time. Makin banyak etteringite yang terbentuk, maka setting time akan makin panjang, oleh karena itulah gypsum dikenal sebagai retarder. Dengan adanya gypsum, proses hidrasi di samping menghasilkan cement gel, juga membentuk etteringite. Diskusi: dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kadar kandungan senyawa kimia pada semen juga sangat mempengaruhi waktu pengikatan dari semen itu sendiri. Dimana senyawa C 3 S, C 2 S dan C 3 A berperan aktif dalam waktu pengikatan. Pengikatan awal semen tergantung pada senyawa C 3 A. Dimana senyawa C 3 A adalah Senyawa yang menghasilkan senyawa panas paling tinggi sehingga semakin tinggi kadar C 3 A pada semen tersebut maka akan membantu semen tersebut untuk cepat mengering kaku. Maka jika semen cepat mengering akan menghasilkan waktu ikat awal dan akhir yang sedikit pula. Dari hasil pengujian kuat tekan dan kuat rekah beton yang dilakukan, maka dapat disimpulkan hubungan antara kuat tekan dan kuat rekah beton split test yakni : Perhitungan untuk semen Holcim PCC didapat hasil sebagai berikut: fc’ = 21,843 Nmm 2 fct = 3,820 Nmm 2 Maka hubungan antara kuat tekan dan kuat tarik beton dapat diformulasikan seperti berikut. Universitas Sumatera Utara fc’ : fct → 21,843 Nmm 2 : 3,820 Nmm 2 �� ′ ��� = 21,843 3,820 21,843. ��� = 3,820. ��′ ��� = 3,820 21,843 � ��′ ��� = 0,1749. ��′ ��� = 17,49 . ��′ Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kuat tarik beton memiliki hubungan dengan kuat tekan beton dimana dapat dinyatakan dalam rumus hubungan antara kuat tekan dan kuat tarik beton. Adapun untuk masing- masing varian semen dapat dilihat dibawah ini: 1. Semen untuk tipe OPC Semen Padang → ��� = 17,18 . ��′ Semen Andalas → ��� = 15,83 . ��′ 2. Semen untuk tipe PCC Semen Holcim → ��� = 17,49 . ��′ Semen Tigaroda → ��� = 20,1 . ��′ Semen Padang → ��� = 18,34 . ��′ Semen Andalas → ��� = 17,62 . ��′ Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Perbandingan Sifat Fisik Beton Yang Menggunakan Semen Portland Pozzolan Dan Semen Portland Tipe I

1 47 53

Perbandingan Kapasitas Balok Beton Bertulang Antara Yang Menggunakan Semen Portland Pozzolan Dengan Semen Portland Tipe I (Kajian Eksperimental)

0 50 139

Studi Eksperimental Penggunaan Semen Portland Komposit Pada Berbagai Umur Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi fc'=40 MPa Pada Benda Uji Silinder Berdiameter 150 mm dan Tinggi 300 mm.

0 0 36

Studi Eksperimental Penggunaan Portland Composite Cement Terhadap Kuat Lentur Beton Dengan fc'=40 MPa Pada Benda Uji Balok 600 X 150 X 150 mm3.

0 0 33

Studi Eksperimental Penggunaan Beton Recycle Sebagai Agregat Kasar Pada Beton Terhadap Kuat Tarik Belah Dengan Mutu Rencana fc' = 25 MPa.

0 0 18

Studi Eksperimental Penggunaan Pecahan Beton Recycle Sebagai Agregat Kasar Pada Beton Dengan Mutu Rencana fc'=25 MPa.

0 0 18

Studi Penggunaan Semen Portland Pozolan (PPC) Untuk Perencanaan Beton Struktural Dengan fc'= 25 MPa.

0 0 65

ANALISIS PENGGUNAAN BERBAGAI MERK SEMEN PORTLAND TYPE I UNTUK PEMBUATAN BETON f’c 20 MPa DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT DARI BINJAI

0 1 13

NIRM : 41077011930312 PEMBIMBING : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha Bandung ABSTRAK - Studi Penggunaan Semen Portland Pozolan (PPC) Untuk Perencanaan Beton Struktural Dengan fc'= 25 MPa - MCUr

0 0 11

Studi Eksperimental Penggunaan Pecahan Beton Recycle Sebagai Agregat Kasar Pada Beton Dengan Mutu Rencana fc'=25 MPa - MCUrepository

0 0 10