program prakerin yang diselenggarakan bersama antara sekolah dengan institusi pasangannya.
7. Pembiayaan Mengingat pendidikan sistem ganda kejuruan memerlukan biaya yang sangat
besar, maka masalah pendanaan ini harus dipikirkan untuk pemecahannya. Mengacu pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
maka pengadaan dan pendayagunaan sumber dana pendidikan ditanggung oleh oleh pemerintah.
2. Mata Pelajaran Produktif
Keberhasilan pendidikan kejuruanSMK dapat diukur dari tingkat keterserapan tamatan di dunia kerja. Untuk mencapai hal tersebut berbagai
usaha dilakukan oleh SMK melalui peningkatan mutu pembelajaran. Salah satunya melalui pencapaian standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh
Dunia UsahaDunia IndustriAsosiasi Profesi, yang subtansi diklat dikemas dalam berbagai mata diklat yang dikelompokan menjadi mata pelajaran
Normatif, Adaptif, dan Produktif. Mata Pelajaran Produktif yang ada di SMK adalah kelompok mata
pelajaran yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
SKKNI. Bila dalam SKKNI belum tercantum, maka digunakan standar kompetensi yang disepakati oleh forum yang dianggap mewakili Dunia
UsahaDunia IndustriAsosiasi Profesi. Mata Pelajaran Produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja.
17
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru,
mewajibkan guru memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik. Pada Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 ditegaskan
bahwa sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun masyarakat. Pendidikan tersebut dilaksanakan setelah jenjang
program S-1 Sarjana. Guru dipandang sebagai ujung tombak yang sangat menentukan
keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut pasal 28 ayat 3 PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan pasal 10
ayat 1 UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, kompetensi guru terdiri: a kompetensi pedagogik, b kompetensi kepribadian, c kompetensi
profesional, dan d kompetensi sosial. Evaluasi input dari kinerja guru mata pelajaran produktif dapat dilihat dari segi penguasaan keempat kompetensi
tersebut. Dalam kegiatan PRAKERIN Praktek Kerja Industri, seharusnya siswa
melakukannya sesuai dengan keahlian yang mereka pelajari, yang sesuai dengan mata pelajaran produktif yang mereka pelajar, jika siswa dalam melakukan
PRAKERIN Praktek Kerja Industri tidak sesuai dengan keahliannya maka akan
18
menjadi sia – sia kegiatan PRAKERIN Praktek Kerja Industri yang dilakukannya.
Dalam kegiatan PRAKERIN Praktek Kerja Industri, tidak semua mata pelajaran produktif yang kita pelajar disekolah akan diterapkan dalam dunia
industri, maka dari itu semua siswa harus bisa memenfaatkannya dengan baik, agar pengetahuan mereka dan keterampilan mereka dapat meningkat sepulangnya
dari kegiatan PRAKERIN Praktek Kerja Industri. Frekuensi belajar merupakan suatu hal yang penting dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran produktif. Dalam proses belajar mengajar, tanpa adaya keaktifan anak belajar tidak akan mencapai hasil
yang maksimal. Sering dijumpai pada individu yang malas belajar jika tidak ada ulangan atau jika tidak ada tugas dari sekolah. Di samping itu, individu yang
kurang mempunyai keinginan untuk mengembangkan potensi kreatif yang ada dalam dirinya. Hal ini tampak terjadi pada saat proses belajar mengajar
berlangsung. Siswa kurang efektif dan responsif terhadap materi yang disampaikan. Kondisi semacam ini menjadikan siswa lebih banyak tergantung
pada pendidik.
3. Hasil Belajar