Penilaian DESKRIPSI TEORI 1. Penjelasan Prakerin Praktik Kerja Industri

yang cache mirip by sholahuddin apr uncategorized tagged prestasi belajar siswa memahami pengertian. Prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda beda sesuai dengan sedangkan menurut nasution prestasi belajar adalah belajar biologi online cache mirip des selain definisi menurut para ahli pendidikan ada beberapa definisi belajar secara teori belajar kognitif lebih menekankan pada cara cara seseorang hasil belajar adalah yang dicapai dalam suatu usaha april februari januari desember november penelusuran terkait dengan pengertian hasil belajar menurut para.

4. Penilaian

Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Menurut Djemari Mardapi 1999: 8 penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi 1995: 21 penilaian adalah keputusan tentang nilai. Menurut Akhmat Sudrajat penilaian assessment adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi rangkaian kemampuan peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif pernyataan 22 naratif dalam kata-kata dan nilai kuantitatif berupa angka. Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balikperbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas : 1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik; 2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; 3. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat : 1. Dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil 23 belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. 2. Menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk : menilai pencapaian kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran. Dalam rangka penilaian hasil belajar rapor pada semester satu penilaian dapat dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti pekerjaan rumah PR, proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor semester satu. Pada semester dua penilaian dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan kenaikan kelas dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti PR, proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor pada semester dua. Selain itu ada beberapa pengertian penelitian dari beberapa ahli, diantaranya adalah : 1. Sudiono, Anas 2005 mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. 2. Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. 2003: Evaluation The systematic process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to which pupils are achieving instructional objectives. Artinya: 24 Evaluasi adalah proses sistematis pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi untuk menentukan sejauh mana siswa yang mencapai tujuan instruksional. 3. Mardapi, Djemari 2003, penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. 4. Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution 2001, mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Penilaian terbagi 3 yaitu ranah penilaian afektif , kognitif, psikomotor. Penjelasan dari ketiga ranah penilaian tersebut antara lain : a. Ranah penilaian afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: 1 receiving menerima atua memperhatikan 2 responding menanggapi 3 valuing menghargai 4 Organization mengatur 25 atau mengorganisasikan 5 characterization by evalue or calue complex karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai. b. Ranah penilaian kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental otak. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Pada ranah ini, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab — akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan. c. Ranah penilaian psikomotor 26 Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan skill tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson 1956 yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan skill dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif memahami sesuatu dan dan hasil belajar afektif yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku. Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif. B. PENELITIAN YANG RELEVAN Penelitian yang relevan dengan topik mengenai kegiatan prakerin terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa kelas XI pada mata pelajaran produktif di SMKN 3 Boyolangu Tulungagung adalah : 1. Penelitian oleh Yuli Rifiani tahun 2008, tesis tentang “Partisipasi Pasaraya Sri Ratu Pemuda Semarang Dalam Kegiatan Prakerin Siswa Smk Program Keahlian Penjualan”, hasil penelitiannya adalah Prakerin yang berlangsung di Pasaraya Sri Ratu berjalan sesuai perencanaan yang dibuat oleh pihak sekolah yang mengadakan kesepakatan kerjasama, dalam hal ini SMK Negeri 2 Semarang, dalam hal tujuan, lingkup kerjasama, tugas dan tanggung 27 jawab, pelaksanaan kegiatan, pembeayaan, maupun jangka waktu kerjasama tersebut.. Perencanaan ini dibuat satu kali pada saat pertama kali penandatanganan MoU, selanjutnya tinggal mengikuti, dan diadakan pembaharuan lagi setiap tiga tahun sekali. Waktu pembelajaran prakerin yang berlangsung di PSR sama dengan jam kerja untuk karyawan. Kegiatan absen yang dilakukan siswa prakerin juga sama dengan yang dilakukan karyawan PSR. Kedua hal tersebut memberikan pelajaran disiplin kepada siswa prakerin, sehingga mereka yang ketika di sekolah masih belum bisa menghargai waktu, setelah mengikuti irama kerja di PSR selama prakerin menjadi bisa menghargai waktu. Pada kegiatan evaluasi Prakerin, Pasaraya Sri Ratu hanya mengandalkan ujian Tugas Akhir sebagai evaluasi yang resmi dari sekolah, dan ada arsipnya. Kegiatan evaluasi intern prakerin di Pasaraya Sri Ratu tidak berlangsung secara seragam, dalam arti masing-masing lantai memiliki kebijakan sendiri- sendiri dalam melaksanakannya, dan kegiatan ini juga tidak terdokumen, sehingga tidak bisa diketahui bagaimana kemampuan siswa dari tahun ke tahun. 2. Penelitian oleh Istu Harjono tahun 2012, tesis tentang “Implementasi Praktek Kerja Industri Pada Kompetensi Keahlian Teknik Instlasi Tenaga Listrik SMK Negri 4 Di Kota Tanggerang”, hasil penelitiannya adalah Implementasi prakerin pada kompetensi keahlian teknik instalasi tenaga listrik di SMK negeri di kota Tanggerang diimplementasikan dalam berbagai tahapan yang tersetruktur, yaitu pemetaan dunia usaha industri, pengajuan daftar peserta 28 prakerin pada dunia usaha, tanggapan dunia usaha, mengirim peserta prakerin, pelaksanaan prakerin, monitoring prakerin dan menyusun laporan presentasi. Bentuk kerjasama yang sudah dilakukan dan terus dikembangkan oleh SMKN 4 kota Tanggerang dengan pihak industri yang selama ini telah banyak membantu program Prakerin. 3. Penelitian oleh Fera Susanti tahun 2012, tesis tentang “Evaluasi dan Desain Hipotetik Program Prakerin Siswa SMK Negeri 2 Padang Panjang”, hasil penelitiannya adalah bahwa program Prakerin SMKN 2 Padang panjang sudah berjalan dengan baik, namun masih ada pelaksanaan sub variable yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan data yang penulis dapatkan. Analisis deskriptif terhadap variabel context yang terdiri dari indikator tujuan program prakerin dan lingkungan tempat prakerin. Dari 48 siswa diperoleh skor rata-rata 30,96 dari skor maksimum ideal 40, dengan tingkat ketercapaian sebesar 77,40. Artinya tujuan program prakerin cukup sesuai dengan kebutuhan siswa karena program prakerin dapat meningkatkan kemampuan kompetensi produktif, meningkatkan disiplin kerja, dan memberikan pengalaman kompetensi produktif sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki siswa. Tetapi pada pelaksanaan prakerin, belum sepenuhnya sesuai dengan tujuan. Pada indikator lingkungan tempat prakerin diperoleh skor rata-rata 30,82 dari skor maksimal 40, dengan tingkat ketercapan sebesar 77,40 dengan kategori cukup. Artinya lingkungan tempat prakerin belum sesuai dengan kompetensi keahlian. perolehan data yang penulis dapatkan. 29 Analisis deskriptif terhadap variabel context yang terdiri dari indikator tujuan program prakerin dan lingkungan tempat prakerin. Dari 48 siswa diperoleh skor rata-rata 30,96 dari skor maksimum ideal 40, dengan tingkat ketercapaian sebesar 77,40. Artinya tujuan program prakerin cukup sesuai dengan kebutuhan siswa karena program prakerin dapat meningkatkan kemampuan kompetensi produktif, meningkatkan disiplin kerja, dan memberikan pengalaman kompetensi produktif sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki siswa. Tetapi pada pelaksanaan prakerin, belum sepenuhnya sesuai dengan tujuan. Pada indikator lingkungan tempat prakerin diperoleh skor rata-rata 30,82 dari skor maksimal 40, dengan tingkat ketercapan sebesar 77,40 dengan kategori cukup. Artinya lingkungan tempat prakerin belum sesuai dengan kompetensi keahlian. C. KERANGKA BERPIKIR Dalam membuat judul skripsi ini tentunya terdapat faktor X dan faktor Y, faktor X di dalam judul ini adalah tentang prakerin, sedangkan faktor Y adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam mata pelajaran produktif. Dimana kedua variable tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya, yaitu antra prakerin dengan peningkatan pengetahuan siswa dan antara prakerin dengan peningkatan keterampilan siswa. Penigkatan pengetahuan dan keterampilan tersebut dikhususkan pada mata pelajaran produktif. Mata pelajaran produktif merupakan mata pelajaran yang merupakan keahlian dari siswa SMK tersebut, dengan kata lain bahwa mata pelajaran produktif adalah pembelajaran kejuruan yang merupakan kemampuan khusus 30 yang diberikan kepada siswa sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya. Pembelajaran produktif diberikan di bengkelinstalasi masing-masing jurusan. Mata pelajaran produktif merupakan mata pelajaran praktikum yang mana setiap siswa harus berkompeten didalamnya. Alasan siswa harus berkompeten dalam mata pelajaran produktif dikarenakan SKL Standar Kompetensi Lulusan bagi siswa SMK adalah salah satunya berada pada mata pelajaran produktif. Nantinya setelah atau sebelum Ujian Nasional UN, siswa akan menghadapi ujian pada mata pelajaran produktif yang namanya UKK Uji Kompetensi Kejuruan hal ini lagi yang sekali lagi mengharuskan siswa untuk menguasai semua kompetensi dari mata pelajaran yang mereka pelajari. Tentunya kompetensi di bidang mata pelajaran produktif dilakukan dengan tanpa mengurangi kompetensi mereka di dalam mata pelajaran normatif dan adaptif. Untuk mendapatkan kompetensi yang diinginkan dan maka tenaga pendidik yang bersangkutan, yakni guru mata pelajaran produktif juga harus berkompeten pula dalam bidang kehakiman yang dimilikinya, selain itu guru mata pelajaran juga diwajibkan mempunyai kompetensi dasar dan kompetensi inti yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada saat ini pengetahuan pengetahuan siswa tentang pengetahuannya dibidang mata pelajaran produktif yang dipelajari disekolah masih terbatas, keterbatasan ini bisa diakibatkan karena alat yang mereka gunakan praktik masih terbatas, masalah – masalah yang mereka hadapi ketika praktikum berbeda jauh dengan masalah – masalah yang ada di dunia industri, selain itu juga implementasi alat di sekolah masih berupa prototype namun jika di dunia kerja sudah dalam 31 bentuk nyata, hal ini lah yang menjadikan pengetahuan mereka tantang keahlian dibidang yang mereka palajari akan bertambah. Selain dibidang pengetahuan, bidang keterampilan juga berpengaruh besar, karena semua industri dan semua perusahaan yang ada pada saat ini memerlukan para pekerja yang terampil. Terampil yang dimaksud adalah cekatan, disiplin, berkompeten, rajin dan mempunyai inovasi – inovasi yang dapat menunjang produktivitas perusahaan. Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Bisa disimpulkan bahwasanya keterampilan tersebut dapat dilatih sehingga mampu melakukan sesuatu, tanpa adanya latihan dan proses pengasahan akal, fikiran tersebut tidak akan bisa menghasilkan sebuah keterampilan yang khusus atau terampil karena keterampilan bukanlah bakat yang bisa saja didapat tanpa melalui proses belajar yang intensif dan merupakan kelebihan yang sudah diberikan semenjak lahir. Sehingga untuk menjadi seorang yang terampil yang memiliki keahian khusus pada bidang tertentu haruslah melalui latihan dan belajar dengan tekun supaya dapat menguasai bidang tersebut dan dapat memahami dan mengaplikasikannya. Dari penjelasan diatas, maka keterampilan siswa smk dalam bidang keahlianyya dapat dibentuk, pembentukan bisa dilakukan di dalam pembelajaran yang ada di sekolah, yaitu dengan cara memberikan tugas – tugas akhir kepada siswa untuk merancang dan membuat sebuah alat, selain itu untuk 32 mengoptimalkan keterampilan yang dimiliki oleh siswa, maka kegiatan prakerin praktek kerja industri. Seperti yang disebutkan pada penjelasan diatas, diadakannya prakerin praktek kerja industri dapat mengoptimalkan keterampilan siswa smk, karena di dalam industri para siswa dilatih dididik dengan sistem yang ada di dunia industri, maka secara otomatis keterampilan mereka akan tumbuh dengan sendirinya. Yang akhirnya nanti setelah mereka selesai melakukan kegiatan prakerin praktek kerja industri keterampilan yang didapatkan di dunia industri akan merak terapkan kembali ke dalam proses pembelajaran disekolah. Selain masalah – masalah yang ada pada pemaparan diatas, masih terdapat masalah yang lain, yaitu mengenai minat belajar yang kurang dari siswa itu sendiri, ada banyak hal yang mempengaruhi minat belajar siswa sangat kurang, salah satunya adalah karena kurang minatnya siswa dalam melakukan praktikum, karena ada beberapa siswa yang lebih tertarik dan lebih minat belajar jika melakukan praktikum dalam pengimplementasikan secara nyata. Nyata dalam hal ini adalah terjun langsung ke dalam industri. Masalah yang seperti inilah yang pada akhirnya keberadaan kegiatan prakerin praktek kerja industri akan sangat penting dalam membantu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. Berdasarkan dukungan landasan teoritik yang diperoleh dari eksplorasi teori yang dijadikan rujukan konsepsional variabel penelitian, maka dapat disusun Kerangka Pemikiran sebagai berikut :

1. Perencanaan