Kajian Teori .1 Definisi Penerjemahan dan Translasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Definisi Penerjemahan dan Translasi Penerjemahan merupakan proses pergantian bahasa pada sebuah teks, dari teks sumber ke teks sasaran dengan tidak mengubah makna. Catford dalam Machali 2009: 25 menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan penerjemahan dan ia mendefinisikannya sebagai “the replacement of textual material in one language SL by equivalent textual material in another languange TL” mengganti bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran. Newmark dalam Machali 2009: 25 juga memberikan definisi serupa, namun lebih jelas lagi: “rendaring the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text” menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang. Dari beberapa definisi di atas seyogianya di dalam proses penerjemahan, seorang penerjemah harus memperhatikan beberapa aspek yang terdapat bahasa sumber dan bahasa sasaran seperti aspek tata bahasa, situasi dan budaya. Hal ini bertujuan agar tidak ada kesalahan arti ataupun penyimpangan makna yang terjadi saat proses penerjemahan berlangsung. Universitas Sumatera Utara Selain itu, Nida dan Taber 1982: 12 mendefinisikan penerjemahan “reproducing in the receptor languange that natural equivalent of the source languange massage, first in term of meaning and second in term of style”, penerjemahan adalah mengungkapkan kembali pesan yang terkandung pada BSu ke dalam BSa dengan menggunakan padanan kata yang wajar yang terdekat baik dari segi makna maupun gaya bahasa. Newmark 1988: 5 mendefenisikan terjemahan “Translation is the superordinate term for converting the meaning of any source languange utterance to the target languange”. Maksudnya adalah bahwa terjemahan merupakan sebuah proses konversi makna ujar dari satu bahasa ke bahasa yang lain yang bertujuan untuk mendapatkan kesepadanan kata, keterbacaan dan penyampaian informasi yang utuh. Berarti seorang penerjemah harus bisa membaca teks sebagai sesuatu yang bukan sekedar memiliki unsur statis tetapi juga memiliki unsur dinamika yang kuat. Pada hakikatnya seorang penerjemah harus sadar bahwa dalam menerjemahkan sebuah teks, dia harus mampu memindahkan makna beserta nilai- nilai yang terkandung dalam makna tersebut. Maksudnya adalah, setiap bahasa memiliki nilai atau unsur-unsur tersendiri baik unsur tata bahasa maupun unsur budaya. Dalam hal ini, penerjemah harus mampu mengadaptasi unsur-unsur yang terkandung di dalam teks tersebut lalu mencari kesepadanan yang paling tepat pada bahasa sasaran. Hal ini bertujuan untuk menjaga nilai dan pesan yang ingin disampaikan pengarang agar pembaca dapat mengerti isi dan maksud teks tersebut. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, tidak jarang seorang pengarang harus Universitas Sumatera Utara menambahkan ataupun mengurangi kata sebagai cara untuk memperoleh hasil terjemahan yang bermutu. Machali 2001: 26 menyatakan bahwa melalui kegiatan penerjemahan, seorang penerjemah menyampaikan kembali isi sebuah teks dalam bahasa lain. Penyampaian ini bukan sekedar kegiatan penggantian, karena penerjemah dalam hal ini melakukan kegiatan komunikasi baru melalui hasil kegiatan komunikasi yang sudah ada yakni dalam bentuk teks, tetapi dengan memperhatikan aspek- aspek sosial di mana teks baru itu akan dibaca atau dikomunikasikan. Dalam kegiatan komunikasi baru tersebut, penerjemah melakukan upaya membangun “jembatan makna” antara produsen teks sumber dan pembaca teks sasaran. Catford 1965: 49 menyebut padanan tekstual dengan kriteria, “interchangeable in a given situation”. Artinya, kedua bentuk lingual sebuah teks dalam SL dan TL secara umum dapat saling menggantikan dalam situasi tertentu sebagai konteks. Kategori padanan ini berkaitan pada prosedur adaptasi yang menghasilkan “situated equivalence” Hatim dan Munday: 2004. Penerjemah harus mampu menyeimbangkan situasi yang mempengaruhi sebuah teks agar hasil terjemahan yang diperoleh juga memiliki senyawa yang sama. Selanjutnya, Larson 1984: 17 menyatakan bahwa ketika seorang penerjemah ingin menerjemahkan sebuah teks bahasa, maka tujuan utama nya adalah untuk mencapai translasi idiomatik dan berusaha memadankan makna teks yang terdapat pada bahasa sumber ke dalam bentuk yang lebih alami pada bahasa sasaran. Hal ini menyebabkan penerjemahan memiliki keterkaitan terhadap Universitas Sumatera Utara leksikon, struktur tata bahasa, situasi komunikasi dan konteks budaya teks bahasa sumber yang dianalisis guna menemukan makna sepadan. Koller dalam Hatim 2001: 27 memandang padanan sebagai proses yang dibatasi oleh pengaruh perbedaan bahasa, non-bahasa serta lingkungansituasi antara SLTL dan juga peran kondisi sejarah – budaya yang menjadi konteks penciptaan teks dan terjemahannya sekaligus kondisi ketika dua teks itu sampai ke pembaca. Relasi-relasi yang sepadan equivalen bersifat relatif terhadap ‘ikatan ganda’, pertama pada teks sumber, dan kedua pada situasi komunikasi bagi pihak penerima. Satuan-satuan teks sumber dilihat dari ‘kerangka-kerangka padanan’. Sejalan dengan konsep tersebut, Koller dalam Hatim 2001: 28 merumuskan “kerangka padanan” dan menyatakan bahwa padanan terjemahan dapat dicapai melalui salah satu tataran berikut: a. Kata-kata BSu dan BSa memiliki fitur ortografis dan fonologis yang serupa padanan formal b. Kata-kata BSu dan BSa mengacu pada entitas atau konsep yang sama padanan referensialdenotatif c. Kata-kata BSu dan BSa mengandung asosiasi yang sama atau mirip dalam pikiran para penutur kedua bahasa itu padanan konotatif. d. Kata-kata BSu dan BSa digunakan dalam konteks yang sama atau serupa pada masing-masing bahasa padanan tekstual-normatif. e. Kata-kata BSu dan BSa memiliki efek yang sama terhadap masing-masing pembaca dalam kedua bahasa itu padanan pragmatikdinamik Universitas Sumatera Utara Rumusan akhir yang dapat ditarik dari sebuah penerjemahan berdasarkan semua penjelasan di atas adalah seorang penerjemah harus mampu memilih makna yag sepadan yang dapat mengimbangi bobot makna sebuah kata pada teks sumber ke dalam teks sasaran. Oleh karena itu nilai-nilai yang terdapat pada teks sumber harus benar-benar diperhatikan. Setiap daerah memiliki bahasa masing- masing yang dimana setiap bahasa juga memiliki bentu tata bahasa dan nilainya masing-masing. Dalam penelitian ini, peneliti mengaplikasikan teori LFS untuk mengkaji modalitas dan teori pergeseran Catford untuk menganalisis pergeseran bentuk penerjemahannya. Dalam pengkajian teori LFS, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk memaparkan pengalaman ideational function, mempertukarkan pengalaman interpersonal function, dan merangkai pengalamantextual function. Ketiga fungsi bahasa tersebut dikenal dengan Metafungsi bahasa. Metafungsi bahasa yaitu saat seorang pemakai bahasa merealisasikan pengalamannya pengalaman bukan linguistik menjadi pengalaman linguistik. Pengalaman bukan linguistik dapat berupa kenyataan dalam kehidupan manusia atau kejadian sehari-hari, seperti pohon tumbang, angin berhembus, matahari terbit, burung terbang, dan orang berjalan. Pengalaman bukan linguistik itu direalisasikan ke dalam pengalaman linguistik yang terdiri atas tiga unsur, yaitu proses, partisipan, dan sirkumstan. Realisasi ini harus dilakukan pemakai bahasa karena hanya pengalaman linguistik yang dapat dipertukarkan. Universitas Sumatera Utara Dalam proses memaparkan informasipengalaman, seorang penutur bahasa harus merangkai dahulu informasinya, lalu menyusunnya, dan menyampaikannya pada orang lain. Jadi setiap informasi yang diterima oleh seseorang jika ingin disampaikan kembali pada orang lain, maka dia harus menyusun kembali informasi itu sesuai dengan pengalaman nya dan cara pandang orang tersebut. Hal ini menyebabkan terkadang informasi yang sederhana dapat menjadi kompleks jika diterima dari mulut ke mulut. Pada penelitian ini, peneliti menjadikan ujaran dan subtitle sebuah film sebagai data penelitiannya. Sumber data awal yang berupa ujaran berubah menjadi sebuah teks dengan menggunakan bahasa yang berbeda. Peristiwa seperti ini disebut dengan translasi. Menurut Munday translasi merupakan peralihan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk teks tulis. “...as changing of an original written text in the original verbal language into a written text in a different verbal language’’ Munday, 2001: 5. Dalam prosesnya, biasanya penekanan-penekanan yang terjadi pada bahasa sumber dijelaskan oleh markah- markah atau tanda baca pada bahasa sasaran yang merupakan teks tertulis. Istilah translasi sering dikaitkan dengan proses penerjemahan. Namun seyogiyanya, translasi dan penerjemahan memiliki makna yang berbeda. Penerjemahan merupakan proses alih pesan antara BSu kepada BSa, sedangkan Translasi sebagai padanan kata ‘translation’ merupakan hasil dari suatu penerjemahan dalam bentuk teks tertulis. Jadi dengan kata lain, penerjemahan sering terjadi pada sebuah teks suatu bahasa yang akan diterjemahkan kepada bahasa yang lain dan tetap dalam bentuk teks. Sedangkan translasi merupakan Universitas Sumatera Utara bukan hanya peralihan bahasa dari BSu kepada BSa namun juga peralihan bentuk teks bahasa tersebut yaitu dari teks lisan menjadi teks tulisan. Jacobson dalam artikelnya “On Linguistic Aspect of Translation” 1959 dalam Shuttlewarth dan Cowie 1997:82-88, mengelompokkan translasi menjadi tiga jenis yaitu: • Intralingual Translation Translasi Intralingual yaitu penerjemahan yang hanya melibatkan satu bahasa bahasa yang sama saja dalam prosesnya. • Interlingual Translation Translasi Interlingual yaitu penerjemahan yang melibatkan dua bahasa yang berbeda. • Intersemiotic Translation Translasi Intersemiotik yaitu penerjemahan suatu simbol yang mempunyai makna ke dalam simbol lain yang juga mempunyai makna yang sama. Oleh karena itu di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan istilah translasi untuk hasil penerjemahan dan istilah penerjemahan untuk proses alih pesan dalam translasi. Jenis translasi yang sangat mewakili penelitian ini merupakan jenis kedua yaitu Interlingual Translation karena melibatkan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa sumber dalam bentuk lisan ujaran dan bahasa Inggris sebagai bahasa sasaran dalam bentuk tulisan subtitle. Dalam prosesnya, translasi memiliki tahapan yang serupa dengan proses penerjemahan. Menurut Larson ada tiga hal yang harus diperhatikan seorang penerjemah dalam proses penerjemahan yaitu: Universitas Sumatera Utara • Mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi dan konteks budaya pada teks sumber. • Menganalisis teks bahasa sumber untuk mencari kesepadanan makna. • Mengungkapkan kembali makna yang sama dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai pada bahasa sasaran. Menurut Larson, dalam proses penerjemahan seorang penerjemah harus dapat menemukan kesepadanan makna pada sebuah kata untuk mencapai translasi idiomatik dan berusaha untuk mengubah bahasa sebuah teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran dengan bentuk yang sesuai dan alami sehingga tidak terasa kaku oleh pembaca dari kedua bahasa tanpa mengubah informasi pada teks sumber. Selanjutnya Larson juga mengklasifikasikan translasi menjadi dua tipe yaitu translasi berdasarkan bentuk dan translasi berdasarkan makna. Translasi bentuk lebih condong pada bentuk dari bahasa sumber sedangkan translasi makna lebih condong pada makna yang tekandung pada bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dalam teori translasinya, Larson membagi jenis translasi ke dalam empat jenis yang memiliki kesamaan pada teori pergeseran shift milik Catford yaitu: 1 pergeseran struktural, 2 Pergeseran kelas, 3 Pergeseran unit, dan 4 pergeseran intra-sistem. Pergeseran dalam penerjemahan memiliki kaitan yang sangat erat karena pergeseran diperlukan seorang penerjemah untuk menyesuaikan teks ke dalam konteks situasi, budaya dan struktur gramatikal dari setiap bahasa agar teks yang dihasilkan dapat berterima pada pembacanya. Hoed 2006:80 menyatakan bahwa setiap teks baik lisan maupun tulisan mengungkap makna dalam konteks penggunaannya. Makna sebuah teks dipengaruhi oleh empat faktor yaitu dari sisi Universitas Sumatera Utara BSu antara lain 1 faktor penulis biasanya mempunyai maksud dan tujuan tertentu, 2 norma BSu kaidah grammatikal, tesktual, dan sosial bahasa yang bersangkutan, 3 kebudayaan yang melatari BSu, serta 4 setting tempat, waktu dan format teks yang tertulisterbaca. Dari sisi BSa, teks tersebut dipengaruhi oleh 1 faktor hubungan makna cara tersendiri memaknai teks berbeda dengan yang dimaksudkan oleh penulis 2 norma BSa kaidah-kaidah pasti berbeda dengan BSu 3 kebudayaaan yang melatari Bsa, serta 4 setting tempat, waktu dan format teks yang terbaca. Dua faktor lainnya adalah penerjemah dan pemahaman Newmark, 1998:5. Newmark 1988:4 menggambarkan faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

9. Kebenaran 1. Penulis BSu

5. Hubungan BSa 2. Norma BSu

6. Norma BSa 3. Budaya BSu

7. Budaya BSa 4. Tempat dan

8. Tempat dan Tradisi BSu 10. Penerjemah

Tradisi BSa Bagan 1: Dinamika Teks TerjemahanNewmark, 1988:4 Pergeseran yang terjadi pada penerjemahan sebenarnya dilakukan untuk membuat agar pembaca dari masing-masing bahasa dapat mengerti dan memahami maksud dan tujuan dari teks tersebut. Pemahaman sebuah teks memiliki keterkaitan dengan kedudukan teks pada sebuah wacana yang berada TEKS Universitas Sumatera Utara