14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buruh di Indonesia
2.1.1 Pengertian Buruh
Buruh, Pekerja, Tenaga Kerja atau Karyawan pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa
pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainya kepada Pemberi Kerja atau Pengusaha atau majikan
http:www.wikipedia.org
diakses pada 21 Januari 2015 pukul 11:20 WIB
Pada dasarnya, Buruh, Pekerja, Tenaga Kerja maupun karyawan adalah sama. namun dalam kultur Indonesia, Buruh berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina,
kasaran dan sebagainya. Sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan Karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang
tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan kerja. akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini sama mempunyai arti satu yaitu Pekerja. Hal ini
terutama merujuk pada Undang-undang Ketenagakerjaan, yang berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia.
Buruh merupakan orang yang bekerja untuk orang lain yang mempunyai suatu usaha kemudian mendapatkan upah atau imbalan sesuai dengan kesepakatan
sebelumnya.upah biasanya diberikan secara harian maupun bulanan tergantung dari hasil kesepakatan yang telah disetujui.
Buruh terdiri dari berbagai macam, yaitu: a.
Buruh harian, buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja. b.
Buruh kasar, buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak mempunyai keahlian dibidang tertentu.
Universitas Sumatera Utara
15
c. Buruh musiman buruh yang bekerja hanya pada musim-musim tertentu
misalnya buruh tebang tebu. d.
Buruh pabrik buruh yang bekerja di pabrik-pabrik. e.
Buruh tambang buruh yang bekerja di pertambangan. f.
Buruh tani buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau di sawah orang lain
g. Buruh terampil buruh yang mempunyai keterampilan di bidang tertentu.
h. Buruh terlatih buruh yang sudah dilatih untuk keterampilan tertentu.
2.1.2 Standar Kebutuhan Hidup Layak di Indonesia Di Indonesia yang menjadi dasar dalam penetapan upah minimum adalah
standar Kebutuhan Hidup Layak KHL. KHL adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerjaburuh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik,
non fisik dan sosial, untuk kebutuhan satu bulan. Sejak diluncurkannya UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
Pemerintah menetapkan standar KHL sebagai dasar dalam penetapan Upah Minimum seperti yang diatur dalam pasal 88 ayat 4.
Komponen Kebutuhan Hidup Layak KHL merupakan komponen- komponen pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang dibutuhkan oleh seorang
pekerja lajang selama satu bulan. Sebelumnya menetapkan Upah Minimum Provinsi, Dewan Pengupahan yang
terdiri dari perwakilan serikat pekerja, pengusaha, pemerintah, dan pihak netral dari akademisi akan melakukan survey Kebutuhan Hidup Layak KHL.
Komponen Yang Termasuk Dalam Standar KHL Standar KHL terdiri dari beberapa komponen yaitu :
Universitas Sumatera Utara
16
1.
Makanan dan Minuman
2.
Sandang
3.
Perumahan
4.
Pendidikan
5.
Kesehatan
6.
Transportasi
7.
Rekreasi dan Tabungan Tabel 2.1
Selengkapnya mengenai komponen-komponen standar Kebutuhan Hidup Layak KHL berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012 :
No Komponen
KualitasKriteria Jumlah
Kebutuhan I
MAKANAN DAN MINUMAN
1 Beras Sedang Sedang
10 kg 2 Sumber Protein :
a. Daging Sedang
0.75 kg b. Ikan Segar
Baik 1.2 kg
c. Telur Ayam Telur ayam ras
1 kg 3 Kacang-kacangan : tempetahu
Baik 4.5 kg
4 Susu bubuk Sedang
0.9 kg 5 Gula pasir
Sedang 3 kg
6 Minyak goreng Curah
2 kg 7 Sayuran
Baik 7.2 kg
8 Buah-buahan setara pisangpepaya
Baik 7.5 kg
9 Karbohidrat lain setara tepung terigu
Sedang 3 kg
Universitas Sumatera Utara
17
10 Teh atau Kopi CelupSachet
2 Dus isi 25 = 75 gr
11 Bumbu-bumbuan Nilai 1 sd 10
15 JUMLAH
II SANDANG
12 Celana panjang RokPakaian muslim
Katunsedang 612 potong
13 Celana pendek Katunsedang
212 potong 14 Ikat Pinggang
Kulit sintetis, polos, tidak branded
112 buah 15 Kemeja lengan pendekblouse
Setara katun 612 potong
16 Kaos oblong BH Sedang
612 potong 17 Celana dalam
Sedang 612 potong
18 Sarungkain panjang Sedang
112 helai 19 Sepatu
Kulit sintetis 212 pasang
20 Kaos Kaki Katun, Polyester, Polos,
Sedang 412 pasang
21 Perlengkapan pembersih sepatu a. Semir sepatu
Sedang 612 buah
b. Sikat sepatu Sedang
112 buah 22 Sandal jepit
Karet 212 pasang
23 Handuk mandi 100cm x 60 cm
212 potong 24 Perlengkapan ibadah
a. Sajadah Sedang
112 potong b. Mukena
Sedang 112 potong
c. Peci,dll Sedang
112 potong JUMLAH
III PERUMAHAN
Universitas Sumatera Utara
18
25 Sewa kamar dapat menampung jenis
KHL lainnya 1 bulan
26 Dipan tempat tidur No.3 polos
148 buah 27 Perlengkapan tidur
a. Kasur busa Busa
148 buah b. Bantal busa
Busa 236 buah
28 Sprei dan sarung bantal Katun
212 set 29 Meja dan kursi
1 meja4 kursi 148 set
30 Lemari pakaian Kayu sedang
148 buah 31 Sapu
Ijuk sedang 212 buah
32 Perlengkapan makan a. Piring makan
Polos 312 buah
b. Gelas minum Polos
312 buah c. Sendok garpu
Sedang 312 pasang
33 Ceret aluminium Ukuran 25 cm
124 buah 34 Wajan aluminium
Ukuran 32 cm 124 buah
35 Panci aluminium Ukuran 32 cm
212 buah 36 Sendok masak
Alumunium 112 buah
37 Rice Cooker ukuran 12 liter 350 watt
148 buah 38 Kompor dan perlengkapannya
a. Kompor 1 tungku SNI
124 buah b. Selang dan regulator
SNI 10 liter
c. Tabung Gas 3 kg Pertamina
160 buah 39 Gas Elpiji
masing-masing 3 kg 2 tabung
40 Ember plastik Isi 20 liter
212 buah
Universitas Sumatera Utara
19
41 Gayung plastik Sedang
112 buah 42 Listrik
900 watt 1 bulan
43 Bola lampu hemat energi 14 watt
312 buah 44 Air Bersih
Standar PAM 2 meter kubik
45 Sabun cuci pakaian Creamdeterjen
1.5 kg 46 Sabun cuci piring colek
500 gr 1 buah
47 Setrika 250 watt
148 buah 48 Rak portable plastik
Sedang 124 buah
49 Pisau dapur Sedang
136 buah 50 Cermin
30 x 50 cm 136 buah
JUMLAH IV
PENDIDIKAN
51 Bacaanradio Tabloid4 band
4 buah 148 52 Ballpointpensil
Sedang 612 buah
JUMLAH V
KESEHATAN
53 Sarana Kesehatan a. Pasta gigi
80 gram 1 tube
b. Sabun mandi 80 gram
2 buah c. Sikat gigi
Produk lokal 312 buah
d. Shampo Produk lokal
1 botol 100 ml e. Pembalut atau alat cukur
Isi 10 1 dusset
54 Deodorant 100mlg
612 botol 55 Obat anti nyamuk
Bakar 3 dus
Universitas Sumatera Utara
20
56 Potong rambut Di tukang cukursalon
612 kali 57 Sisir
Biasa 212 buah
JUMLAH VI
TRANSPORTASI
58 Transportasi kerja dan lainnya Angkutan umum
30 hari PP JUMLAH
VII REKREASI DAN TABUNGAN
59 Rekreasi Daerah sekitar
212 kali 60 Tabungan
2 dari nilai 1 sd 59 2
JUMLAH JUMLAH I + II + III + IV + V +
VI + VII
Mekanisme Proses Penetapan Upah Minimum Berdasarkan Standar KHL
a.
Ketua Dewan Pengupahan Provinsi danatau KabupatenKota membentuk tim survey yang anggotanya terdiri dari unsur tripartit: perwakilan serikat pekerja,
pengusaha, pemerintah, dan pihak netral dari akademisi.
b.
Standar KHL ditetapkan dalam Kepmen No. 13 tahun 2012, berdasarkan standar tersebut, tim survey Dewan Pengupahan melakukan survey harga untuk
menentukan nilai harga KHL yang nantinya akan diserahkan kepada Gubernur Provinsi masing-masing.
c.
Survey dilakukan setiap satu bulan sekali dari bulan Januari sd September , sedang untuk bulan Oktober sd Desember dilakukan prediksi dengan membuat
metode
least square
atau metode kuadrat terkecil. Hasil survey tiap bulan tersebut kemudian diambil rata-ratanya untuk mendapat nilai KHL.
Universitas Sumatera Utara
21 d.
Nilai KHL ini akan digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penetapan upah minimum yang berlaku bagi pekerjaburuh dengan masa kerja
kurang dari satu tahun. Upah bagi pekerja dengan masa kerja satu tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit antara pekerja atau serikat pekerja dengan
pengusaha di perusahaan yang bersangkutan.
e.
Berdasarkan nilai harga survey tersebut, Dewan Pengupahan juga mempertimbangkan faktor lain : produktivitas, pertumbuhan ekonomi, usaha
yang paling tidak mampu, kondisi pasar kerja dan saranpertimbangan dari Dewan Pengupahan ProvinsiKabupatenKotamadya.
f.
Gubernur nantinya akan menetapkan besaran nilai upah minimum. Penetapan Upah Minimum ini dilakukan 60 hari sebelum tanggal berlakunya yaitu setiap
tanggal 1 Januari http:www.gajimu.commaingajigaji-minimumkomponen- khl diakses pada 02 Maret 2015 pukul 10:43 WIB.
2.1.3 Kebijakan Pemerintah Tentang Perburuhan di Indonesia Negara Indonesia adalah negara yang sistem ketatanegaraannya menitik
beratkan pada kesejahteraan warga negaranya yang disebut dengan
Walfare State
atau negara kesejahteraan yang secara langsung mengurusi kesejahteraan rakyatnya mulai dari bidang pendidikan, jaminan kesehatan, jaminan sosial dan sebagainya
yang mengupayakan untuk memperkecil jurang pemisah antara mereka yang kaya dan yang miskin melalui berbagai uasaha pelayanankesejahteraan warga negaranya.
Sebagai negara kesejahteraan pemerintah harus mampu membuat program pembangunan yang mampu menyerap angkatan kerja sehingga tidak terjadi
permasalahan kemiskinan dan pengangguran di negara tersebut. Akan tetapi, ketika program pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan
Universitas Sumatera Utara
22
kerja, sektor informal dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai penampung kerja dan alternatif peluang kerja bagi para pencari kerja.
Sehingga gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para penganggur terhadap ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja, untuk
sementara dapat diredam lantaran tersedia peluang kerja di sektor informal . terutama menampung angkatan kerja muda yang masih belum berpengalaman atau angkatan
kerja yang pertama kali masuk pasar kerja. Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial sebagai tujuan negara Republik
Indonesia dilaksanakan berbagai upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU
No. 11 Tahun 2009 bagian II pasal 25 juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial meliputi :
1. Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
2. Menyediakan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
3. Melaksanakan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 4.
Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial;
5. Mendorong dan menfasilitasi masyarakat serta dunia usaha dalam
melaksanakan tanggung jawab sosialnya; 6.
Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia di bidang kesejahteraan sosial;
7. Menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasi
pelayanan kesejahteraan sosial;
Universitas Sumatera Utara
23
8. Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan
aktivitas pembangunan; 9.
Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial; 10.
Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
11. Mengembangkan jaringan kerja dan koordinasi lintas pelaku penyelenggaraan
kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional; 12.
Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional; 13.
Melestaikan nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan sosial; 14.
Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
2.1.4 Sejarah Peringatan Hari Buruh Peringatan Hari Buruh sudah mulai dilakukan tanggal 1 Mei tahun 1920 di
Indonesia. Bahkan tercatat sebagai negara Asia pertama yang merayakan 1 Mei sebagai hari buruh. Melalui UU Tenaga Kerja No. 12 Tahun 1948 pada pasal 15 ayat
2, dinyatakan bahwa “Pada tanggal 1 Mei buruh dibebaskan dari kewajiban kerja”. Berdasarkan peraturan tersebut, kaum buruh di Indonesia, selalu
memperingati
MayDay
setiap tahunnya. Ini berarti sudah sejak lebih dari 90 tahun yang lalu
MayDay
telah diakui sebagai harinya kaum buruh di Indonesia. Namun, sejak masa pemerintahan Orde Baru, hari Buruh tidak lagi
diperingati di Indonesia. Dan sejak itu, 1 Mei bukan lagi merupakan hari libur untuk memperingati peranan buruh dalam masyarakat dan ekonomi. Hal ini disebabkan
karena gerakan buruh dihubungkan dengan gerakan dan paham komunis yang sejak terjadinya G30 SPKI pada 1965 yang ditabukan di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
24
Semasa Soeharto berkuasa, aksi untuk peringatan
MayDay
masuk kategori aktivitas subversif atau upaya pemberontakan dalam merobohkan struktur kekuasaan
termasuk negara, karena
MayDay
selalu dikonotasikan dengan ideologi komunis. Konotasi ini jelas tidak tepat, karena mayoritas negara-negara di dunia ini yang
sebagian besar menganut ideologi nonkomunis, bahkan juga yang menganut prinsip antikomunis, menetapkan tanggal 1 Mei sebagai
Labour Day
dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.
Orde Baru kemudian melarang buruh untuk memperingati
MayDay
, karena Orde Baru memiliki ketakutan tersendiri terhadap kesolidan buruh di Indonesia,
terutama perayaan
MayDay
yang bisa mengkonsolidasikan ribuan buruh.Namun pada tanggal 1 Mei 1994, Serikat Buruh Sejahtera Indonesia SBSI kembali
merayakan
MayDay
di Medan, walaupun di bawah represifitas pemerintahan Orde Baru. Hal ini kemudian dilanjutkan oleh Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk
Demokrasi SMID dan Pusat Perjuangan Buruh Indonesia PPBI dalam merayakan
MayDay
pada tahun 1995.Aksi yang digalang oleh SMID dan PPBI ini ditujukan ke Kantor Departemen Tenaga Kerja dan kantor Gubernur Jawa Tengah, sebagai simbol
pusat kekuasaan. Setelah era Orde Baru berakhir, walaupun bukan hari libur, setiap tanggal 1
Mei kembali marak dirayakan oleh buruh di Indonesia dengan demonstrasi di berbagai kota.Kekhawatiran bahwa gerakan massa buruh yang dimobilisasi setiap
tanggal 1 Mei membuahkan kerusuhan, ternyata tidak pernah terbukti. Sejak peringatan
MayDay
tahun 1999 hingga 2006 tidak pernah ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh gerakan massa buruh yang masuk kategori membahayakan
ketertiban umum.
Universitas Sumatera Utara
25
Yang terjadi justru, tindakan represif aparat keamanan terhadap kaum buruh, karena mereka masih berpedoman pada paradigma lama yang menganggap
peringatan
MayDay
adalah subversif dan didalangi gerakan komunis. Sepanjang tahun 1998-2012, aksi-aksi peringatan
MayDay
banyak di lakukan di pusat-pusat kekuasaan, seperti Kantor Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Kantor Gubernur, Istana Negara, Depnaker, Disnaker, Gedung DPRMPR, dan lain-lain.
Namun menariknya, direntang waktu tersebut terjadi perubahan tujuan aksi dari pusat kekuasaan ke kawasan industri, yakni pada rentang tahun 1997-2000.Pada
rentang waktu tersebut, aksi-aksi
MayDay
banyak dilakukan di kawasan-kawasan industri, seperti kawasan industri Tandes Surabaya, kawasan Industri di Sidoarjo,
Gresik, Ungaran Jawa Tengah, dan Sukoharjo. Perubahan pola aksi ke kawasan industri ini dilakukan karena kawasan
industri merupakan jantung kapitalisme. Dengan dilakukannya aksi di kawasan industri, maka produksi di pabrik akan berhenti dan pemilik modal akan mengalami
kerugian besar.Perubahan pola aksi ke pusat kekuasaan kembali marak terjadi pada kurun waktu 2001-2007. Namun isu
MayDay
yang diangkat pada rentang waktu ini mulai menjadi sangat politis karena mengusung lawan neoliberalisme dan
kapitalisme. Isu
MayDay
pada tahun-tahun ini pun bukan hanya mengangkat isu normatif saja. Isu tersebut masih didominasi dengan isu
MayDay
sebagai hari libur nasional dan kenaikan upah 100 persen.
Sementara walaupun direntang waktu 2008-2012 masih diwarnai aksi-aksi ke pusat kekuasaan, namun yang berbeda dikurun waktu ini ialah serikat buruh kuning
Universitas Sumatera Utara
26
mulai ikut aksi memperingati
MayDay
. Pada tahun-tahun ini, isu yang mendominasi adalah isu upah, tolak PHK, hapus sistem kerja kontrak dan outsourcing.
Perubahan pola aksi ke pusat kekuasaan ini, pada awalnya ditanggapi sangat keras oleh rezim penguasa. Upaya untuk melarang kaum buruh untuk aksi ke pusat
kekuasaan sangat gencar dilakukan oleh rezim penguasa melalui aparat keamanan. Bahkan sempat muncul pelarangan dan intimidasi terhadap pengemudi truk agar
tidak mengangkut buruh aksi ke pusat-pusat kekuasaan. Namun seiring dengan waktu, respons dari rezim penguasa semakin melunak
terhadap aksi-aksi buruh ke pusat kekuasaan. Dalam akhir-akhir tahun ini, pihak penguasa hanya mengimbau agar aksi buruh tidak rusuh serta mengawal secara ketat
aksi-aksi yang dilakukan oleh buruh ke pusat kekuasaan. Selama tahun 2012, selain peringatan
MayDay
, buruh kembali banyak melakukan aksi di kawasan industri. Pada periode Oktober-November saja, aksi yang
dilakukan di berbagai kawasan industri ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi pengusaha
https:helmysyamza.wordpress.com20140331ironis-menelusuri-sejarah-may- day-di-indonesia-01 diakses pada 03 Maret 2015 pukul 10:35 WIB.
Sementara pada tahun 2013, Hari Buruh kembali dijadikan hari libur nasional yang akan dimulai pada tahun 2014. Rencana tersebut disampaikan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono ketika bertemu para pimpinan konfederasi dan serikat pekerja di Istana Negara, Jakarta, Senin 2942013. Walaupun demikian, para buruh tetap
melakukan aksi unjuk rasa untuk menuntut haknya seperti yang dilakukan selama ini, dan sekitar 600.000 buruh yang berunjuk rasa di seluruh Indonesia pada saat itu
http:nasional.kompas.comread2013042918432615Hari.Buruh.1.Mei.Akan.Jadi .Libur.Nasional diakses pada 4 Maret 2015 pukul 8:53 WIB.
Universitas Sumatera Utara
27
Dan yang lebih menarik pada tahun 2014, dimana tahun ini dijuluki dengan istilah tahun politik. Karena semua moment bisa dikaitkan dengan politik,
diantaranya pemilihan presiden, pemilihan anggota DPR yang akan menempati 560 kursi jabatan, dan tak luput juga adalah hari buruh. Yang istimewa dari demo buruh
yang dikoordinir KSPI Konfederasi Serikat pekerja Indonesia kali ini, adalah agenda diumumkannya calon presiden RI pilihan kaum buruh. ada 10 kriteria
Presiden RI pilihan buruh, diantaranya : mampu membangkitkan ekonomi Indonesia, mampu menjadikan Indonesia sebagai negara mandiri yang bebas dari tekanan dan
dominasi asing, serta berani menghapus sistem kerja alih daya. Yang jelas, kaum pekerja mencoba merilis pesan untuk disampaikan pada
para calon penghuni Senayan yang baru dan calon pemimpin negeri ini. Siapapun nanti yang akan diumumkan KPU pada 9 Mei 2014 menjadi pemilik sah 560 kursi
DPR, siapapun nanti yang dipilih rakyat pada 9 Juli 2014, mereka hendaknya mulai memikirkan mana dari 10 tuntutan itu yang kira-kira akan jadi program kerjanya,
sehingga tak melulu hanya memberi janji namun gagal mewujudkan bukti http:metro.kompasiana.com20140501yang-istimewa-pada-peringatan-hari-
buruh-2014-hari-ini-652950.html diakses pada 4 Maret 2015 pukul 8:42 WIB.
2.2 Kemiskinan
2.2.1 Pengertian Kemiskinan Tidak mudah untuk mendefenisikan kemiskinan, karena kemiskinan itu
mengandung unsur ruang dan waktu. Menurut Sejarah, keadaan kaya dan miskin secara berdampingan tidak merupakan masalah sosial sampai saatnya perdagangan
berkembang pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru. Dengan berkembangnya perdagangan ke seluruh dunia dan ditetapkannya taraf kehidupan
Universitas Sumatera Utara
28
tertentu sebagai kebiasaan suatu masyarakat, kemiskinan muncul sebagai masalah sosial. Pada waktu itu individu sadar akan kedudukan ekonominsnya sehingga
mereka mampu untuk mengatakan apakah dirinya kaya atau miskin. Soerjono 2006: 320
Konsep kemiskinan pada jaman perang akan berbeda dengan konsep kemiskinan pada jaman merdeka dan modern sekarang ini. Seseorang dikatakan
miskin atau tidak miskin pada zaman penjajahan dahulu akan berbeda dengan saat ini. Demikian juga dari sisi tempat, konsep kemiskinan di negara maju tentulah
berbeda dengan konsep kemiskinan di negara berkembang dan terbelakang. Mungkin keluarga yang tidak memiliki televisi atau kulkas, seseorang yang tidak dapat
membayar asuransi kesehatan, anak-anak yang bermain tanpa alas kaki, seseorang yang tidak memiliki telepon genggam, akses internet dan lainnya di negara-negara
Eropa dapat dikatakan miskin. Namun tidak demikian di negara kurang berkembang seperti negara-negara di Afrika.
Kemiskinan di sebahagian negara justru ditandai dengan kelaparan, kukurangan gizi, ketiadaan tempat tinggal, mengemis, tidak dapat sekolah, tidak
punya akses air bersih dan listrik. Defenisi kemiskinan biasanya sangat bergantung dari sudut mana konsep tersebut dipandang.
Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhistandar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan
maupun non makan. Bank Dunia mendefenisikan bahwa kemiskinan berkenaan dengan ketiadaan tempat tinggal, sakit dan tidak mampu untuk berobat ke dokter,
tidak mampu untuk sekolah dan tidak tahu baca tulis. Kemiskinan adalah bila tidak memiliki pekerjaan sehingga takut menatap masa depan, tidak memiliki akses akan
sumber air bersih.
Universitas Sumatera Utara
29
Pada dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: a
Kemiskinan absolut Kemiskinan yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan
kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Dengan
demikian kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan
dasarnya yakni makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya.
b Kemiskinan relatif
Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih
rendah dibanding masyarakat sekitarnya lingkungannya. Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah
maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin, sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalah
distribusi pendapatann http:www.repository.usu.ac.id diakses pada tangaal 21 Januari 2015 pukul 11: 12 WIB.
2.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
Menurut Matias Siagian 2012: 114 secara umumfaktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri
dari dua bagian besar, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
30
1. Faktor Internal, yang dalam hal ini berasal dari dalam diri individu yang
mengalami kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi:
a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan.
b. Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya
informasi. c.
Mental emosional atau temperamental, seperti: malas, mudah menyerah dan putus asa.
d. Spritual, seperti: tidak jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin.
e. Sosial psikologis, seperti kurang motovasi, kurang percaya diri.
depresi, stres, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan. f.
Keterampilan, seperti: tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
g. Aset, seperti: tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah,
rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja. 2.
Faktor eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu dan keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu
menjadikannya miskin, meliputi: a.
Terbatasnya pelayanan sosial dasar. b.
Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat memenuhi kebutuhan hidup.
c. Terbatasnya pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-
usaha sektor informal. d.
Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sektor usaha mikro.
Universitas Sumatera Utara
31
e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas
sektor riil masyarakat banyak. f.
Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal, seperti zakat.
g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian program
struktural
structural adjusment program
. h.
Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan. i.
Kondisi Geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana.
j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material.
k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata.
l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.
2.2.3 Ciri- Ciri Kemiskinan
Sulit memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan indikasi-indikasi seperti apa yang dapat digunakan sebagai penanganan untuk
menytakan secara akurat, bahwa orang-orang seperti inilah yang disebut orang miskin, sementara orang-orang yang seperti itu disebut tidak miskin. Namun suatu
studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan yaitu: a.
Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai
ataupun keterampilan untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. Sebagai contoh kemiskinan itu bercirikan
antara lain bahwa faktor produksi yang dimiliki pada umumnya sedikit atau bahkan tidak ada, sehingga kemampuan untuk mempertahankan apalagi
Universitas Sumatera Utara
32
meningkatkan produksipun tidak mungkin. Lebih menyesakkan lagi faktor- faktor produksi yang dimiliki justru digunakan untuk kebutuhan komsumsi,
bukan untuk kebutuhan produksi, misalnya modal atau danatidak digunakan untuk investasi melainkan hanya untuk komsumsi demi mempertahankan
hidup. Kondisi seperti ini mengakibatkan banyak kasus berhentinya usaha karena kekurangan atau ketiadaan modal.
b. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk
memperoleh aset produksi karena kekuatan sendiri. Sebagai contoh, keluarga petani dengan perolehan pendapatan hanya untuk komsumsi. Mereka tidak
berpeluang untuk memperoleh tanah garapan, benih, ataupun pupuk sebagai faktor-faktor produksi.
c. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah. Kondisi seperti ini akan
berpengaruh terhadap wawasan mereka. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa waktu mereka pada umumnya habis tersita semata-mata hanya untuk
mencari nafkahsehingga tidak ada waktu untuk belajar atau meningkatkan keterampilan. Demikian juga dengan anak-anak mereka, tidak dapat
menyelesaikan sekolahnya karena harus membantu orang tua mencari tambahan pendapatan. Artinya bagi mereka, anak tersebut memiliki nilai
ekonomis. d.
Pada umumnya mereka yang masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat
rendah mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formalbagaikan tertutup rapat. Akibatnya mereka terpaksa memasuki sektor-
sektor informal. bahkan pada umumnya mereka bekerja serabutan maupun musiman. Jika dikaji secara totalitas, mereka sesungguhnya bukan bekerja
Universitas Sumatera Utara
33
sepenuhnya, bahkan mereka justru lebih sering tidak bekerja. Sekilas mereka tidak menganggur, namun jika digunakan indikator jam kerja, mereka justru
masuk ke dalam kategori pengangguran tidak kentara. Kondisi demikian mengakibatkan mereka memperoleh pendapatan yang rendah pula.
e. Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda, tetapi tidak
memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu, kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa yang semakin keras.
Artinya laju investasi di perkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi. Kondisi
ini tentu tidak terlepas dari sifat statis desa dalam mendukung kehidupan penduduknya, Dalam keadaan demikian, masyarakat desa cenderung
melakukan migrasi ke kota karena dianggap sebagai alternatif dalam upaya mengubah nasib Siagian, 2012: 20.
2.2.4 Aspek - Aspek Kemiskinan
Adapun aspek-aspek kemiskinan menurut Matias Siagian, yaitu: a.
Kemiskinan bersifat multidimensi Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari
kondisi kebutuhan manusia yang beraneka ragam. ditinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan itu meliputi aspek-aspek primer seperti miskin akan
aset, organisasi sosial, kelembagaan sosial berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dianggap dapat mendukung kehidupan manusia.
Sedangkan aspek sekunder dari kemiskinan adalah miskinnya informasi, jaringan sosial dan sumber keuntungan yang semuanya merupakan faktor-
faktor yang dapat digunakan sebagai jembatan memperoleh suatu fasilitas
Universitas Sumatera Utara
34
yang dapat mendukung upaya mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas hidup.
b. Aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Sebagai konsekwensi logisnya kemajuan atau kemunduran pada salah
satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya
menganalisis kemiskinan itu menuju pada pemahaman yang komprehensif. Hal lain yang juga harus dipahami sebagai konsekwensi logis dari kondisi
kemiskinan seperti ini adalah, pemahaman tentang kemiskinan hanya dapat diperoleh jika kita menganalisis kemiskinan secara agregat. menganalisis
kemiskinan secara parsial akan membawa kita pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu sendiri. Bahkan, kemiskinan hanya dapat dipahami
melalui pendekatan interdisiplinear. c.
Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur. Fenomena yang sering kita temui adalah, pendekatan yang diperoleh
sekelompok yang bermukin di tempat yang sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian
sering mengondisikan kita untuk mengidentifikasi kemiskinan sebagai sesuatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur. Ada pula yang
cenderung menyatakan kemiskinan itu sebagai abstraksi dari perasaan sehingga mustahil untuk diukur cara berfikir seperti ini harus dicegah karena
akan menjauhkan kita dari pemahaman yang benar dan holistik tentang kemiskinan itu sehingga kita pun mustahil dapat menemukan solusi Siagian,
2012: 13.
Universitas Sumatera Utara
35
Karena kemiskinan adalah fakta yang terukur, maka kemiskinan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai tingkatan Siagian, 2012: 14, seperti:
1. Miskin
2. Sangat miskin
3. Sangat miskin sekali
Demikian halnya dengan BKKBN sering mengklasifikasi kondisi kehidupan masyarakat ke dalam berbagai tingkat seperti:
1. Prasejahtera
2. Sejahtera 1
3. Sejahtera 2
Berbagai klasifikasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa, kemiskinan merupakan fakta yang terukur.
a. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun
kolektif. Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan
rural poverty
, kemiskinan perkotaan
urban poverty
, dan sebagainya. berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa
atau kota secara
an sich
. Kondisi desa atau kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin
hanyalah manusia, baik secara individual maupun kelompok dan bukan wilayah.
Sementara itu menurut Drewnoski dalam Siagian, 2012 mengemukakan adanya sembilan komponen yang harus disertakan dalam kajian kebutuhan pokok
dalam rangka penentuan indikator kemisinan. kesembilan indikator tersebut adalah: 1.
Gizi
Universitas Sumatera Utara
36
2. Sandang
3. Tempat berlindung
4. Kesehatan
5. Pendidikan
6. Waktu terluang
7. Ketenagan hidup
8. Lingkungan sosial
9. Lingkungan fisik
Dengan indikator
kemiskinan tersebut
juga merupakan
indikator kesejahteraan sosial ekonomi suatu masyarakat. Pendekatan terbaru, yaitu
pendekatan yang dilakukan BPS terhadap sekelsi 30 variabel kemiskinan yang menghasilkan delapan variabel sensitif dalam mengidentifikasi kemiskinan, yaitu:
1. Luas lantai perkapita 8m persegi.
2. Jenis lantai dari tanah tanah terluas.
3. Air minum dari air hujan atau sumur tak terlindung.
4. Tidak memiliki jamban atau WC sendiri.
5. Tidak memiliki aset.
6. Tidak mengomsumsi lauk pauk daging, ikan, ayam, telur dalam
seminggu yang lalu atau tidak bervariasi. 7.
Setiap anggota rumah tangga tidak pernah beli pakaian bukan pakaian seragam minimal satu stel setahun yang lalu.
8. Tidak hadir dalam rapat RTDesa, arisan, undangan maupun acara sosial
dalam tiga bulan terakhir BPS, dalam Siagian, 2012. Dalam rangka pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai BLT sebagai salah
satu program nasional penanggulangan pogram kemiskinan, BPS menetapkan 14
Universitas Sumatera Utara
37
kriteria keluarga miskin. Adapun 14 kriteria yang juga disebut ciri-ciri rumah tangga miskin tersebut adalah:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m² per orang
2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanabambukayu
murahan. 3.
Jenis dingding tempat tinggal terbuat dari bamburumbiakayu berkualitas rendah tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri kepemilikan fasilitas
buang air besar bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5.
Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6.
Sumber air minum berasal dari sumur mata air tidak terlindungi sungai air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar arang
minyak tanah. 8.
Hanya mengkonsumsi dagingsusutelur satu kali dalam seminggu. 9.
Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10.
Hanya sanggup makan sebanyak satudua kali dalam sehari. 11.
Tidak sanggup membayar biaya perobatan di puskesmaspoliklinik. 12.
Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan,
atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah tidak tamat SD
hanya SD.
Universitas Sumatera Utara
38
14. Tidak memiliki tabungan barang yang muda dijual dengan nilai Rp
500.000, seperti: sepeda motor kreditnon kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya BPS, dalam Siagian, 2012.
2.3 Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan kesejahteraan masyarakat atau kesejahteraan umum. Namun ada baiknya jika kata tersebut dipilah, yaitu
kesejahteraan dan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, istilah sejahtera berarti aman, sentosa, maknur, selamat terlepas dari segala macam
gangguan dan kesusahan. Sedangkan kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan, ketentraman dan keselamatan hidup, dan kemakmuran. Di dalam kamus ilmu
kesejahteraan sosial disebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial tertentu saja.
Dalam undang-Undang No.11 tahun 2009 tentang Kesejateraan Sosial menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
PBB mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan-kegiatan yang terorganisir dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-
individu dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui teknik-teknik dan metode-metode dengan maksud supaya memungkinkan
individu-individu, kelompok-kelompok, maupun komunitas-komunitas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuaian
diri mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat serta melalui tindakan kerja sama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial.
Universitas Sumatera Utara
39
Tujuan kesejahteraan sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan sosial, keuangan, kesehatan, rekreasi semua individu dan masyarakat. Kesejahteraan sosial
berupaya meningkatkan keberfungsian semua kelompok usia, tanpa memandang status sosial setiap individu. Ketika institusi lain dalam masyarakat, seperti ekonomi
pasar atau keluarga pada suatu waktu gagal memenuhi kebutuhan dasar individu atau kelompok masyarakat, maka dibutuhkan bentuk pelayanan sosial untuk membantu
mereka. Istilah kesejahteraan sosial telah lama dikenal di Indonesia, bahkan konsep
kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan indonesia. Kesejahteraan sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda walaupun substansinya tetap
sama dan mencakup tiga konsepsi, yaitu: 1.
Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan- kenutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.
2. Institusi, bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan
berbagai profesi kemanusiaan yang meyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.
3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan usaha yang terorganisir untuk
mencapai kondisi sejahtera. Kesejahteraan sosial dapat diukur dari ukuran-ukuran seperti tingkat
kehidupan levels of livings, pemenuhan kebutuhan pokok basic needs fulfillment,kualitas hidup quality of life, dan pembangunan manusia human
development. Dari beberapa defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan sosial adalah berbagai uasaha yang dikembangkan untuk
meningkatkan taraf hidup manusia, baik secara fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, kehhidupan spritual agar terwujud kehidupan yang layak dan bermartabat.
Universitas Sumatera Utara
40
Kesejahteraan sosial dalam arti luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf kehidupan
yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi, dan fisik belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spritual. Kesejahteraan
sosial dapat dilihat dari empat sudut pandang yaitu: 1.
Kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan kondisi. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi, kesejahteaan sosial dapat dilihat
dari rumusan Undang-Undanng No. 11 tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Kesejahteraan sosial adalah sebagai suatu tata
kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang
memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohanian dan sosial yang sebaik-baiknya bagi
diri, keluarga serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.
2. Kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu.
Sebagi suatu ilmu, pada dasarnya merupakan suatu ilmu yang mencoba mengembangkan pemikiran, strategi dan teknik untuk meningkatkan
kesejahteraan suatu masyarakat, baik dari level mikro, mezzo, maupun makro dengan mengembangkan metode intervensi termasuk didalamnya aspek strategi
dan teknik. 3.
Kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan. Sebagai suatu kegiatan, pengertian kesejahteraan sosial dapat dilihat antara
lain dari defenisi yang dikembangkan oleh Friedlander “Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir dari berbagai institusi dan usaha-usaha
Universitas Sumatera Utara
41
kesejahteraan sosial yang dirancang guna membantu individu atau kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan”. Pengertian ini
sekurang-kuranya menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem pelayanan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Meskipun
dalam pengertian yanng dikemukakan Friedlander secara eksplisif menyatakan bahwa target dari kegiatan tersebut adalah individu dan kelompok, tetapi dalam arti
luas pengertian Friedlander juga melihat masyarakat sebagai suatu totalitas. 4.
Kesejahteraan sosial sebagai suatu gerakan Sebagai suatu gerakan, isu kesejahteraan sosial sudah menyebar luas hampir
ke seluruh penjuru dunia sehingga menjadi gerakan tersendiri yang bertujuan memberitahukan kepada dunia bahwa masalah kesejahteraan sosial merupakan hal
yang perlu diperhatikan secara seksamaoleh masyarakat dunia, baik secara global maupun parsial. Oleh karena itu, muncullah berbagai macam gerakan dalam wujud
organisasi lokal, regional, maupun internasional yang berusaha menangani isu kesejahteraan sosial ini Adi, 2013: 40.
Okamura 2005 menjabarkan tujuh karakteristik di dalam kesejahteraan sosial, diantaranya:
1. Ekonomi yang stabil
2. Pekerjaan yang layak
3. Keluarga yang stabil
4. Jaminan kesehatan
5. Jaminan pendidikan
6. Kesempatan dalam masyarakat
7. Kesempatan budaya atau rekreasi
Universitas Sumatera Utara
42
Hal-hal di atas menjadi tuntutan dasar dalam masyarakat sosial. ketika semua karakteristik atau tuntutan dasar dalam kehidupan bermasyarakat sudah terpenuhi,
secara otomatis kesejahteraan sosial juga sudah didapat Lubis, Suwardi. 2013 Program Sumut Sejahtera GusMan: Waspada, hal 20.
Selain kesejateraan secara umum, kesejateraan keluarga juga sangat penting dalam masyarakat. Karena keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat luas.
Ole karena itu dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluaraga Sejahtera memberikan batasan
mengenai keluarga sejahtera, yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan sah, mampu memenuhi kebutuhan material dan spritual yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan Yang maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan sembang antara anggota dan anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Taraf
kesejahteraan sosial dapat dilihat dari ukuran-ukuran berikut ini: 1.
Economical well-being,
yaitu kesejahteraan ekonomi. Indikator yang digunakan adalah pendapatan yaitu, pendapatan per bulan, nilai asset.
2. Social well-being, yaitu kesehajteraan sosial. Indikator yang digunakan
yaitu prestasi pendidikan SD, SMP, SMA, PT, pendidikan non formal paket A, B, C, melek aksara atau buta aksara, jenis pekerjaan
white collar
= elit profesional dan
blue collar
= proletar buruh pekerja, memiliki pekerjaan tetap atau pengangguran.
3. Physical well-being, yaitu kesejahteraan fisik. Indikator yang digunakan
adalah status gizi, status kesehatan Puspitawati, 2012:7. Untuk menentukan suatu keluarga sejahtera secara material didasarkan atas
pendapatan yang dibandingkan dengan garis kemiskinan. Garis kemiskinan selalu diartikan sebagai tingkat pendapatan yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar
Universitas Sumatera Utara
43
minimum. Suatu keluarga yang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan, tentunya tidak dapat memenuhi semua kebutuhan material sehingga digolongkan
pada keluarga miskin. BPS menghitung angka kemiskinan lewat tingkat komsumsi penduduk atas kebutuhan dasar.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN membuat suatu kriteria kesejateraan sosial keluarga yang didasarkan atas:
a. Kebutuhan dasar
basic needs
yang terdiri dari variabel pangan, sandang, papan, dan kesehatan.
b. Kebutuhan Sosial psikologis
social psyhological needs
yang terdiri dari variabel pendidikan, rekreasi, ttransportasi, interaksi sosial internal dan
eksternal. c.
Kebutuhan pengembangan developmental needs yang terdiri dari variabl tabungan, pendidikan khusus, dan akses terhadap imformasi.
Sedangkan klasifikasi kesejahteraan keluarga menurut BKKBN 2011, yaitu : a.
Keluarga pra sejahtera pra-KS sering dikelompokkan sebagai “sangat miskin”, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator yang meliputi: 1.
Indikator ekonomi: a.
Makan dua kali atau lebih dalam sehari b.
Memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas misalnya untuk di rumah, bekerjasekolah, dan bepergian.
c. Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah
2. Indikator non-ekonomi:
a. Melaksanakan ibadah
b. Bila anak sakit dibawa ke pelayanan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
44
b. Keluarga sejahtera I KS-I sering dikelompokkan sebagai “miskin”, adalah
keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator, meliputi:
1. Indikator ekonomi:
a. Paling sedikit sekali seminggu keluarga makan dagingikantelur
b. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang
satu stel pakaian baru c.
Luas lantai rumah paling kurang 8 m untuk tiap penghuni 2.
Indikator non-ekonomi: a.
Ibadah teratur b.
Sehat tiga bulan terakhir c.
Mempunyai penghasilan tetap d.
Usia 10-6- tahun dapat baca tulis huruf latin e.
Usia 6-15 tahun bersekolah f.
Mengikuti program Keluarga Berencana KB c.
Keluarga sejahtera II KS-II adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi:
1. Memiliki tabungan keluarga
2. Makan bersama sambil komunikasi
3. Mengikuti kegiatan dalam masyarakat
4. Rekreasi bersama 6 bulan sekali
5. Meningkatkan pengetahuan agama
6. Memperoleh informasi atau berita dari surat kabar, TV, radio, dan
majalah 7.
Menggunakan sarana transportasi
Universitas Sumatera Utara
45
d. Keluarga sejahtera III KS-III adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi
beberapa indikator yang meliputi: 1.
Memiliki tabungan keluarga 2.
Makan bersama sambil komunikasi 3.
Mengikuti kegiatan dalam masyarakat 4.
Rekreasi bersama 6 bulan sekali 5.
Meningkatkan pengetahuan agama 6.
Memperoleh informasi atau berita dari surat kabar, TV, radio, dan majalah
7. Menggunakan sarana transportasi
Belum dapat memenuhi beberapa indikator meliputi: 1.
Aktif memberikan sumbangan material secara teratur 2.
Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan e.
Keluarga sejahtera III Plus KS-III Plus adalah keluarga yang sudah memenuhi beberapa indikator meliputi:
1. Aktif memberikan sumbangan material secara teratur
2. Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan
http:mediaedukasi.comketahanan-dan-kesejahteraan-keluarga diakses
pada tanggal 30 Juni 2015 pukul 17.12 WIB.
2.4 Strategi Bertahan Hidup
Strategi bertahan hidup atau yang disebut dengan
coping strategies
dapat dipahami sebagai cara untuk mengatasi kesulitan dalam hidup. Strategi bertahan
hidup dirumuskan oleh Snel dan Traring dalam Setia, 2005 sebagai serangkaian tindakan yang dipilih secara sadar oleh individu dan rumah tangga yang miskin
Universitas Sumatera Utara
46
secara sosial ekonomi. Dengan strategi ini seorang individu berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber lain ataupun mengurangi
pengeluaran lewat pengurangan kuantitas barang dan jasa. Dalam defenisi lain strategi bertahan hidup Bungara dalam Setia, 2005
merupakan cara individu dan rumah tangga “biasa”
ordinary
mengatur dirinya untuk hidup. Dalam konteks keluarga biasa, stategi penanganan masalah ini pada
dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap asset yang dimilikinya. Bisa juga disamakan dengan kapabilitas keluarga
miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan. Lebih jauh Bungara menjelaskan, hal penting yang harus dilihat dari siasat
menangulangi persoalan adalah keterkaitannya dengan perubahan kegiatan-kegiatan yang menambah penghasilan
income generating activities,
atau bisa disebut
multiple survival strategies
strategi bertahan jamak. konsep ini diartikan adanya kecenderungan pelaku-pelaku atau rumah tangga untuk memiliki pemasukan dari
berbagai sumber daya yang berbeda, karena sumber buruh sebagai kemauan dan keteribatan buruh dalam sebuah organisasi seperti serikat buruh.
Cara-cara individu menyusun strategi dipengaruhi oleh posisi individu atau kelompok dalam stuktur masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang
dipilih, termasuk keahlian memobilisasi sumber daya yang ada. Tingkat keterampilan
skill
, jenis pekerjaan, status gender dan motivasi pribadi. Berdasarkan konsep di atas, Moser dalam Suharto, 2002 membuat kerangka
analisis yang disebut “The Asset VulnerabilityFramework”
,
kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan asset yang dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian atau
pengembangan strategi tertentu dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti:
Universitas Sumatera Utara
47
a. Aset tenaga kerja
labour asset
, misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam keluarga untuk membantu ekonomi rumah tangga.
b. Aset modal manusia
human capital asset
, misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang atau bekerja atau
keterampilan dan pendidikan yang menentukan umpan balik atau hasil kerja terhadap tenaga kerja yang dikeluarkannya.
c. Aset relasi rumah tangga atau keluarga
household relation asset,
misalnya memanfaatkan jaringan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja dan mekanisme “uang kiriman”.
d. Aset modal sosial
sosial capital asset,
misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial lokal, arisan, dan pemberi kredit dalam proses
dan sistem perekonomian keluarga. e.
Aset produktif
productive asset,
misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya.
Selanjutnya Suharto 2002 juga mengatakan strategi bertahan hidup
coping strategies
dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan
menjadi 3 kategori yaitu: 1.
Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga
untuk misalnya
melakukan aktivitasnya
sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar
dilingkungan sekitar dan sebagainya. 2.
Strategi pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga misalnya pengeluaran sandang, pangan, kesehatan, biaya sosial, pendidikan dan
kebutuhan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
48
3. Strategi jaringan, misalnya menjalin relasi, baik formal maupun informal
dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembangaan misalnya: meminjam uang tetangga, mengutang diwarung, memanfaatkan program
kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya.
2.5 Kerangka Pemikiran
Manusia bekerja untuk berusaha meningkatkan status sosial dan status ekonominya. Akan tetapi tidak semua orang bisa melakukannya, terkadang bagi
sebagian orang, bekerja hanyalah untuk mencukupi kebutuhan minimal sehari-hari atau untuk bertahan hidup. Karena pendapatan yang mereka dapatkan dari pekerjaan
mereka tidaklah banyak atau mungkin jauh dari kata cukup. Salah satunya adalah buruh, yang umumnya memiliki pendapatan yang hanya
mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan biaya pendidikan yang terbatas bagi anak-anaknya. Jika ingin menabung atau berinvestasi sangatlah kecil kemungkinan
bagi mereka. Dari segi pendapatan, buruh harian kemenyandi Desa Lumban Tobing
Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tidak jauh berbeda dengan buruh pada umumnya. Dengan pendapatan yang sedikit dan tanpa jaminan
sosial sudah dapat dipastikan bahwa sosial ekonomi keluarga merekapun rendah. Akan tetapi dengan upah yang sedikit, buruh harian kemenyan harus tetap
bekerja demi mempertahankan hidup serta membiayai pendidikan anak-anak mereka. Disisi lain, yang mereka lakukan bukanlah hanya berdiam diri. Untuk menambah
pendapatan mereka yang memiliki lahan juga melakukan aktivitas pertanian seperti mananam padi, kopi, jagung, kacang, dan tanaman-tanaman holtikultura.
Bagi mereka yang tidak memiliki lahan, kala pasokan kemenyan sedikit
Universitas Sumatera Utara
49
mereka beralih menjadi buruh tani bagi tetangga dan kerabat mereka. Bahkan, mereka yang memiliki lahanpun kadang kala ikut beralih menjadi buruh tani demi
menambah penghasilan. Kondisi yang sebaliknya, ketika pasokan kemenyan banyak atau permintaan
pasar yang tinggi, para buruh tersebut dengan semangat membawa pulang kemenyan dengan jumlah yang lebih banyak, terkadang mencapai 150 Kg atau lebih dengan
anggapan untuk menambah pendapatan, dan kemenyan tersebut dikerjakan bersama setelah pulang dari gudang milik
toke
sampai selesai, bahkan untuk menyelesaikan kemenyan tersebut mereka rela tidak tidur pada malam harinya atau hanya tidur
dalam 2 atau 3 jam saja. Semua itu mereka lakukan dengan harapan agar keesok harinya bisa membawa kemenyan dalam jumlah yang banyak pula.
Bukan hanya memperpanjang jam kerja dimalam hari saja, mereka juga bekerja pada hari libur, seperti hari minggu dan hari libur lainnya. Justru saat-saat
seperti itulah kesempatan mereka untuk membawa banyak kemenyan untuk disortir dirumah bersama anggota keluarga lainnya jika pasokan kemenyan mencukupi.
Selain itu, untuk bertahan hidup mereka menekan biaya komsumsi perhari baik secara individu maupun biaya komsumsi keluarga secara menyeluruh. Dengan
frekuensi makan tetap 3 kali sehari tetapi dengan lauk yang apa adanya. Misalnya dengan memanfaatkan hasil tanaman sendiri maupun tumbuhan liar yang ada
disekitar tempat tinggal mereka. Karena selain uang yang tidak mencukupi, pada umumnya mereka hanya berbelanja satu kali dalam seminggu walaupun jarak antara
tempat tinggal mereka dengan pasar tradisional tempat berbelanja mudah dijangkau. Selain menekan biaya pengeluaran pangan, mereka juga menekan biaya
pengeluaran untuk pendidikan. Bagi mereka yang disebut dengan bersekolah cukup hanya disekolah saja, sangat jarang diantara mereka yang memberikan les tambahan
Universitas Sumatera Utara
50
kepada anak-anak mereka. Karena selain hemat biaya, juga hemat waktu, anak-anak mereka sudah diharuskan untuk membantu orangtuanya untuk menyortir kemenyan
setelah pulang sekolah. Kehidupan mereka juga tidak jauh dari program kemiskinan seperti BLT
Bantuan Langsung Tunai, Raskin, jamkesmas, karena mereka memang tergolong dalam kategori keluarga miskin. Selain untuk program pengentasan kemiskinan
strategi tersebut juga merupakan strategi individu maupun keluarga buruh harian kemenyan bertahan hidup.
Peneliti membuat bagan yang menggambarkan kerangka pemikiran tersebut untuk melihat lebih jelas alir pikiran tersebut sebagi berikut:
Universitas Sumatera Utara
51
Bagan 2.1 Bagan Alur Pikir
UPAH RENDAH
SOSIAL EKONOMI
BURUH RENDAH
BURUH DENGAN STRATEGI MEMPERTAHANKAN HIDUP:
1. Strategi Aktif, mengoptimalkan
segala potensi keluarga. 2.
Strategi Pasif, mengurangi pengeluaran keluarga.
3. Strategi Jaringan, menjalin relasi
baik formal maupun informal
PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI BURUH HARIAN
KEMENYAN:
1.
Peningkatan asset
2.
Perubahan pola konsumsi dan
pengeluaran
3.
Perubahan interaksi
Universitas Sumatera Utara
52
2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
2.6.2 Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Sebagai
konsekwensi logis dari salah pengertian yang terjadi dalam memaknai suatu konsep, maka terbuka pula kemungkinan salah penggunaan atas konsep tersebut. Seorang
peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep yang diteliti untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek
penelitian. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi konsep.
Secara sederhana, defenisi ini diartikan sebagai batasan arti. Perumusan defenisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah
salah pengertian atas konsep yang diteliti, dengan kata lain peneliti berupaya membawa para pembaca hasil penelitian tersebut untuk memaknai konsep itu sesuai
dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh si peneliti. Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian
Siagian, 2011: 136. Peneliti memberikan batasan konsep untuk memfokuskan penelitian ini
sebagai berikut: 1.
Yang dimaksud dengan strategi dalam penelitian ini adalah hal-hal yang dilakukan secara keseluruhan yang berkaitan dengan suatu pelaksanaan
gagasan atau perencanaan yang akan dicapai. 2.
Yang dimaksud dengan buruh harian kemenyan dalam penelitian ini adalah tenaga kerja yang bekerja sebagai tukang sortir kemenaan di satu gudang
milik seorang toke atau pemilik modal.
Universitas Sumatera Utara
53
3. Yang dimaksud dengan mempertahankan hidup dalam penelitian ini adalah
cara yang dilakukan oleh indivivu, kelompok, atau masyarakat untuk tetap melangsungkan hidupnya.
2.6.3 Defenisi Operasional
Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari defenisi konsep.
Defenisi operasional sering disebut sebagai proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis
menjadi dinamis, jika konsep itu sudah bersifat dinamis maka akan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang
benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terkandung dalam kosep tersebut terangkat dan terbuka Siagian, 2011: 141.
Adapun yang menjadi defenisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Buruh harian kemenyan, dengan indikator:
a. Curahan jam kerja per hari
b. Total keseluruhan pendapatan utama keluarga
2. Strategi Aktif
a. Anggota keluarga yang terlibat untuk bekerja
b. Jenis pekerjaan tambahan
c. Frekuensi waktu bekerja dalam sehari
d. Kontribusi pekerjaan tambahan
e. Frekuensi pemanfaatan sumber daya lokal
Universitas Sumatera Utara
54
3. Strategi Pasif
a. Frekuensi makan sehari
b. Keseimbangan gizi dalam makanan
c. Frekuensi membeli pakaian
d. Kualitas pakaian
e. Tingkat pendidikan
f. Kualitas pendidikan
g. Akses mendapatkan pelayanan kesehatan
4. Strategi Jaringan
a. Terlibat dalam aktivitas sosial
b. Menerima program kemiskinan yang diterima
c. Kontribusi program kemiskinan terhadap individu atau keluarga
d. Frekuensi meminjam uang dari rentenir
e. Kontribusi uang pinjaman dari rentenir
f. frekuensi mengutang di warung
g. frekuensi mengutang kepada tetangga atau kerabat
Universitas Sumatera Utara
55
BAB III METODE PENELITIAN