15
3. Usaha industri pengolahan yang memiliki tenaga kerja 20 – 99 orang
dikelompokkan sebagai usaha menengah. 4.
Usaha industri pengolahan yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang dikelompokkan sebagai usaha besar.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan berdasarkan Perda Kabupaten Jepara nomor 11 Tahun 2001 tentang usaha industri dan ijin perluasan,
mengelompokan industri berdasarkan besarnya investasi, yaitu sebagai berikut:
1. Industri kecil, besarnya investasi antara Rp. 5.000.000,00 sampai
dengan Rp. 200.000.000,00 2.
Industri menengah, besarnya investasi antara Rp.200.000.000,00 sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00
3. Industri besar, besarnya investasi di atas Rp. 1.000.000.000,00
Definisi perusahaan kecil dan menengah pada penelitian ini mengacu pada pengelompokan usaha menurut skala usaha yang dikeluarkan oleh
BPS. Namun, dalam penelitian ini menggabungkan klasifikasi industri rumah tangga dengan usaha kecil, menjadi klasifikasi perusahaan kecil yang
memiliki tenaga kerja 1 sampai 19 orang. Sedangkan jumlah tenaga kerja 20 sampai 99 orang diklasifikasikan sebagai usaha menengah.
2.1.2 Karakteristik Usaha Kecil dan Menengah
Suryana 2006:120 menjelaskan pada umumnya UKM memiliki ciri- ciri khusus yaitu manajemen, modal, dan operasinya bersifat lokal. Pada
16
UKM manajer yang mengoperasikan perusahaan adalah pemilik yang mengambil berbagai keputusan secara mandiri. Modal yang diperlukan juga
biasanya relatif kecil dan hanya dari beberapa sumber. Karena modalnya relatif kecil dan dikelola secara mandiri maka daerah operasinya adalah
lokal. Akan tetapi, secara keseluruhan merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja lokal yang cukup besar dan tersebar.
Prawirokusumo 2001: 78 menyatakan bahwa UKM secara umum memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Fleksibel, dalam arti jika menghadapi hambatan dalam menjalankan
usahanya akan mudah berpindah ke usaha lain. 2.
Dalam permodalannya tidak selalu tergantung pada modal dari luar, UKM dapat berkembang dengan kekuatan modal sendiri.
3. UKM tersebar diseluruh Indonesia dengan kegiatan usaha di berbagai
sektor, merupakan sarana distributor barang dan jasa dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat.
2.1.3 Pengusaha Kecil dan Menengah
Pembahaasan mengenai UKM tidak terlepas dari pengusaha atau wirausahanya yang sangat mendominasi perilaku bisnis dan sangat
menentukan arah masa depan suatu UKM. Pengusaha kecil dan menengah pada umumnya merupakan seseorang yang merencanakan namun terlibat
dalam pengawasan bahkan sebagai pelaksana. Dengan kata lain pengusaha kecil dan menengah melakukan berbagai fungsi dan peran dalam usaha yang
dimilikinya.
17
Longenecker 2001: 483 mengemukakan bahwa para pendiri perusahaan baru tidak selalu merupakan anggota organisasi yang baik.
Mereka merupakan orang-orang yang kreatif dan inovatif yang mengambil resiko untuk berusaha sendiri. Namun mereka sering terdorong ke dalam
kewirausahaan oleh peristiwa-peristiwa yang timbul dan terkadang mengalami kesulitan mencocokan kedalam peran oraganisasi yang
konvensional. Akibatnya para pendiri mungkin gagal untuk menghargai nilai praktik manajemen yang baik.
Reksohadiprodjo dkk. 1994: 20, menyatakan bahwa dalam perusahaan kecil, pimpinan pelaksana umumnya mempunyai kewajiban
sehari-hari dan bertanggungjawab penuh. Dengan demikian semua keputusan tentang masalah-masalah diambil atau diputuskan sendiri.
Akibatnya manajer kemungkinan besar membuat kesalahan yang bermacam- macam karena masalah yang bermacam-macam harus diselesaikan sendiri.
Wibowo, dkk 2008: 36 menyatakan ada hal-hal yang sering diabaikan oleh pengusaha kecil dalam soal keuangan. Kebanyakan mereka
tidak tahu atau belum menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang baik, terutama perusahaan kecil perorangan. Pengendalian keuangan
umumnya tanpa pedoman. Kelemahan ini akan terungkap ketika akan mengambil kredit di bank. Subanar 2001: 69 menjelaskan pola
pengelolaan keuangan dalam sistem akuntansi yang diterapkan pada usaha kecil dapat berpedoman kepada pola umum yang telah dikenal dan
digunakan oleh berbagai perusahaan besar, namun jika kurang sesuai maka
18
dapat memodifikasi sesuai dengan keperluan dengan tetap memperhatikan fungsi perencanaan dan pengawasannya. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa
administrasi pembukuan usaha kecil memerlukan minimal 3 tiga jenis buku pencatatan meliputi buku harian, buku jurnal, dan buku besar.
Berdasarkan uraian mengenai pengusaha kecil dan menengah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengusaha kecil dan menengah dalam
usahanya dituntut untuk melaksanakan berbagai fungsi yang bermacam- macam. Bagi seseorang yang tidak memiliki banyak keahlian melaksanakan
fungsi yang bermacam-macam merupakan tugas yang berat. Berbeda dengan kondisi perusahaan besar yang tugas untuk perencanaan, pelaksanaan serta
pengendalian, dan pengawasannya dilakukan oleh orang yang berbeda sesuai dengan keahlian tiap orang. Oleh karena itu seorang pengusaha kecil
dan menengah yang baru melangkah masuk dalam dunia usaha harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kompetisi persaingan yang mungkin
tidak sehat.
2.2 Informasi Akuntansi