Pemerintah Daerah mengalokasikan dana untuk mendorong Masyarakat Baduy terus terbuka dengan dunia luar. Ini juga dilakukan
dengan maksud agar Masyarakat Baduy sejajar dengan masyarakat lain terutama dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Cara yang dilakukan
adalah dengan mewarnai desa-desa yang ada di sekitar Desa Kanekes. Misalnya, membangun mesjid dan sekolah atau memberikan TV.
Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Pariwisata adalah dinas yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang bersinggungan dengan
adat istiadat. Tupoksi itu tepatnya di bawah tanggung jawab Sub Dinas Seni dan Budaya yang salah satu fungsinya adalah melestarikan dan
mengembangkan nilai budaya serta meningkatkan pelestrian adat istiadat yang positif. Antara lain mendukung upacara-upacara adat semacam seba
atau sereen taon.
2. Hukum Tidak Tertulis a.
Kewilayahan
Aspek kewilayah yang didiami oleh Masyarakat Baduy telah diatur secara tertulis melalui Peraturan Daerah Kabupaten Lebak. Melalui Perda
tersebut diakui eksistensi tanah ulayat dan hak-hak Masyarakat Baduy untuk memanfaatkan tanah ulayat tersebut. Selain ditetapkan secara
yuridis melalui Perda, secara kultural Masyarakat Baduy telah memiliki wilayah ulayat untuk menjalani kehidupannya yang diperoleh secara turun
temurun. Perasaan sebagai pemilik atas anah ulayat ini yang kemudian menjadi dasar Pemerintah Daerah untuk memberikan pengakuan secara
yuridis atas wilayah Masyarakat Baduy.
c. Kebudayaan
Desa Kanekes terdiri atas 52 kampung atau dusun. Tiga diantaranya adalah Kampung Baduy Dalam dan sebanyak 49 kampung adalah
Kampung Baduy Luar. Istilah Baduy Dalam dan Baduy Luar menggambarkan pembagian kelompok sosial. Masing-masing memiliki
peranan yang berbeda, namun memiliki satu sistem pemerintahan adat dan negara. Pusat pemerintahan adat terletak di Baduy Dalam, dengan
Puun sebagai pimpinan adatnya. Ada tiga Puun yang memimpin
48
pemerintahan adat di Desa Kanekes atau Masyarakat Baduy. Ketiga Puun ini tinggal di kampung yang berbeda. Puun dibantu oleh Girang Seurat
yang membidangi masalah keamanan, dan Jaro Tangtu yang mewakili Puun setiap kampun dan juga berperanan sebagai juru bicara untuk
hubungan-hubungan luar. Sedangkan pemerintahan negaradesa dijalankan oleh struktur yang
lain. Kepala Desa dinamakan dengan Jaro Pamarintah yang tinggal di kalangan Baduy Luar. Jaro Pamarintah dibantu oleh sekretaris desa atau
carik. Orang yang menjabat sebagai carik berasal dari luar Masyarakat Baduy, karena terampil membaca dan menulis. Tatanan sosial Orang
Baduy masih mengandalkan adat, adat istiadat dan hukum adat sebagai sumber nilai dan norma. Adat istiadat dan hukum adat masih hidup
bersamaan dengan terawatnya alam dan bertahannya kelembagaan adat. Untuk membantu pekerjaan sehari-hari, Masyarakat Baduy
menggunakan teknologi yang sederhana, yang dikembangkan oleh mereka sendiri secara turun-temurun. Mereka masih belum bisa menerima
teknologi modern, karena dinilai tidak sesuai dengan adat istiadatnya. Pengetahuan yang berkenaan dengan tata kehidupan ekonomi, sosial,
budaya, agama dan lingkungan pada umumnya diperoleh secara turun temurun. Masyarakat masih belum terbuka terhadap pendidikan modern
sekolah formal. Sistem ekonomi yang dikembangkan bersifat subsisten dan lebih berorientasi pada pemanfaatan sumber daya alam, seperti
bertani, atau berladang. Mereka mengolah tanah ulayat, yaitu tanah adat yang dikuasai secara kolektif.
Masyarakat Baduy dalam berkomunikasi antar mereka menggunakan adalah bahasa sunda. Namun demikian sebagian dari mereka sudah
mampu berbahasa Indonesia, terutama ketika berkomuniaksi dengan orang luar. Mereka masih konsisten melestarikan seni dan budaya lokal seperti :
musik tradisional, upacara adat seba dan seren taon dalam siklus kehidupan masih dijalankan, dan dilestarikan secara turun temurun.
3. Implementasi