SISTEMATIKA ADAT DAN HUKUM

E. SISTEMATIKA

Laporan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I, Pendahuluan, di dalamnya memuat tentang pendahuluan, permasalahan, tujuan dan manfaat, metode yang digunakan dan sistematika penulisan laporan. Bab II, Masyarakat dan Kebudayaan dalam Konteks Pemberdayaan Sosial, di dalamnya memuat konsep tentang adat dan hukum, masyarakat, wilayah KAT, sistem, kebudayaan dan kewilayahan. Bab III, Peraturan Daerah dan Hukum Adat, di dalamnya memuat peraturan daerah dan hukum adat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Banten, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Papua. Bab IV, Dimensi Yuridis dan Empiris Masyarakat Hukum Adat, di dalamnya memuat dimensi yuridis dan empiris masyarakat hukum adat. Bab V, Penutup, di dalamnya memuat kesimpulan dan saran perlunya Peraturan Daerah dalam Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat. 7

BAB II MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

DALAM KONTEKS PEMBERDAYAAN SOSIAL

A. ADAT DAN HUKUM

Apabila kita berbicara tentang adat “custom” berarti kita berbicara tentang wujud gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai, norma-norma, aturan- aturan serta hukum yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu sistem yaitu sistem budaya. Sementara adat-istiadat customs merupakan kompleks konsep serta aturan yang mantap dan terintegrasi kuat dalam sistem budaya dari suatu kebudayaan yang menata tindakan manusia dalam kehidupan sosial kebudayaan itu. Hukum law adalah sistem pengendalian kehidupan masyarakat yang terdiri atas aturan adat, undang-undang, peraturan-peraturan, dan lain-lain norma tingkahlaku yang dibuat, disahkan dan dilaksanakan oleh orang-orang yang berwenang dalam masyarakat yang bersangkutan. Hukum adat customary law adalah bagian dari hukum, ialah hukum tidak tertulis dalam suatu masyarakat yang biasanya bermata pencaharian pertanian di daerah pedesaan. Hukum adat terjadi dari keputusan-keputusan orang-orang berkuasa dalam pengadilan. A.W. Wijaya dalam tulisannya yang berjudul “Manusia, Nilai Tradisional dan Lingkungan”, berperspektif bahwa hukum adat adalah norma lama yang masih terdapat dimana-mana di daerah dan di dalam masyarakat yang merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Norma lamahukum adat akan dapat diterima sepanjang ia akan dapat meningkatkan dirinya bagi kehidupan masyarakat. Pengelolaan lingkungan hidup tentu saja dengan memperhatikan norma lamahukum adat yang berkembang di dalam masyarakat sebagai kepribadian sesuai nilai-nilai tradisional yang ada. Kita masih tetap memegang nilai tradisional, walaupun nilai-nilai baru sebagai akibat kemajuan dan kelancaran komunikasi dan kemudahan informasi akan sangat banyak mempengaruhi nilai tradisional. Pelestarian norma lama bangsa adalah mempertahankan nilai-nilai seni budaya, nilai tradisional dengan mengembangkan 8 perwujudan yang bersifat dinamis, luwes dan selektif, serta menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan berkembang. Dengan demikian hukum akan selalu terkait dengan nilai, norma dan keorganisasian tradisional maupun yang modern serta perlindungan yang bersifat penataan keseluruhan.

B. MASYARAKAT