Hukum Tertulis a. Kewilayahan Hukum Tidak Tertulis

perundang-undangan misal dalam bentuk Perda, sehingga belum memiliki kekuatan secara yuridis.

b. Kendala

Kendala yang masih dirasakan implementasi pengakuan hukum terhadap masyarakat hukum adat adalah masih rendahnya komitmen Pemerintah Daerah untuk memberikan perlindungan terhadap dokumen yang bersifat tradisional, sehingga dokumen yang sangat berharga tersebut mudah ke tangan orang asing.

4. Harapan

a. Pemerintah Daerah wajib untuk melindungi seluruh dokumen hukum adat yang tertulis diberbagi buku perundang-undangan yang bersifat tradisional, sehingga membatasi keluarnya dokumen tersebut pada kolektor. b. Pemerintah Daerah mengupayakan pengembalian seluruh benda bersejarah yang dimiliki kolektor di luar negara Indonesia.

L. PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

1. Hukum Tertulis a. Kewilayahan

Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT pada tahun 1974 menerbitkan Peraturan Daeah Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 8 Tahun 1974 tentang Pelaksanaan Penegasan Hak Atas Tanah. Bab I pasal 1 3 menegaskan bahwa yang dimaksud dengan ”tanah” ialah tanah bekas pengusaan masyarakat hukum adattanah suku. Kemudian pada pasal 2 1 dinyatakan ”tanah bekas penguasaan masyarakat hukum adat, dinyatakan sebagai tanah-tanah di bawah penguasaan Pemerintah Daerah cq Gubernur Kepala Daerah. Secara tersirat, terbitnya peraturan tersebut sebagai gambaran semakin berkurangnya hak atas tanah ulayat di bawah penguasan masyarakat hukum adat dengan alasan tertentu, dan berpindah menjadi di bawah penguasan Pemerintah Daerah. 63

b. Kebudayaan

Pemerintah Daerah Kabupaten Rote Ndao menerbitkan Peraturan Daerah No. 21 tahun 2006 tentang Pemberdayaan dan Perlindungan Usaha Tenun Ikat. Di dalam Bab II pasal 2 1 dinyatakan, bahwa maksud dari pemberdayaan dan perlindungan usaha tenun ikat adalah a mendorong masyarakat agar secara serius menekuni usaha tenun ikat. Kemudian pada pasal 2 2 dinyatakan, bahwa pemberdayaan dan perlindungan usaha tenun ikat adalah a melestariakn karya seni yang terkandung di dalam hasil karya tenun ikat, b meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat dan c mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Sebagaimana diketahui, bahwa masyarakat hukum adat banyak yang menekuni usaha tenun ikat. Oleh karena itu, keluarnya Perda ini akan memberikan pemberdayaan dan perlindungan pula terhadap masyarakat hukum adat, khususnya di bidang ekonomi. Melalui Perda ini diharapkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat hukum adat akan semakin lebih baik, dan seni budaya mereka dalam bentuk tenun ikat dengan corak yang khas dapat dilestarikan.

2. Hukum Tidak Tertulis

a. Kewilayahan

Hak atau kliam atas suatu wilayah sudah diatur secara ulayat tanah suku, hutan suku yang batas-batasnya diakui oleh komunitas lain di desa. Wilayah dikuasai oleh suku dan pemanfaatannya diatur oleh kepala suku raja untuk seluruh warga secara turun temurun. Penentuan batas-batas wilayah menggunakan simboltanda seperti pohon, menyusun batu karang menyerupai tugu, dan mengunakan batas sungai. Berkenaan dengan kewilayahan ini, masyaralat hukum adat mengenal tempat-tempat keramat seperti hutan keramat, hutan larangan, kawasan perburuan binatang dan kawasan bercocok tanam.

b. Kebudayaan

1. AgamaKepercayaan 64 Agama sudah dianut oleh sebagai besar masyarakat, namun kepercayaan kepada leluhur masih sangat kuat. Misalnya, di Sumba masih ada masyarakat yang belum memeluk agama samawi. Mereka masih menganut agama nenek moyang mereka yang disebut ”merapu”. Kemudian di Kepulauan Raijua, masyarakat menganut kepercayaan ”jinitui”. Masyarakat masih melakukan upacara tradisional seperti upacara di kebun, sawah, upacara bangun rumah adat, memohon turunnya hujan, upacara perkawinan adat, kematian dan lain-lain yang dilaksnakan secara turun temurun yang sangat boros. 2. Sistem organisasi sosial Terdapat pranata sosial lembaga adat yang mengatur urusan adat istiadat perkawinan, kematian dan lain-lain. Tiap-tiap suku di dalam suatu kelompok dibebani biaya sesuai kebutuhan yang harus dipenuhi walaupun dengan cara berhutang. Masyarakat hukum adat sudah mengenal pimpinan formal, namun pengaruh pimpinan informal kepala suku dan tetua-tetua adat masih sangat kuat. 3. Teknologi Teknologi yang dimiliki merupakan warisan leluhur, seperti dalam bercocok tanam, mengolah makanan dan beternak. Mereka sudah mengenal peralatan dari besi parang, linggis dll yang dibuat oleh pandai besi warga desa. Peralatan rumah tangga memanfaatkan bahan-bahan lokal, seperti piring makan dan sendok nasi terbuat dari tempurung kelapa. Pengaruh teknologi sudah mulai memasuki desa dan sebagian masyarakat sudah mulai mengikuti perkembangan teknologi informasi TV, HP dsb. 4. Pengetahuanpendidikan Sistem pengetahuan diperoleh secara turun termurun dari leluhur mereka. Pengetahuan tentang kebiasaan baik dan buruk sudah tertanamdiajarkan sejak kecil bertutur kata, hormat kepada orang tua, berdoa, dan tidak melawan orang tua dll. Dalam sistem pengobatan, masyarakat hukum adat menggunakan ramuan tradisional, dimana pengetahuan pengobatan ini diperoleh secara turun temurun. Misalnya, 65 memakan daging tokek untuk penyembuhan sakit asma, dan memakan daun pucuk jambu batu untuk pengobatan sakit diare. 5. Ekonomi Sebagian masyarakat dalam perdagangan masih menggunakan sistem barter. Misal, jagung ditukar dengan ikan dll. Selain berladang dengan sistem tebas bakar secara berpindah-pindah, masyarakat mengembangkan kerajinan rakyat seperti tenun dan anyaman. Sebagian masyarkat posisinya dalam berdagang sebagai penerima harga, bukan sebagai penentu harga. Informasi tentang harga hasil pertanian, tenun, anyaman atau nelayan tidak diketahui oleh warga masyarakat. Harga barang dalam transaksi jual beli sepenuhnya diatur oleh pembeli. 6. Bahasa Komunikasi Bahasa daerah digunakan sejak lahir sampai usia sekolah. Bahasa daerah menjadi alat komunikasi utama dalam berinteraksi antar mereka. Saat sekolah anak-anak diajarkan bahasa Indonesia. Dan sebagian dari masyarakat hukum adat sudah bisa berbahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan orang luar. Kemudian dalam menyampaikan berita duka, masyarakat hukum adat menggunakan giring-giring yang diikatkan pada leher kuda; dan memukul kentongan sebagai isyarat panggilan guna mengikuti pertemuan. 7. Kesenian Banyak kesenian tradisional yang diatur oleh masyarakat desa secara turun temurun. Jenis-jenis seni budaya tradisional seperti gong, ikusai, tebe, seruling bambu, tarian dan lagu tradisonal, permaian rakyat seperti gasing dan lain-lain. Seni budaya tradisioonal tersebut dipentaskan pada hari besar menurut hitungan adat atau kepercayaan yang mereka anut. Namun demikian, generasi muda sudah banyak yang tidak menguasai seni budaya tradisonal tersebut, sehingga merupakan ancaman serius dalam pelestariannya.

3. Implementasi dan Kendala Pengakuan Hukum Terhadap KAT