2. Tujuan Penelitian 3. Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA 1.Trenggiling

I. 2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran morfologi saluran pernapasan khususnya pada trakhea dan paru-paru trenggiling secara makroskopis maupun mikroskopis.

I. 3. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dasar mengenai morfologi saluran pernapasan trenggiling M. javanica sebagai salah satu satwa langka yang dimiliki Indonesia yang akan berguna bagi penelitian-penelitian lebih lanjut, serta memperkaya data biologi satwa liar Indonesia khususnya trenggiling M. javanica.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. 1.Trenggiling

Di Indonesia, trenggiling merupakan salah satu hewan mamalia yang dilindungi. Trenggiling tersebar di perbatasan Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan beberapa pulau kecil seperti kepulauan Riau, Pulau Lingga, Bangka, Belitung, Nias, Pagai, Pulau Natuna, Karimata, Bali dan Lombok Corbet dan Hill, 1992. Nama trenggiling berasal dari kata gulling yang berarti suatu aktivitas menggulungkan tubuh Lekagul dan McNeely, 1977; Rahm, 1990. Tubuh trenggiling ditutupi sisik tanduk. Oleh karena itu, trenggiling terlihat lebih seperti reptil dari pada mamalia Stone, 1990; Nowak, 1997. Trenggiling temasuk ke dalam ordo Pholidota hewan bersisik yang hanya memiliki satu famili yaitu Manidae dan satu genus Manis Lekagul dan McNeely, 1977; Voughan, 1978; Corbet dan Hill, 1992; Rahm, 1990; Nowak, 1997. Sebelumnya trenggiling ini diklasifikasikan ke dalam ordo Edentata yang didasarkan dari gabungan morfologi dan kurangnya gigi. Bagaimanapun, persamaan antara trenggiling dan edentata adalah hasil dari kesamaan adaptasi dari kebiasaan makan dan tidak menunjukan adanya hubungan kekerabatan Leka gul dan McNeely, 1977; Rahm, 1990; Stone, 1990; Stevens dan Hume, 1995; Nowak, 1997. Sejauh ini diketahui terdapat tujuh spesies trenggiling yaitu tiga spesies hidup di hutan-hutan tropis Asia Manis crassicaudata, M. pentadactyla dan M. javanica dan empat spesies hidup di hutan-hutan tropis Afrika M. tricupis, M. tetradactyla, M. gigantea dan M. temmincki Rahm, 1990. Meskipun menurut Gaubert dan Antunes 2005, terdapat satu spesies lagi yang terdapat di Palawan, Filipina dan dinamakan M. culionensis. Sebelumnya spesies ini dianggap sebagai spesies M. javanica, tetapi dari ciri-ciri morfologi maupun DNAnya memiliki banyak perbedaan dengan M. javanica. Kebanyakan trenggiling adalah nokturnal dan terestrial kecuali M. tetradactyla yaitu diurnal dan arboreal. Trenggiling memakan semut dan rayap tertentu dengan menggali sarang yang ada dibawah atau permukaan tanah maupun di atas pohon dengan menggunakan cakar dari kaki depan Rahm, 1990.

II. 2. Sitem Pernapasan Mamalia