memiliki bentuk seperti telur mata sapi. Sel tipe I merupakan blood air barrier yang berfungsi untuk mencegah cairan jaringan masuk ke dalam alveolus
Junqueira et al., 1997. Sel tipe II merupakan sel yang berbentuk kubus dengan inti di tengah
Plopper dan Adams, 1993; Ross et al., 1995. Sel ini merupakan sel sekretori yang diduga menghasilkan fosfolipid bersifat seperti detergen yang disebut
surfaktan. Sekresi ini membantu alveoli agar tidak kolaps selama ekspirasi dengan cara mengurangi tegangan permukaannya Carola et al., 1976; Wheater et al.,
1995; Bergman et al., 1996. Menurut Plopper dan Adams 1993, pada sebagian besar dinding alveoli
hewan yang pernah diteliti, sel tipe I menutupi hampir 97 dari permukaan septum dan sisanya oleh sel tipe II. Sedang pada manusia sekitar 95
permukaan septum di tutupi oleh sel tipe I dan sisanya oleh sel tipe II Ross et al., 1995.
Sel lainnya yang ditemukan pada septum interalveolar adalah sel makrofag. Sel ini kadang-kadang ditemukan bebas di dalam alveoli. Fungsi dari
sel ini adalah memfa gosit mikroorganisme dan partikel-partikel asing yang telah menembus alveolus Carola et al., 1976; Plopper dan Adams, 1993; Ross et al.,
1995; Bergman et al., 1996. Menurut Plopper dan Adams 1993, sel ini melapisi parenkhim paru-paru sekitar 2-9.
II. 3. Mekanisme dan Otot-otot yang Terlibat dalam Proses Pernapasan Mamalia
Inspirasi adalah proses dihisapnya udara masuk ke dalam alat pernapasan. Inspirasi merupakan proses aktif, yang berarti menggunakan energi dan
melibatkan otot-otot inspirasi yang berkontraksi untuk memperbesar volume ruang dada Colville dan Bassert, 2002; Cunningham, 2002. Tekanan intrapleura
di bagian basis paru pada awal inspirasi akan turun dari nilai normal sekitar -2,5 mm Hg relatif terhadap tekanan atmosfer menjadi -6 mm Hg, sehingga jaringan
paru semakin teregang. Tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negatif, dan udara mengalir ke dalam paru. Pada akhir inspirasi, daya elastisitas
paru mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi, sampai
tercapai keseimbangan kembali antara daya elastisitas jaringan paru dan dinding dada. Tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih positif, dan udara
mengalir meninggalkan paru. Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume
intratorakal. Tetapi pada kuda, ekspirasi merupakan proses aktif. Kebiasaan beraktivitas yang tinggi, menyebabkan adanya perbedaan dalam pengaturan
pernapasan pada kuda Cunningham, 2002. Ekspirasi terjadi karena tingginya tekanan udara yang disebabkan karena kontraksi rongga toraks dan daya
elastisitas paru. Pada inspirasi kuat, tekanan intra pleura menurun dan menimbulkan pengembangan jaringan paru yang lebih besar. Apabila ventilasi
meningkat, derajat pengempisan jaringan paru juga ditingkatkan melalui kontraksi aktif otot-otot ekspirasi yang menurunkan volume intratorakal Ganong, 2001;
Cunningham, 2002. Gerakan diafragma menyebabkan perubahan volume intratorakal sebesar
75 selama inspirasi tenang. Otot diafragma melekat di sekeliling bagian kaudal rongga toraks, membentuk kubah ke arah ruang dada. Pada saat inspirasi, otot
diafragma berkontraksi sehingga menyebabkan pembesaran ruang toraks. Otot inspirasi penting lainnya adalah muskulus interkostalis eksternus, yang berorigo
pada margo kaudalis os costae dan berinsersio pada margo kranial os costae yang selanjutnya secara miring ke arah kaudoventral Cunningham, 2002. Tulang-
tulang rusuk ossa costae bersendi pada tulang vertebrae torakalis, sehingga ketika otot interkostalis eksternus berkontraksi, tulang-tulang rusuk akan terangkat
ke atas dan ke depan. Gerakan ini akan memperbesar volume rongga dada. Terangkatnya tulang-tulang rusuk juga dibantu oleh otot-otot bahu, leher, dan
dada yang bertaut ke tulang rusuk tersebut Colville dan Bassert, 2002. Muskulus abdominal dan muskulus interkostalis internus adalah otot-otot
ekspirasi. Kontraksi dari otot-otot abdominal akan meningkatkan tekanan abdominal yang menyebabkan relaksasi dari diafragma dan mengurangi ukuran
dari toraks Cunningham, 2002. Apabila otot ekspirasi berkontraksi, volume intratoraks menurun dan terjadi ekspirasi paksa. Kemampuan ini dimiliki oleh
otot-otot interkostalis internus karena otot-otot ini berjalan miring ke arah kranioventral dari os costae bagian belakang ke os costae yang di depannya,
sehingga pada waktu berkontraksi akan menarik rongga dada ke kaudal. Kontraksi otot dinding abdomen anterior juga ikut membantu proses ekspirasi dengan cara
menarik tulang-tulang rusuk ke kaudal dan ke dalam serta dengan meningkatkan tekanan intra-abdominal yang akan mendorong organ-organ abdomen ke anterior
sehingga diafragma kembali ke posisi semula Ganong, 2001; Colville dan Bassert, 2002.
III. MATERI DAN METODE