2. Sitem Pernapasan Mamalia 2. a. Rongga hidung, Faring dan Laring

II. 2. Sitem Pernapasan Mamalia

Organ pernapasan merupakan organ yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan oksigen di dalam tubuh. Organ pernapasan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian penyalur udara dan bagian yang berperan sebagai tempat pertukaran gas. Bagian penyalur udara terdiri dari hidung, faring, laring, trakhea, bronkhi dan bronkhioli. Sedangkan bagian pertukaran gas terdiri dari bronkhiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveoli Hare, 1975; Plopper dan Adams, 1993; Junqueira et al., 1997. Struktur saluran udara ini berperan dalam mengatur jalannya udara, dengan cara menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk serta menyingkirkan benda-benda asing yang masuk Plopper dan Adams, 1993; Bergman et al., 1996.

II. 2. a. Rongga hidung, Faring dan Laring

Rongga hidung cavum nasi adalah bagian terdepan dari saluran pernapasan. Rongga hidung bersifat bilateral simetri dengan septum di tengahnya. Strukturnya cukup kompleks karena dapat membentuk sinus paranasales serta konkha conchae dengan susunan berbeda tergantung pada jenis hewannya. Kerangka rongga hidung terdiri dari tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh selaput lendir, dengan demikian mekanisme pernapasan dapat berjalan lancar tanpa adanya gangguan kolaps dari dindingnya Hare, 1975; Frandson, 1992. Faring merupakan kantong yang bersifat musculo-membraneus yang selain menjadi bagian dari traktus digestorius, juga menjadi bagian dari traktus respiratorius. Faring dari segi fungsi serta morfologi dibagi menjadi nasofaring pars respiratoria dan orofaring pars digestoria. Kecuali palatum molle dan dinding dorsal, di mana selaput lendir langsung melekat pada tulang tengkorak, dinding faring terdiri dari mukosa, fasia faringea interna, otot kerangka, fasia faringea eksterna dan adventisia. Nasofaring yang dilalui udara pernapasan terletak di ventral, sedangkan orofaring yang dilalui bolus makanan terletak di dorsal. Karena faring merupakan satu saluran bersama, maka mekanisme bernapas dan menelan berlangsung secara berganti-ganti Frandson, 1992. Dinding laring atau kepala kerongkongan terdiri dari mukosa, submukosa, tulang rawan sebagai kerangka, ligamen dan jaringan fibrosa, serta otot. Sebagian besar selaput lendir laring adalah selaput lendir berkelenjar dengan epitel silindris banyak baris bersilia, kecuali daeah vestibulum pada tepi plika vokalis, permukaan epiglotis dan plika ariepiglotis dilapisi epitel pipih banyak lapis. Putik pengecap sering terdapat pada epitelium mukosa epiglotis pada laring ruminansia, babi dan karnivora Frandson, 1992.

II. 2. b.Trakhea