PEMBAHASAN Kajian Morfologi Saluran Pernafasan Trenggiling (Manis javanica) dengan Tinjauan Khusus pada Trakea dan Paru-paru
Lapis musculo-cartilagenous tersusun atas tulang rawan hialin yang berbentuk cincin terbuka, ujung-ujungnya yang bebas dihubungkan satu sama lain
oleh muskulus trakhealis. Pada bagian proksimal otot ini melekat pada permukaan luar dari ujung cincin tulang rawan, sebaliknya pada bagian distal trakhea melekat
pada permukaan dalam dari ujung tulang rawan. Gambaran ini mirip dengan karnivora. Sedang pada kuda, babi dan domba ujung-ujung cincin tulang rawan
yang bebas saling tumpang tindih dan dihubungkan satu sama lain oleh muskulus trakhealis yang menempel pada permukaan bagian dalam dari tulang rawan Hare,
1975 Gambar 13. Dengan melekatnya muskulus trakhealis pada permukaan bagian luar dari cincin tulang rawan diduga menyebabkan udara yang dihisap
akan lebih lancar. Sebaliknya perlekatan muskulus trakhealis pada permukaan bagian dalam dari cincin tulang rawan pada ujung trakhea, diduga berperan untuk
menahan persediaan udara pada saat menggulung, menggali atau bersembunyi disarang di bawah tanah.
Gambar 13. Gambaran skematis morfologi berbagai cincin trakhea. A. M. javanica; B. karnivora; C. domba; D. babi; E. kuda;
a. cincin trakhea; b. muskulus trakhealis A merupakan modifikasi dari hasil penelitian; B, C, D dan E modifikasi dari
sumber : Hare, 1975, perbandingan ukuran diabaikan
Paru-paru
Hasil pengamatan secara makroskopis memperlihatkan bahwa paru-paru trenggiling dipisahkan oleh fissura interlobaris menjadi tiga lobus di kiri dan
empat lobus di kanan. Akan tetapi pada setiap lobus kanan, terbagi lagi menjadi
A
a a
b
a
b
b b
b
beberapa lobus. Pembagian lobulasi paru-paru oleh fissura interlobaris terlihat jelas. Hal ini memungkinkan paru-paru untuk mengembang secara maksima l.
Pembagian lobulasi yang jelas ini mirip dengan paru-paru anjing, kucing dan ruminansia Hare, 1975 .
Hasil pengamatan mikroskopis menunjukan bahwa bagian penyalur udara intrapulmonum M. javanica mulai dari bronkhi sampai bronkhioli terminalis
secara umum mirip dengan mamalia lain pada umumnya. Akan tetapi ada perbedaan bentuk dan susunan dari epitel serta distribusi silia dan sel goblet.
Bentuk dan susunan epitel pada mamalia lain adalah silindris banyak baris Hare, 1975, sedangkan pada M. javanica adalah kubus semi banyak baris. Pada
mamalia lain, silia hanya sampai pada bronkhi Hare, 1975, sedangkan pada M. javanica sampai pada bronkhioli terminalis, ini diduga bahwa silia pada
bronkhiolus terminalis pada M. javanica peranannya masih sangat diperlukan dalam proses fisiologis pernapasan.
Seperti pada umumnya mamalia, daerah pertukaran gas M. javanica terdiri dari epitel pipih dan selapis otot polos, sehingga memungkinkan terjadinya
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida Plopper dan Adams, 1993; Ross et al., 1995; Bergman et al., 1996; Junqueira et al., 1997.
Hal menarik yang ditemukan pada parenkhim paru-paru yaitu alveoli pada M. javanica berukuran kecil dan rapat. Hal ini menunjukan bahwa luas permukaan
respirasi pada trenggiling diduga lebih besar. Ukuran dan kerapatan pada alveoli ini mirip pada kelelawar pemakan serangga Scotophilus kuhlii Setiadi, 2000
maupun kucing Wagner dan Hossler, 2006. Walker 1987 menyatakan bahwa alveoli pada beberapa mamalia kecil bentuknya lebih kecil dan rapat, sehingga
memperbesar luas permukaan respirasi. Luas permukaan respirasi yang besar akan memungkinkan pertukaran gas yang juga lebih banyak.
Seperti halnya ma malia lain, pada dinding alveol trenggiling ditemukan adanya sel pneumosit tipe I sel tipe I, sel pneumosit tipe II sel tipe II, sel
makrofag, pembuluh darah kapiler dan jaringan ikat. Menurut Plopper dan Adams 1993, sel tipe I merupakan blood air barrier yang berfungsi untuk mencegah
masuknya cairan jaringan ke dalam alveoli Junqueira et al., 1997. Sedang sel tipe II merupakan sel sekretori yang diduga menghasilkan phospolipid bersifat
seperti detergen yang disebut surfaktan. Sekresi ini membantu alveoli agar tidak kolaps selama ekspirasi dengan cara mengurangi tegangan permukaannya Carola
et al., 1976; Wheater et al., 1982; Ross et al., 1995; Bergman et al., 1996. Sel lainnya yang ditemukan pada dinding alveoli dan bebas di dalam alveoli disebut
makrofag sel debu. Sel ini berperan dalam me makan dan menghancurkan mikroorganisme dan partikel-partikel asing yang telah menembus alveoli. Oleh
karena itu jumlah sel ini berubah-ubah sesuai kondisi hewan Carola et al., 1978; Plopper dan Adams, 1993; Ross et al., 1995; Bergman et al., 1996. Menurut
Plopper dan Adams 1993, pada sebagian besar hewan sel tipe I menutupi hampir 97 dari permukaan septum, dan sisanya oleh sel tipe II. Sedang pada manusia
sekitar 95 permukaan septum ditutupi oleh sel tipe I dan sisanya oleh sel tipe II Ross et al., 1995.