Dampak Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Simalungun (Studi Kasus: Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar)
SKRIPSI
DAMPAK KEBERADAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS SEI MANGKEI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN SIMALUNGUN (STUDI KASUS : KECAMATAN BOSAR
MALIGAS DAN KECAMATAN BANDAR)
OLEH:
RUTH ARITONANG 100501011
PROGRAM STUDI STRATA-1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan kajian ilmiah yang bertujuan mengetahui dampak keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Simalungun, studi kasus Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar. Analisis dilakukan dengan melihat perbedaan kesejahteraan masyarakata sebelum Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dan setelah keberadaam Kawasan. Dengan mendasarkan penelitian pada pengamatan masyarakat mengenai dampak yang diberikan kawasan ini.
Metode yang digunakan dalam kajian penelitian ini adalah metode analisis statistik non parametrik, yakni Uji Wilcoxon Signed-Rank (Uji Jenjang bertanda
Wilcoxon). Adapun pengambilan data utama diperoleh melalui kuisioner. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah 10.485 rumah tangga Kecamatan Bosar Maligas dan 16.283 Kecamatan Bandar sehingga total Rumah tangga 26.768. adapun metode pengambilan sampel digunakan dengan judgement sampling sebanyak 100 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan tingkat kesejahteraan setelah keberadaan kawasan ini, hal ini dilihat melalui variabel pendapatan, penyerapan tenaga kerja, keterbukaan akses ekonomi, layanan publik, dan kesehatan. Dengan demikian KEK Sei Mangkei perlu terus dikembangkan demi peningkatan peran KEK itu sendiri sebagai pusat pertumbuhan bagi daerah-daerah sekitarnya. Masyarakat sendiri rata-rata setuju dan bahkan sangat setuju pengembangan KEK sampai saat ini terus dikerjakan.
Kata Kunci : Kawasan Ekonomi Khusus, Kesejahteraan Masyarakat, pendapatan, penyerapan tenaga keja, keterbukaan akses ekonomi, layanan publik, kesehatan
(3)
ABSTRACT
This research is a scientific study that aims to determine the impact of the presence of Special Economic Zones Sei Mangkei in improving public welfare Simalungun, case studies in Bosar Maligas and Bandar. The analysis is done by looking at the difference in welfare society before the existence of Special Economic Zones Sei Mangkei and after this Region. With research based on observation of the community about the impact of a given region.
The method used in this research study is a method of non-parametric statistical analysis, the Wilcoxon Signed-Rank Test (Wilcoxon marked Qualification Test). The main data collection was obtained by questionnaire. The population used in this study are 10,485 households and 16,283 Maligas Bosar Subdistrict Subdistrict airport bringing the total 26,768 households. while the sampling method used by judgment sampling of 100 respondents.
The results showed that there was an increase in the level of well being after the existence of this region, it is seen through the variable income, employment, access to economic openness, public services, and health. Thus KEK Sei Mangkei needs to be developed in order to increase the role of SEZ itself as a growth center for the surrounding areas. Society itself is average and even strongly agree agree SEZ development to date continues to be done
keywords : Special Economic Zones, welfare, income, employment, access to economic openness, public services, and health
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena kasih karuniaNya yang di di berikan kepada penulis yang telah menyelesaikan pengerjaan skripsi yang berjudul “ Dampak Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Simalungun (Studi Kasus: Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar)”
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara tahun akademik 2013/2014. Adapun pengerjaan skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, yakni Bapak Rismail Aritonang dan Ibunda tercinta Berliana Hutauruk yang telah memberikan kasih sayang yang tulus seumur hidup saya.
Adapun keberhasilan pengerjaan skripsi ini tidak terlepas oleh pihak-pihak terkait yang telah banyak membantu kelacaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih yang besar kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen Pembanding saya.,
(5)
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, P.Hd selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak DR. Rujiman, MA selaku dosen pembimbing telah banyak memberikan masukan dan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini.
7. Bapak Kasyful Mahali, SE,M.Si selaku Dosen Pembanding, yang juga telah meberikan masukan bagi pengerjaan Skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Pegawai Departemen Ekonomi Pembangunan
9. Seluruh Masyarakat Kabupaten Simalungun, Khususnya Masyarakat di Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar yang terlibat dalam penelitian ini.
Demikianlah penulisan ini saya buat, atas kesalahan maupun kelalaian penulis lakukan, saya memohon maaf. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2014
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang………... 1
1.2.Perumusan Masalah... 6
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teoritis... 8
2.1.1 Kawasan Ekonomi Khusus ... 8
2.1.2 Defenisi dan Konsep Kesejahteraan... 14
2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Daerah... 18
2.2.Penelitian Terdahulu... 19
2.3.Kerangka Konseptual... 21
2.4 Hipotesis... 22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian... 23
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian... 23
3.3.Batasan Operasional... 23
3.4 Defenisi Operasional... 24
3.5.Skala Pengukuran Variabel... 25
3.6 Populasi dan Sampel... 26
3.7 Jenis Data... 27
3.8 Metode Pengumpulan data... 28
3.9 Teknik Analisis... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian... 32
4.1.1. Kondisi Geografis ... 32
4.1.2. Kependudukan ... 35
4.1.3. Perekonomian Daerah ... 36
4.2. Karakteristik Responden... 38
4.2.1. Umur Responden ... 38
4.2.2. Pendidikan Responden ... 39
4.2.1. Pekerjaan Responden ... 40
(7)
4.4. Dampak KEK Terhadap Kesejahteraan Masyarakat... 41
4.2.1. Pendapatan Responden ... 43
4.2.1. Penyerapan Tenaga Kerja ... 45
4.2.1. Keterbukaan Ekonomi ... 46
4.2.1. Layanan Publik ... 48
4.2.1. Kesehatan ... 49
4.5. Pengujian Hipotesa... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 56
5.2 Saran... 57 DAFTAR PUSTAKA
(8)
DAFTAR TABEL
4.1. Luas Wilayah Simalungun dan 2 Kecamatannya………... 33
4.2. Daftar Kelurahan/Nagori di Kecamatan Bosar Maligas... 34
4.3. Daftar Kelurahan/Nagori di Kecamatan Bandar...……. 34
4.4. Tahapan Kesejahteraan Kec. Bosar Maligas dan Kec.Bandar……….. 35
4.5. Industri di Kecamatan Bosar Maligas dan Bandar...…… 36
4.6. Kelompok Umur Responden...……...………. 38
4.7. Kelompok Jenis Kelamin Responden... ………... 39
4.8. Kelompok Pendidikan Responden...……. 39
4.9. Kelompok Pekerjaan Responden...……… 40
4.10.Tanggapan Responden terhadap Perkembangan Dunia Usaha……….. 42
4.11.Pendapatan Perbulan Sebelum Dan Sesudah Pengembangan………… 44
4.12.Rata-rata Pendapatan Perbulan Sebelum Dan Sesudah Pengembangan …… 45
4.13.Tanggapan Responden terhadap Penyerapan Tenaga Kerja…………...46
4.14.Tanggapan Responden terhadap Keterbukaan akses ekonomi…………48
4.15.Tanggapan Responden terhadap Layanan Publik………49
4.16.Tanggapan Responden terhadap Kesehatan………51
4.17.Uji Wilcoxon Terhadap Pendapatan……… 52
4.18.Uji Wilcoxon Terhadap Penyerapan Tenaga kerja………….. ……….. 53
4.18.Uji Wilcoxon Terhadap Keterbukaan Akses Ekonomi ………. 54
4.18.Uji Wilcoxon Terhadap Layanan Publik ………….…………..……… 55
4.18.Uji Wilcoxon TerhadapKesehatan……….…………..………. 56
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian... 63
Lampiran 2 Tabulasi Data Hasil Penelitian... 68
Lampiran 3 Hasil Uji Variabel Kesejahteraan... 78
(10)
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan kajian ilmiah yang bertujuan mengetahui dampak keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Simalungun, studi kasus Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar. Analisis dilakukan dengan melihat perbedaan kesejahteraan masyarakata sebelum Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dan setelah keberadaam Kawasan. Dengan mendasarkan penelitian pada pengamatan masyarakat mengenai dampak yang diberikan kawasan ini.
Metode yang digunakan dalam kajian penelitian ini adalah metode analisis statistik non parametrik, yakni Uji Wilcoxon Signed-Rank (Uji Jenjang bertanda
Wilcoxon). Adapun pengambilan data utama diperoleh melalui kuisioner. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah 10.485 rumah tangga Kecamatan Bosar Maligas dan 16.283 Kecamatan Bandar sehingga total Rumah tangga 26.768. adapun metode pengambilan sampel digunakan dengan judgement sampling sebanyak 100 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan tingkat kesejahteraan setelah keberadaan kawasan ini, hal ini dilihat melalui variabel pendapatan, penyerapan tenaga kerja, keterbukaan akses ekonomi, layanan publik, dan kesehatan. Dengan demikian KEK Sei Mangkei perlu terus dikembangkan demi peningkatan peran KEK itu sendiri sebagai pusat pertumbuhan bagi daerah-daerah sekitarnya. Masyarakat sendiri rata-rata setuju dan bahkan sangat setuju pengembangan KEK sampai saat ini terus dikerjakan.
Kata Kunci : Kawasan Ekonomi Khusus, Kesejahteraan Masyarakat, pendapatan, penyerapan tenaga keja, keterbukaan akses ekonomi, layanan publik, kesehatan
(11)
ABSTRACT
This research is a scientific study that aims to determine the impact of the presence of Special Economic Zones Sei Mangkei in improving public welfare Simalungun, case studies in Bosar Maligas and Bandar. The analysis is done by looking at the difference in welfare society before the existence of Special Economic Zones Sei Mangkei and after this Region. With research based on observation of the community about the impact of a given region.
The method used in this research study is a method of non-parametric statistical analysis, the Wilcoxon Signed-Rank Test (Wilcoxon marked Qualification Test). The main data collection was obtained by questionnaire. The population used in this study are 10,485 households and 16,283 Maligas Bosar Subdistrict Subdistrict airport bringing the total 26,768 households. while the sampling method used by judgment sampling of 100 respondents.
The results showed that there was an increase in the level of well being after the existence of this region, it is seen through the variable income, employment, access to economic openness, public services, and health. Thus KEK Sei Mangkei needs to be developed in order to increase the role of SEZ itself as a growth center for the surrounding areas. Society itself is average and even strongly agree agree SEZ development to date continues to be done
keywords : Special Economic Zones, welfare, income, employment, access to economic openness, public services, and health
(12)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kawasan Ekonomi Khusus merupakan kawasan yang memiliki batas wilayah tertentu dan berada di wilayah hukum di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan oleh Negara. Kawasan ini dipersiapkan untuk menjalankan roda perekonomian dengan mendapatkan keistimewaan dengan fasilitas-fasilitas tertentu. Istilah Kawasan Ekonomi Khusus belum lama ini banyak mendapat perhatian. Pasar ekonomi global yang menuntut persaingan antar negara dalam dan dari semua aspek termasuk aspek ekonomi membuat Kawasan Ekonomi Khusus di persiapkan bagi Indonesia menghadapi pasar tunggal.
Pengembangan yang dilakukan sejak dibuatnya PP No. 33 tahun 1996 tentang Kawasan Bebas Tertentu dari tahun ke tahun terus mendapatkan alternatif baru yang dapat mengantarkan Indonesia sebagai Negara yang kuat dalam ekonomi. Kegiatan ekspor meningkatkan iklim investasi yang tinggi sehingga pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan kesejaterahan rakyat Indonesia. Seperti yang tertuang dalam UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Dimana hal ini sebelumnya telah ada diberbagai Negara, diantaranya seperti Free Zone di Dubai, Industrial Park Zone di Cina, serta India dan Mesir dengan Special Economic Zone.
Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus sebagaimana dituangkan dalam MP3EI, nyatanya telah memilih beberapa kawasan di Indonesia dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh suatu wilayah. Adapun tujuannya yaitu sebagai tempat
(13)
yang akan digunakan untuk memicu pertumbuhan ekonomi khususnya bagi daerah itu sendiri dan sekitarnya. Salah satunya ialah kawasan Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara yang dipilih sebagai tempat Kawasan Ekonomi Khusus yang ada pertama kali diresmikan.
Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 29 Tahun 2012 pasal 1 ayat 2 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei memiliki total luas 2.002,77 ha (dua ribu dua koma tujuh hektar are) yang berada dalam wilayah Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Adapun Batasan sebelah Utara berbatasan dengan Desa Keramat Kuba, sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN IV (persero) Kebun Mayan, sebelah Timur berbatasan dengan PTPN IV (persero) Kebun Gunung Bayu dan sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Bah Bolon.
Berdirinya Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei selain diharapkan dapat mengkoordinir industri pelaku ekonomi internasional yang dimiliki Indonesia, membawa Indonesia menghadapi pasar tunggal dengan peningkatan ekspor ke pasar dunia dan mengurangi ketergantungan Indonesia pada barang impor. Sebagaimana direncanakan Kawasan Ekonomi Khusus ini selain guna menambah produksi ekspor juga menambah nilai guna suatu barang. Dimana kita dapat memproduksi barang-barang mentah yang selama ini di ekspor menjadi barang-barang jadi. Artinya keuntungan akan lebih besar dirasakan oleh pelaku ekonomi. Lokasi kawasan yang dekat pada Pelabuhan Kuala Tanjung dan akses yang mudah pada Bandara Internasional Kuala
(14)
Namu semakin membuat Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei sebagai percepatan pembangunan yang tepat bagi Indonesia khususnya bagi Kabupaten Simalungun.
Kabupaten Simalungun sendiri memiliki luas 4.386,60 km2 dengan total penduduknya 830.986 jiwa pada tahun 2012. Terdiri dari 31 kecamatan dengan 22 kelurahan dan 345 desa/nagori. Dengan mayoritas penduduk adalah petani membuat 25,41% dari PDB Kabupaten Simalungun adalah merupakan hasil perkebunan seperti kelapa sawit, karet dan kopi. Selain itu ternyata profesi sebagai pegawai, pedagang, dan penyedia jasa juga merupakan profesi yang banyak di jumpai di masyarakat daerah tersebut.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun sendiri tidak sesuai dengan potensi yang di miliki. Lambatnya pembangunan yang terjadi selama ini di wilayah Simalungun menimbulkan banyak masalah sosial ekonomi di masyarakat. Kecenderungan keterlambatan pembangunan dipandang berdampak pada kondisi iklim investasi yang ada di Kabupaten Simalungun, khususnya daerah sekitar Kawasan Ekonomi Khusus berdiri. Hal ini disebabkan karena investasi tersebut tidak berjalan semestinya. Perekonomian yang didukung industri-indusrti besar didaerah ini nyatanya tidak mampu meningkatkan perekonomian yang merata.
Daerah berdirinya Kawasan Khusus Sei Mangkei sendiri sangat terkait pada 2 kecamatan besar di Kabupaten Simalungun. Kecamatan Bosar maligas sebagai zona berdirinya kawasan ini dan Kecamatan Bandar sebagai daerah inti kegiatan ekonominya. Kawasan ini memiliki potensi yang besar dari sektor kelapa sawit,
(15)
sehingga membuat daerah-daerah ini telah dilirik oleh pengusaha jauh sebelum munculnya wacana menjadikan tempat ini sebagai kawasan yang dipilih pemerintah sebagai Klaster Industri Sumatera Utara. Banyaknya industri di wilayah ini menjadi bukti akan kekayaan potensi daerah. Persaingan antar industri membuat produktivitas setiap perusahaan selalu di upayakan maksimal. Produktivitas ekspor terus di pasok oleh para pengusaha-pengusaha dari tempat ini dan hasil investasi yang dilakukan para pengusaha itu untuk meningkatkan produktivitas ekpor bagi Indonesia, namun pada kenyataannya kurang berdampak bagi masyarakat dan bukan menjadi suatu hal yang bisa menjawab permasalahan sosial ekonomi masyarakat disekitar wilayah tersebut.
Memiliki potensi daerah yang kaya akan sumber daya alam tentu menjadi modal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat secara merata. Namun data menunjukkan tingkat kemiskinan di daerah ini mencapai 9,98% (Badan Pusat Statistik, 2012). Sehingga jika melihat pada tujuan di berlakukan Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia pada hakikatnya, kawasan ini akan mampu mempengaruhi roda perekonomian masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh (Soedjono, 2002) bahwa pertumbuhan ekonomi yang diupayakan harusnya dapat menyelesaikan permasalahan sosial ekonomi. Sehingga perlu diadakan suatu strategi atau arah baru dari kebijaksanaan pembangunan yang memadukan pertumbuhan dan pemerataan. Adapun strategi tersebut ialah pertama, pemihakan dan pemberdayaan masyarakat. Kedua, pemberian otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengolahan pembangunan di daerah yang dikembangkan. Ketiga, modernisasi melalui penajaman
(16)
dan pemantapan arah dari perubahan struktur sosial ekonomi dan budaya yang bersumber pada peran serta masyarakat lokal.
Merujuk pada kondisi tersebut maka seharusnya pembangunan daerah di sekitar Kawasan ini erat kaitannya dengan kondisi masyarakat yang heterogen dan menghindari pembangunan Kawasan Khusus Sei Mangkei yang justru menyampingkan kehidupan masyarakat demi pertumbuhan ekonomi yang hanya di rasakan oleh kalangan tertentu.
Kondisi ketenagakerjaan sebagai dampak keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus tentu menjadi faktor yang sangat penting bagi masyarakat sekitarnya. Di perkirakan 6.500 tenaga kerja yang akan mampu di tampung setiap tahunnya hingga proyeksi 84.000 tenaga kerja Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei di tahun 2025 (Kompas, 25 Januari 2012). Dengan angka itu maka di pastikan akan terjadi arus kependudukan pada daerah-daerah sekitar kawasan tersebut. Hal ini akan menumbuhkan investasi pendukung baru bagi keadaan tersebut.
Keadaan infrastruktur dan fasilitas layanan publik yang tersedia masih yang sangat kurang mendukung proses pembangunan ini. Hal ini dapat kinerja proyek besar di daerah ini. Pemerintah harus segera mengantisipasi daerah ini kesulitan menampung perkembangan arus investasi oleh karena di berdirikannya Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei didaerah ini, mengingat pula fasilitas ini sangat diperlukan demi kelancaran Kawasan Khusus Sei Mangkei. Adapun faktor-faktor pendukung ini adalah seperti ketersediaan perumahan, layanan kesehatan yang baik, sekolah-sekolah, dan sebagainya.
(17)
Gambaran keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus di daerah Kabupaten Simalungun memang merupakan hal baru bagi pengembangan perekonomian daerah Simalungun. Keberadaannya sebagai pemicu roda perekonomian Indonesia di daerah ini tentu akan mempunyai dampak besar bagi kehidupan mereka di masa depan. Dengan pencapaian investasi sekarang 6.5 triliun rupiah bahkan proyeksi investasi hingga mencapai 46 triliun rupiah seharusnya akan meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi Simalungun dari sebelum diadakannya Kawasan Ekonomi Khusus di daerah ini. Dari penjelasan diatas, penulis membuat judul penelitian untuk mengetahui sejauh apa investasi Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei saat ini membawa dampak pada kesejahteraan masyarakat yang berjudul : “ DAMPAK KEBERADAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS SEI MANGKEI DALAM
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN
SIMALUNGUN (STUDI KASUS : KECAMATAN BOSAR MALIGAS DAN KECAMATAN BANDAR)”
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei terhadap aktivitas ekonomi daerah Simalungun?
2. Bagaimana keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei mempengaruhi kesejahteraan masyarakat Simalungun?
(18)
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peranan dari keberadaan investasi Kawasan Ekonomi Sei Mangkei dalam aktivitas ekonomi daerah Simalungun.
2. Untuk mengetahui pengaruh dari keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Simalungun. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai masukan bagi pengambilan kebijakan di dalam kaitannya dampak keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Simalungun.
2. Bagi fakultas ekonomi dapat menjadi sumbangan pemikiran dari penulis yang dapat berkontribsi bagi pengembangan dunia pendidikan
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat sebagai refrensi bagi penelitian di dalam kaitannya keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei pada kesejahteraan masyarakat Kabupaten Simalungun.
4. Bagi penulis dapat sebagai wadah menuangkan buah pikiran tentunya terkait dengan Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei pada kesejahteraan masyarakat Kabupaten simalungun.
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Adapun uraian pada tinjauan pustaka yang di uraikan penulis adalah memberi uraian tentang teori- teori dan penelitian terdahulu yang dapat menjelaskan secara teoritis kajian tersebut. Sehingga akan menghasilkan hipotesa dan kerangka berpikir yang teoritis. Berikut adalah uraian teoritis yang sistematis pada Bab II tinjauan pustaka.
2.1Landasan Teori
2.1.1Kawasan Ekonomi Khusus
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus bahwa kawasan ekonomi khusus merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan dan menyelenggarakan fungsi perekonomian dengan fasilitas tertentu. Dimana ketentuan khusus di bidang kepabeanan, perizinan, perpajakan, ke imigrasian dan ketenagakerjaan. Dalam pasal 2 UU No 39 Tahun 2009 dijelaskan bahwa Kawasan ekonomi khusus dikembangkan melalui geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi sebagai penampung kegiatan industri, ekspor, impor dan kegiatan ekonomi yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi daya saing internasional. Dimana Kawasan ekonomi khusus terdiri dari beberapa zona; yakni Pengelolahan ekspor; Logistik, Industri, Pengembangan teknologi, Pariwisata, Energi, dan Ekonomi lain.
(20)
Kawasan Ekonomi khusus sendiri diusulkan kepada Dewan Nasional kawasan ekonomi khusus oleh (1) Badan Usaha; (2) Pemerintah kabupaten/kota; atau (3) pemerintah provinsi. Adapun syarat sebagai kelengkapan persetujuan oleh Dewan nasional kawasan ekonomi khusus bagi pendirian kawasan ekonomi khusus adalah sebagai berikut ini :
a) Sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung.
b) Pemerintah provinsi, kabupaten/kota yang bersangkutan medukung keberadaan kawasan ekonomi khusus didaerah tersebut.
c) Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; dan
d) Mempunyai batas yang jelas.
Sebelum diadakan Kawasan Ekonomi Khusus ini telah terdapat bentuk kawasan lain yang juga memiliki tujuan meningkatkan kegiatan ekspor dalam negeri. Hal ini dapat kita perbandingkan dengan pembentukan keunggulan kawasan yang disiapkan Negara atas daerah yang memiliki keunggulan sumber daya sekaligus berpotensi menguntungkan Indonesia.
Dalam pasal 13 UU No 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, pembiayaan untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di dalam kawasan ekonomi khusus dapat berasal dari pembiayaan pemerintah daerah, swasta, kerja
(21)
sama antara pemerintah dan pemerintah daerah dan swasta bahkan sumber lain yang sah sesuai ketentuan perundang-undangan.
Hasim (2010) mengemukan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus dapat menjadi peluang yang hebat bagi Indonesia dalam menghadapi perekonomian global, namun juga membawa ancaman yang serius bagi sistem perekonomian negara ini. Program Kawasan Ekonomi Khusus dapat menjadi positif bila membawa dampak positif seperti dalam hal:
a. Dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus ini dapat membuka lapangan kerja dalam jumlah besar sehingga dapat menyerap angkatan kerja dan mengurangi tingkat pengangguran.
b. Dengan terserapnya angkatan kerja tersebut maka meningkatkan pendapatan perkapita yang akan meningkatka daya beli masyarakat.
c. Dengan meningkatnya daya beli masyarakat ini akan mendorong kegiatan sektor rill lainnya seperti peningkatan perdagangan barang jasa meningkat. d. Kawasan ini akan menjadi tempat beroperasinya berbagai industri dan
perdagangan, yang akan menampung hasil produksi pertanian, perkebunan, perikanan, kerajinan.
e. Dengan adanya penampungan bagi hasil masyarakat maka akan meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat.
f. Dengan berkembangnya kegiatan Kawasan Ekonomi Khusus ini diharapkan mendorong perkembangan industri jasa pendukung lainnya yang menjadi usaha
(22)
masyarakat sekitar, Misalnya jasa angkutan, jasa hiburan, perhotelan dan lain-lain.
Beberapa pengaruh positif tersebut di harapkan menjadi paket substansi dari visi dan misi pelaksanaan program Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia, sehingga benar-benar dapat menjadi salah satu solusi alternative pengentasan perekonomian yang masih tetap terpuruk sejak dilanda krisis moneter pada tahun 1997. Kehadiran Kawasan Ekonomi Khusus telepas dari semua keuntungan juga mengandung ancaman. Adapun ancaman-ancaman tersebut meliputi; (1) Aspek hukum, dimana kegiatan Kawasan Ekonomi Khusus ini tetap tidak terlepas dari landasan hukum yang menjadi dasar aturan main (rule of game). Aktivitas KEK sebagai kegiatan ekonomi yang tidak terlepas dari hukum belum benar-benar mempunyai aturan main yang jelas bagi proses keberlangsungan KEK ini. (2) Aspek sosial budaya, dimana akan terjadi kecenderungan perubahan nilai yang sangat di pengaruhi perbauran nilai antara budaya asing dan budaya kita yang umumnya sekuler bersinggungan religious, terikat adat, dan kebiasaan. (3) Aspek Politik dan keamanan, program KEK dapat menimbulkan konflik horizontal yang menggangu stabilitas politik dan keamanan. Perubahan nilai dan perilaku sebagian masyarakat ke arah materialistis dan sekuleristik tentu akan mendapat penolakan. Jika tidak benar-benar ditangani, ini akan menggangu keamanan suatu negara. Berikut adalah bentuk kawasan lain yang juga diberi peraturan khusus namun berbeda seperti Kawasan Ekonomi Khusus yaitu:
(23)
1. Kawasan Berikat
Berbeda dengan Kawasan Ekonomi Khusus, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1996 tentang kawasan berikat menjelaskan kawasan berikat merupakan kawasan dengan batas tertentu yang didalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengoalahan barang dan bahan, kegiatan rancang bangunan, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, dan pengepakan atas barang dan bahan asal impor atau bahan dari dalam pabean Indonesia lainnya, untuk tujuan ekpor. Hal ini mendapatkan perlakuan khusus di bidang kepabeanan, cukai, dan perpajakan. Kawasan berikat dilakukan oleh pengusaha yang berkedudukan di Indonesia. Adapun fasilitas yang diberikan pada kawasan berikat ini adalah penangguhan bea masuk, pembebasan cukai dan tidak dipungut pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang mewah (PPn BM).
Kawasan berikat sendiri berada dalam pengawasan kepabeanan, meskipun pengawasan kepabeanan hanya menjamin terjadinya kelancaran atas arus barang didaerah tersebut.
2. Kawasan industri
Menurut National industrial zoning committee’s (USA), kawasan industri adalah suatu kawasan di atas tanah yang cukup luas, yang secara administratif dikontrol oleh seseorang atau lembaga yang cocok untuk kegiatan industri, karena lokasinya, zoning yang tepat, kesediaan semua infrastrukturnya kemudahan aksesibilitas transportasi dan topografi yang tepat.
(24)
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang kawasan industri di jelaskan adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. Adapun tujuan pembangunan kawasan industri bertujuan untuk : a) Mengendalikan pemanfaatan ruang.
b) Meningkatkan upaya pembangunan industry yang berwawasan lingkungan. c) Mempercepat pertumbuhan industri daerah.
d) Meningkatkan daya saing industri. e) Meningkatkan daya saing investasi; dan
f) Memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan infrastruktur, yang terkoordinasi dengan sektor lain.
3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang tata ruang wilayah nasional dimana dijelaskan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Dimana guna peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki, peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan, dan guna sebagai strategi peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi dalam hal keterkaitan antar kawasan. Dan kebijakan strategi pengembangan pola ruang meliputi kebijakan dan strategi pengembangan
(25)
kawasan lindung, kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya dan kebijakan strategi pengembangan kawasan strategi nasional.
Pengembangan wilayah senantiasa disertai perubahan struktural, pertumbuhan suatu wilayah merupakan proses panjang sebagai hasil dari berbagai pengambilan keputusan yang mempengaruhi daerah. Dan proses tersebut terjadi sangat kompleks melibatkan aspek ekonomi, sosial budaya, lingkungan dan politik sehingga pada hakekatnya pengembangan wilayah adalah suatu sistem pembangunan wilayah yang tidak dapat dipisahkan (Nugroho, 2004).
4. Kawasan Perdagangan Bebas
Berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2000 tentang Kawasan perdagangan bebas merupakan kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas yang berada dalam wilayah hukum Negara kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, PPN, pajak penjualan atas barang mewah dan cukai dan dibebaskan barang modal dan bahan baku.
Zona industri dengan insentif khusus yang dibuat menarik investor asing, dimana bahan impor mengalami beberapa tingkat proses sebelum di ekspor (ILO,1998).
2.1.2 Konsep dan Definisi Kesejahteraan
Menurut UU No.6 Tahun 1974 tentang pokok kesejahteraan sosial disebutkan bahwa kesejahteraan sosial mempunyai ruang lingkup tentang upaya manusia sebagai mahluk individu mampu mengatasi masalah sosialnya melalui perannya masing-masing.
(26)
Badan Pusat statistik (BPS) mengartikan kesejahteraan sebagai kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup minimumnya. Keluarga yang tidak sejahtera (miskin) apabila tidak mampu memenuhi kebutuhan minimumnya. Badan pusat statistik di dalam (Natalia, 2008) mengatakan bahwa kesejateraan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1) Kesehatan
Dimana pelayanan kesehatan masyarakat merupakan bentuk pelayanan kesejateraan yang dilaksanakan melalui berbagai lembaga seperti puskesmas, posyandu, poloklinik, rumahh sakit dan lain-lain.dimana disertai peningkatan kualitas kesehatan dimasyarakat. Hal ini dapat dilihat dari angka harapan hidup masyarakat.
2) Pendidikan
Masyarakat yang sehat dan sejahtera harus memiliki kecerdasan dan keterampilan. Maka indikator yang penting ialah pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah masyarakat melek huruf. Dimana disertai pembangunan sarana dan prasarana seperti gedung sekolah dan program pendidikan oleh instansi pendidikan dengan menyertakan masyarakat.
3) Ketenagakerjaan
Penambahan jumlah penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Peningkatan jumlah penduduk disertai dengan kesempatan kerja dan lapangan kerja yang menampung setiap angkatan kerja.
(27)
4) Perumahan dan Lingkungan
Pembangunan di bidang perumahan dan lingkungan adalah unsur yang penting. Dalam hal ketersedian kebutuhan mendasar merupakan sangat perlu guna peningkatan produktivitas masyarakat dan meningkatan pendapatan perkapita masyarakat.
BKKBN mengartikan kesejahteraan sebagai kemampuan keluarga untuk hidup dan berfungsi dalam masyarakat seperti memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi. Karena itu masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi berarti memiliki kualitas hidup yang lebih baik, sehingga pada akhirnya keluarga tersebut menciptakan kondisi yang lebih baik untuk bisa meningkatkan kesejahteraan mereka. Tingkat kesejahteraan beragam, tergantung bagaimana pendekatan yang digunakan dalam mengartikan kesejahteraan.
Kesejahteraan adalah suatu keadaan yang di kondisi agregat dari kepuasan individu-individu, dimana pengertian dasar tersebut mengantarkan kepada pemahaman yang kompleks yang terbagi dalam dua arena perdebatan. Pertama tentang apa lingkup dari substansi kesejahteraan tersebut. Kedua adalah bagaimanana intensitas substansi tersebut dapat di representasikan secara agregat. Meskipun tidak ada suatu batasan substansi yang tegas tentang kesejahteraan. Namun tingkat kesejahteraan tersebut menyangkut pada pendidikan, kesehatan, dan seringkali di perluas kepada perlindungan sosial lain seperti kesempatan kerja, pendidikan, kesehatan dan perlindungan hari tuan sampai keterbebasan dari kemiskinan, dan sebagainya. Pada hakekatnya kesejahteraan itu melihat bagaimana kemampuan
(28)
seseorang untuk memenuhi kebutuhan komoditas secara umum. Memiliki kemampuan ekonomi yang baik dan pendapatan lebih besar dari sumber daya yang dimilikinya (Fakhri ismail, 2013).
Dalam kajian ilmu ekonomi konsep dari kesejahteraan (welfare) sendiri dikemukan ekonom Vilveredo Paretodi. Dimana ia mangatakan kesejateraan sendiri terkait dengan sesuatu berkaitan dengan berbagai kondisi, penyelesaian dari model keseimbangan umum dapat di optimalkan dan alokasi faktor produksi yang optimal (optimalisasi pareto). Adapun kriteria optimal pareto ini menilai keinginan relative dari berbagai penggunaan sumber daya, kriteria ini merumuskan bahwa keuntungan masyarakat dan kesejahteraan sosial akan meningkat dengan adanya relokasi sumber daya sehingga semua individu memperoleh keuntungan atau paling tidak ada individu lainnya yang berkurang kepuasannya.
Menurut Todaro sendiri secara lebih spesifik mengemukan fungsi kesejahteraan (welfare) ialah:
W=W(Y, I, P)
W adalah Kesejahteraan, Y adalah pendapatan kapita, I adalah ketimpangan, P adalah kemiskinan absolute. Ketiga variabel ini mempunyai tingkat signifikan yang berbeda-beda dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang seharusnya berupaya menjawab permasalah ekonomi masyarakat. Jangan sampai terjadi ketimpangan di masyarakat sendiri oleh karena pendistribusian pendapatan yang tidak merata dan pengentasan permasalahan ekonomi makro seperti pengangguran. (Todaro, 2006 : 250)
(29)
2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Daerah
Pertumbuhan ekonomi (economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi sebenarnya. Dengan demikian ekonomi lebih lambat dari potensinya. (sadono sukirno, 1994: 10).
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelolah sumber daya yang ada dan membentuk pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999:108).
Dalam analisis pertumbuhan ekonomi regional, unsur regional atau wilayah pasti menjadi hal yang penting, baik itu batasan wilayah yang dimaksud adalah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Dan target petumbuhan ekonomi setiap wilayah berbeda-beda. Dan faktor yang membedakan adalah potensi ekonomi yang di miliki setiap daerah itu berbeda. Sehingga perlu kebijakan pemerintah yang tepat bagi perencanaan wilayah tersebut, dan itu disesuaikan dengan potensi wilayahnya.
(30)
Adapun pertumbuhan PDRB perkapita daerah mencerminkan kesejahteraan daerah tersebut.
2.2Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Penelitian Doriani (2012) berjudul “Persepsi masyarakat terhadap pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei sebagai klaster industri” menghasilkan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei akan sangat berpengaruh pada kehidupan social ekonomi masyarakat Kecamatan Bosar Maligas. Hal ini terwujud dalam penyerapan tenaga kerja lokal maupun penyediaan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi bagi masyarakat Kecamatan Bosar Maligas. KEK sangat merangsang pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang menurunkan tingkat pengangguran didaerah ini.
Penelitian Daud wijaya (2013) berjudul “Kajian Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Bosar maligas Kabupaten Simalungun menghasilkan bahwa:
1. Pembangunan Kawasan industri Sei mangkei mempunyai peranan positf dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun. Hal ini berarti penyerapan tenaga kerja akan meningkat dengan meningkatnya pembangunan kawasan industri Sei mangkei.
2. Pembangunan kawasan industri Sei magkei mempunyai peranan positif dan signifikan terhadap tempat usaha di sekitarnya seiring meningkatnya pembangunan kawasan industtri Sei mangkei.
(31)
3. Pembangunan kawasan industri Sei mangkei mempunyai peranan positif dan signifikan terhadap pendapatan masyarakat seiring dengan perkembangan kawasan industri ini.
Dari kedua penelitian yang dilakukan oleh Doriani dan Daud tampak jelas bahwa penelitian ini hanya menitikberatkan potensi kawasan ekonomi khusus ini sebagai kawasan industri yang menguntungkan perekonomian daerah. Peneliti dalam penelitian ini berfokus peranan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei terhadap perekonomian daerah sekitarnya serta pada kondisi Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei itu sendiri yang telah diresmikan oleh pemerintah tentang pengaruh nyata pada kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Adapun yang menjadi indikator kesejahteraan ini dilihat dari penyerapan tenaga kerja, pendapatan masyarakat, keterbukaan akses ekonomi serta pelayanan publik yang tersedia.
(32)
2.3Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini di gambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei
PENYERAPAN TENAGA KERJA
PENDAPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI
KETERBUKAAN AKSES EKONOMI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
LAYANAN PUBLIK KESEHATAN
Hadirnya Kawasan Ekonomi Khusus di Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas merupakan bentuk investasi yang besar bagi daerah Kabupaten Simalungun. Dengan adanya bentuk investasi ini dapat di pastikan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun akan menjadi titik baru yang mengantarkan kabupaten ini menjadi kabupaten yang sejahtera. Mega proyek MP3EI Indonesia ini akan diharapkan tidak hanya menjadi pusat pertumbuhan perekonomian tetapi masyarakat benar-benar dapat disejahterakan oleh karena pembangunannya.
(33)
2.4Hipotesis
Melihat dari penjelasan dan uraian diatas dapat diambil hipotesis tentang kedua variabel antara keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan kesejahteraan adalah:
1. Kawasan Ekonomi Khusus yang ada di Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara yang merupakan Program MP3EI memiliki pengaruh yang positif kesejahteraan masyarakat.
(34)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif Penelitian ini mendeskripsikan fenomena berupa aktivitas, perubahan dan kegiatan baru yang saat ini berlangsung di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat Simalungun di Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar.
3.2Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar. Daerah tersebut merupakan wilayah terdekat pembangunan kawasan ini, dan terhubung secara langsung pada segala aktivitas Kawasan Ekonomi Khusus. Penelitian ini dilaksanakan tahun 2014.
3.3Batasan Operasional
Penelitian dengan mengkaji Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei banyak dilakukan sebelumnya, namun berbeda dengan penelitian yang pernah ada kajian penelitian ini mengkhususkan bagaimana peranan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei itu sendiri berdampak secara nyata pada perekonomian daerah Kabupaten Simalungun khususnya di dua Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar sebagai zona terdekat pembangunan kawasan ini. Melihat pengaruh Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei didalam peningkatan kesejahteraan masyarakat Kecamatan Bandar dan Kecamatan Bosar Maligas.
(35)
Adapun indikator kesejahteraan yang peneliti gunakan adalah pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, keterbukaan terhadap akses ekonomi, layanan publik yang tersedia serta tingkat kesehatan masyarakat. Kelima indikator inilah penunjang atau faktor pendorong seseorang dapat melakukan aktivitas ekonominya serta dapat mensejahterakan dirinya. Mengingat penelitian ini adalah kajian dampak, maka peneliti juga membagi kondisi kesejahteraan masyarakat pada 2 masa periode, yakni sebelum dan sesudah adanya Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei. Hal ini untuk mengetahui secara nyata pengaruh keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei di masyarakat.
3.4Definisi Operasional
1. KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan dan menyelenggarakan fungsi perekonomian dengan fasilitas tertentu.
2. Kesejahteraan merupakan kondisi kemakmuran yang sudah dirasakan merata oleh seluruh warga masyarakat. Dengan pembangunan kesejahteraan sosial yang semakin berhasil, maka kesenjangan sosial akan berkurang, termasuk juga keberhasilan meningkatkan kemakmuran penduduk yang masih hidup dalam serba kekurangan.
3. Pendapatan adalah upah atau gaji yang diterima orang perorangan, dimana upah ini diperoleh dari hasil bekerja terkait dengan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.
(36)
4. Penyerapan tenaga kerja adalah kemampuan lapangan kerja yang ada dalam menampung ketersediaan tenaga kerja di daerah tersebut.
5. Keterbukaan akses ekonomi merupakan kondisi yang memudahkan masyarakat dalam segala aktivitasnya, baik bidang ekonomi maupun non-ekonomi yang sudah tentu akan membantunya meraih kesejahteraan individunya. Keterbukaan akses ekonomi ini meliputi hadirnya perbankan yang memudahkan transaksi ekonomi, akomodasi dan transportasi, dan hadirnya dunia usaha yang menambah kemudahan masyarakat meraih kebutuhannya.
6. Fasilitas publik adalah ketersediaan barang atau jasa yang di sediakan oleh pemerintah dan dapat di nikmati oleh seluruh masyarakat tanpa mengurangi nilai dan kepuasan orang lain. Fasilitas publik ditujukan dalam mempermudah masyarakat dalam segala kegiataannya di dalam hidupnya. Meliputi Sekolah, Rumah Sakit, tempat hiburan, dan fasilitias seperti jalan dan barang public lainnya.
7. Kesehatan yang dimaksud merupakan kondisi pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat. Dimana hal ini merupakan bentuk pelayanan kesejateraan yang paling utama. Karena merupakan penentu bagi kualitas hidup seseorang di dalam memenuhi kebutuhannya.
3.5Skala Pengukuran Variabel
(37)
2. Pengukuran indikator keterbukaan akses ekonomi, layanan public, perkembangan dunia usaha,kesehatan dinyatakan atas skala pengukuran skala likert seperti yang peneliti sajikan dalam kuisioner
3.6Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi yaitu sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian (penelaahan) dengan ciri mempunyai karekteristik yang sama. Penelitian ini menggunakan jenis populasi terhingga, dimana populasi terhingga ialah sekumpulan objek yang akan di jadikan sebagai kajian penelitian dengan jumlah tertentu. Adapun jenis lain populasi ialah populasi tak terhingga, dimana objek dengan kajian jumlahnya tidak terhitung (Andi, 2008 : 3). Populasi dalam penelitian ini meliputi jumlah Rumah tangga di dua kecamatan, yakni Kecamatan Bosar Maligas 10.485 dan Kecamatan Bandar 16.283 dengan total Rumah tangga 26.768.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan sebagai bahan penelaahan dengan harapan dari contoh yang diambil dari populasi dapat mewakili terhadap populasinya. Dimana dalam menggunakan istilah sampling, yaitu cara pengambilan sampel baik dari jumlah dan modelnya mewakili populasinya (Andi, 2008 : 3). Adapun sampel penelitian menggunakan judgement sampling yang merupakan bagian
purposive sampling. Dan untuk mendapat sampel yang baik bagi penelitian ini, peneliti menetukan kriteria sampel dalam penelitian sebagai berikut:
1. Responden berada di usia dewasa.
2. Responden berdomisili di Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar. 3. Responden mampu memahami kuisioner penelitian.
(38)
4. Responden memahami perkembangan keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin dengan persamaan sebagai berikut:
�
=
��(�)2 +1
Keterangan: n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kesalahan
Dari hasil rumus diatas maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:
� = 26.768 26.768(0.1)2 + 1
Maka total jumlah sampel dalam penelitian ini ada 99, 627 atau dibulatkan 100 sampel dari 26.768 banyak populasi. Dan ini dengan tingkat kesalahan 0,1% dan tingkat kepercayaan 90%.
3.7Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam kajian penelitian ini adalah data primer, dimana data ini diperoleh melalui penelitian langsung melalui kuisioner yang diberikan kepada objek penelitian yakni masyarakat kabupaten Simalungun. Dan adapun data sekunder yang saya gunakan dalam kajian penelitian ialah saya peroleh
(39)
melalui instansi resmi yang di publikasikan. Adapun instansi tersebut adalah BPS (Badan pusat statistik) Kabupaten Simalungun.
3.8Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui;
1. Kuisioner
Merupakan daftar pertanyaan yang penulis ajukan, terkait dengan penelitian demi mendapatkan informasi persepsi masyarakat Kabupaten simaluungun dengan keberadaan KEK di sekitar mereka.
2. Observasi
Merupakan pengamatan langsung yang melibatkan penulis secara langsung. Mengamati daerah penelitian dan memperoleh informasi yang akurat bagi penelitiannya.
3. Wawancara
Merupakan teknik pengambilan informasi dan data dengan mengajukan pertanyaan dengan wawancara langsung antara penulis dengan responden. Dan hasil informasi yang diperoleh, diterima langsung oleh peneliti.
4. Instansi dan lembaga terkait
Data yang diperoleh melalui dokumen instansi- instansi atau kelembagaan yang menyajikan data seperti yang diperlukan dalam kajian penelitian ini. Adapun
(40)
instansi yang turut membantu dalam penyediaan data penelitian ini adalah Badan Pusat Statistik (BPS), dan BAPPENAS.
3.9Teknik Analisis
Adapun teknik analisis dalam rumusan masalah yang pertama di penelitian ini adalah analisis deskriftif kualitatif, dimana penulis menggambarkan, menganalisis setra menginterpretasi data yang telah di peroleh dari responden dan kemudian diolah menjadi suatu informasi yang telah teruji kebenarannya.
Permasalahan kedua peneliti menggunakan uji statistik non parametrik. Dimana uji statistik non parametrik atau yang disebut metode kualitatif ini dalam pelaksanaan analisisnya perlu dilakukan tahapan sendiri di dalam perhitungan dan pengujiannya. Dan untuk pengujian hipotesa yang mengukur dampak keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei terhadap kesejateraan masyarakat Simalungun maka di gunakan Wilcoxon Signed Rank Test (uji jenjang-bertanda wilcoxon) dengan menggunakan program SPSS versi 16. Metode Wilcoxon signed rank test dimaksudkan sebagai alat untuk menguji perbedaan dari dua median yang diperoleh dari dua himpunan data dengan cara pengambilan data secara bertahap (Andi, 2008). Rumus statistik uji wilcoxon menurut Djarwanto (dalam Zulfan, 2008) sebagai berikut:
� = � − �(�) �� �(�) =�(�+�)
(41)
��= �� (�+�)(��+�) ��
Keterangan:
Z = Nilai Z atau skor Z
T = Jumlah tanda jenjang terkecil baik tanda jenjang positif atau negative dari hasil pengamatan
E(T) = Expected Value Of T (Nilai T yang diharapkan dari hasil pengamatan).
�� = Standar Deviasi dari T
n = Banyaknya (jumlah) pengamatan yang menghasilkan beda positif dan negatif. Sedangkan beda 0 (nol) tidak diperhatikan
Adapun langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
1. Tentukan hipotesis nol (�0) dan Hipotesis alternatifnya (��).
H0 adalah : KEK Sei Mangkei tidak memiliki dampak terhadap kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar, sedangkan
Ha adalah : KEK Sei Mangkei memiliki dampak terhadap kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar
2. Terapkan kriteria daerah kritis untuk penerimaan dan penolakan (�0) dari kurva normal (untuk n≥ 30) atau kurva �������� (untuk n < 30), dengan ketentuan sebagai berikut:
Dk (derajat kebebasan) = �1 + �2 - 2
Gunakan distribusi normal (untuk n besar) atau distribusi t (untuk n
kecil)
(42)
�= ∑ ��� �∑ ���2
→ ���
Lalu bandingkan antara poin 2). dan 3).
4. Simpulkan hasil perbandingan dengan:
Zhitung > Ztabel atau thitung > ttabel → maka kesimpulanya tolak �0
(43)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis
Kabupaten simalungun memiliki Letak astronomi antara 02036′-03018′
Lintang Utara dan 98032′-99035′ Bujur Timur dengan luas 4.386,60 Km2 berada pada ketinggian 0-1.400 meter diatas permukaan laut dimana 75% lahannya berada di kemiringan 0,15%. Dimana kabupaten ini adalah kabupaten/kota terluas ketiga di Provinsi Sumatera Utara setelah Kabupaten Madina dan Kabupaten Langkat. Kabupaten Simalungun sendiri diapit oleh 8 kabupaten/kota diantaranya: kabupaten Serdang bedagai, Deli serdang, Karo, Tobasa, Samosir, Asahan, Batu Bara, dan kota Pematang siantar.
Kabupaten ini terdiri dari 31 kecamatan, dimana Kecamatan Raya adalah yang terluas sehingga tidak salah kecamatan ini dijadikan Ibukota Kabupaten Simalungun.
(44)
Kondisi kelembaban hingga 84% membuat daerah ini sejuk. Dimana trend suhu di daerah ini terus mengalami peningkatan. Meskipun demikian ternyata kondisi ini dimamfaatkan pada pengembangan daerah melalui hadirnya industri-industri kelapa sawit yang memang didukung kondisi iklim daerah tersebut. Adapun 2 kecamatan yang dijadikan tempat studi kasus terkait penelitian ini adalah Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar. Dimana luas daerah Kecamatan Bosar Maligas sendiri mencapai 285,88 km2 dengan persentase 6,25 % dari total luas wilayah dan Kecamatan Bandar 100,69 km2 atau 2,30 % dari seluruh luas Simalungun.
Tabel 4.1: Luas Wilayah Simalungun dan 2 Kecamatannya.
No Wilayah Luas wilayah Persentase
1. Kabupaten Simalungun 4.386,60 Km2 -
2. Kecamatan Bosar Maligas 285,88 km2 6,25 %
3. Kecamatan Bandar 100,69 km2 2,30 %
Sumber: Kabupaten Simalungun Dalam angka 2013
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi khusus Sei Mangkei menetapkan Kecamatan Bosar Maligas adalah penampung program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia ini, yang mana lebih lanjut dikatakan bahwa kawasan ini berbatasan dengan sebelah Utara berbatasan
a) Desa Keramat Kuba
b) Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN IV (Persero) Kebun Mayan;
c) Sebelah Timur berbatasan dengan PTPN IV (Persero) Kebun Gunung Bayu; dan d) Sebelah Barat berbatasan dengan sungai Bah Bolon.
(45)
Tabel 4.2: Daftar Kelurahan/Nagori di Kecamatan Bosar Maligas
No Nama 9. Parbutaran
1. Adil Makmur 10. Sei Mangkei
2. Boluk 11. Sei Torop
3. Bosar Maligas 12. Sidomulyo
4. Dusun Pengkolan 13. Talun Saragih
5. Gunung Bayu 14. Teladan
6. Marihat Butar 15. Tempel Jaya
7. Marihat Tanjung 16. Nanggar Bayu
8. Mayang 17. Mekar Rejo
Sumber: Kabupaten Simalungun Dalam Angka 2013
Adapun Kecamatan Bandar adalah kecamatan terdekat dengan Kecamatan Bosar Maligas. Kecamatan ini berada dijalur lalu lintas yang strategis antara Kabupaten Batu Bara dan Kota Pematang Siantar. Hal tersebutlah yang mengantarkan Kecamatan Bandar sejak dulu menjadi pusat perekonomian bagi daerah-daerah kecil di sekitarnya. Julukan sebagai daerah perdagangan membuktikan bahwa mayoritas penduduknya adalah pedagang, berdagang dari kekayaan daerah Kecamatan Bandar yang kaya akan hasil alam. Seperti kelapa sawit, karet, kopi, padi, sayur mayur, dan lain-lain.
Tabel 4.3: Daftar Kelurahan/Nagori di Kecamatan Bandar
1. Perdagangan I 9. Sido Tani
2. Perdagangan II 10. Marihat Bandar
3. Perdagangan III 11. Sugaran Bayu
4. Bandar Jawa 12. Bahlias
5. Bandar Gunung 13. Landbaw
6. Pematang Kerasaan 14. Bandar Rakyat
7. Kerasaan Rejo 15. Bandar Pulo
8. Perlanaan 16. Timbaan
(46)
4.1.2 Kependudukan
Kabupaten Simalungun saat ini memiliki penduduk 830.986 jiwa. Dimana jumlah penduduk laki-laki mencapai 413.871 jiwa dan penduduk perempuan mencapai 417.115 jiwa yang tersebar di 31 Kecamatan. Sementara Kecamatan Bosar Maligas memiliki total penduduk 39.557 jiwa. Adapun komposisi penduduk laki-laki adalah 19.795 jiwa dan perempuan 19.762 jiwa. Total rumah tangga di kecamatan ini adalah 10.485 dengan tingkat kepadatan penduduk hanya 138 orang per km2. sedangkan Kecamatan Bandar dengan tingkat kepadatan penduduk 651 orang per
km2 memiliki total penduduk 65.554 jiwa. Dimana penduduk laki-laki adalah 32.354 jiwa dan perempuan 33.200 dengan total rumah tangga adalah 16.283 keluarga.
Kesejahteraan adalah hal yang penting dari komposisi penduduk suatu daerah. Kabupaten Simalungun sendiri menurut survei sosial ekonomi nasional 2012 (SUSENAS) sebanyak 81.80 ribu penduduk Kabupaten Simalungun adalah miskin. Berikut adalah tahan kesajahteraan penduduk Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar.
Tabel 4.4: Tahapan Kesejahteraan Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar (Rumah Tangga)
No Kecamatan Pra S Ks I Ks II Ks III Ks III plus
1 Bandar 466 541 1.895 13.731 459
2 Bosar Maligas 927 1919 3.560 4.027 299
(47)
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa meskipun kepadatan penduduk yang lebih tinggi di Kecamatan Bandar, ternyata kesejahteraan masyrakatnya lebih baik bila kita bandingkan dengan Kecamatan Bosar Maligas.
4.1.3 Perekonomian Daerah
Perekonomian daerah adalah gambaran keadaan masyarakat pada umumnya. Adapun perekonomian biasanya diukur oleh Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Melalui PDRB suatu daerah kita dapat mengetahui struktur perokomian yang dilakukan suatu wilayah guna memajukan perekonomian yang akan menghasilkan kesejahteraan bagi masyarakat didaerah tersebut.
Kabupaten Simalungun memiliki total PDRB sebesar Rp. 13,06 Triliun tahun 2013, angka ini mengalami peningkatan 12,28% dari total PDRB sebelumnya hanya Rp. 11,63 Triliun. Adapun sumbangan terbesar bagi PDRB Kabupaten Simalungun 70.71% berasal dari hasil pertanian dan industri yang terdapat di daerah ini. Penyumbang pertanian terbesar di Provinsi Sumareta Utara ini mampu menghasilkan 440,992 ton per tahun. Tingginya hasil pertanian memang didukung oleh banyaknya perkebunan rakyat, baik di bidang kelapa sawit yang kepemilikan tanahnya mencapai 28.950,61 Ha dan karet mencapai 14.013,51 Ha. Angka ini belum termasuk perkebunan milik Negara yang ada di Kabupaten simalungun.
Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar sendiri memiliki banyak kontribusi bagi pemasukan PDRB Kabupaten Simalungun. Hal tersebut tampak dari banyak industri yang ada di Kecamatan ini.
(48)
Tabel 4.5 : Keberadaan Industri di Kecamatan Bosar Maligas dan Bandar
No Kecamatan Usaha besar Menengah Kecil Mikro
1. Bandar 14 51 350 4.906
2. Bosar Maligas 7 7 155 2.844
Sumber: Kabupaten Simalungun dalam Angka 2013
Bila dilihat dari sisi tenaga kerja, maka partisipasi angkatan kerja di daerah ini mencapai 71,23%. Artinya 406.829 jiwa angkatan kerja ada di daerah ini. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding angka partisipasi angkatan kerja yang Sumatera Utara mencapai 69,41%. Artinya angka yang besar menunjukkan banyaknya angkatan kerja yang berada di daerah ini. Namun bagaimana mengatasi setiap angkatan kerja mendapat kesempatan kerja adalah penting. Perhatian ini diberikan mengingat kelak mereka tidak menjadi beban bagi perekonomian daerah. Pengangguran bila tidak diatasi tentu menjadi masalah yang akan mendatangkan masalah baru baik itu masalah sosial ekonomi daerah tersebut.
Kondisi perekonomian yang didominasi pertanian membuat 61,13% dari total jumlah penduduk Kabupaten Simalungun adaalah bekerja di bidang pertanian dan industri. Sedangkan sisanya perdagangan, pegawai negeri, hotel, dan restoran. Kondisi ini seharusnya menjadi gambaran bagi pembuat kebijakan, dimana pembangunan Kabupaten Simalungun sudah seharusnya berorientasi pada pertanian dan industri. Pembangunan yang diadakan daerah ini harus mengupayakan pertumbuhan ekonomi daerah. Saat ini pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungu mencapai 6,06 %.
(49)
Meningkatnya perekonomian Kabupaten Simalungun yang tercermin di PDRB tidak terlepas banyaknya perbaikan-perbaikan serta pembangunan yang diadakan pemerintah untuk memicu perekonomian. Hadirnya 10 unit bank umum kantor kas dan 7 unit bank pengkreditan rakyat turut membantu melancarkan segala aktivitas perekonomian masyarakat.
4.2 Karakteristik Responden
Dalam menganalisis data maka pada bagian ini perlu diadakan penjelasan atas karakteristik responden. Adapun karakteristik responden meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan responden.
4.2.1 Umur Responden
Setelah melalui pengamatan, pengumpulan data maka diperoleh data umur responden. Hasil olahan data statistik deskriptif menyimpulkan data umur terkecil adalah 17 tahun dan umur tertua adalah 65 tahun. Adapun umur terbanyak yang berpartisipasi sebagai responden yaitu mereka yang berumur antara 23-28 tahun yakni sebanyak 24% dari total 100 responden. Disusul oleh umur 41-46 tahun sebanyak 16 orang atau sebanyak 16% dari total keseluruhan responden. Berikutnya diposisi ketiga angkatan kerja usia 17-22 tahun dan 47-52 tahun yang berpartisipasi sebanyak 13 %. Hal ini dapat dilihat daam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6: Kelompok Umur Responden
No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Responden (orang) Persentase (%)
1. 17 – 22 13 13%
2. 23 – 28 24 24%
(50)
Sumber: Data diolah dari data primer, 2013
Sementara itu bila dilihat dari partipasi responden melalu karakteristik jenis kelamin maka dapat kita lihat bahwa jenis kelami laki-laki adalah yang terbanyak yakni mencapai 67 orang. Sementara perempuan hanya 33% dari 100 responden. Berikut adalah datanya:
Tabel 4.7: Kelompok Jenis Kelamin Responden
Sumber: Data diolah dari data primer, 2013
4.2.2 Pendidikan Responden
Pendidikan adalah hal yang bagi seseorang, begitupun dengan responden yang terdiri dari 5 jenjeng atau tingkatan pendidikan yang mereka peroleh. Adapun jenjang atau tingkatan sekolah yang paling banyak berpartisipasi dalam penelitian ini ialah responden yang tamat dari tingkatan SMA, yakni sebesar 73%atau sekitar 73 orang dari total responden 100 orang. Disusul oleh responden yang tamat dari perguruan tinggi atau bergelar sarjana sebanyak 13 orang. Berikut adalah sajian datanya:
Tabel 4.8: Kelompok Pendidikan Responden
4. 35 – 40 11 11%
5. 41 – 46 16 16%
6. 47 – 52 13 13%
7. 53 – 58 6 6%
8. 59 – 64 4 4%
9. 65 – 70 1 1%
Total 100 100%
No. Jenis Kelamin Jumlah Responden (orang) Persentase (%)
1. Laki-laki 33 33%
2. Perempuan 67 67%
(51)
Sumber: Data diolah dari data primer, 2013 4.2.3 Pekerjaan Responden
Bagi manusia pekerjaan adalah hal yang sangat penting. Tidak sekedar berupa aktivitas rutin bagi seseorang melain juga cara terbaik dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Pekerjaan seseorang menentukan pola konsumsi orang tersebut. Hal ini kemudian semua orangberupaya memperoleh pekerjaan melalui kesempatan kerja yang tersedia di sekitarnya.
Bagi daerah pekerjaan masyarakatnya adalah hal yang menentukan perekonomian daerah. Semakin banyak masyarakat yang tidak bekerja maka akan semakin sulitlah perekonomian daerah untuk bertumbuh. Penelitian kali ini, melalui responden diketahui bahwa pekerjaan sebagai wirausaha atau wiraswasta adalah paling mayoritas. 60 orang atau 60% dari total responden 100 adalah wiraswasta. Rata-rata dari mereka yang berwirausaha adalah berdagang atau menawarkan jasa mereka. Disusul oleh pekerjaan sebagai pegawai perkebunan, industri milik Negara aatau daerah yang berpartisipasi sebesar 17%. Di urutan ke tiga pegawai swasta seperti industri swasta sebesar 14 %. Adapun pertanian adalah paling kecil.
Tabel 4.9: Kelompok Pekerjaan Responden
No. Golongan Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase (%)
1 SD / SR 2 2%
2. SLTP 6 6%
3. SMA 73 73%
4. DIPLOMA 6 6%
5. SARJANA (S-1) 13 13%
Total 100 100%
(52)
Sumber: Data diolah dari data primer, 2013
4.3 Dampak Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei Terhadap Ekonomi Daerah Ditengah krisis yang multidimensional yang terjadi di Indonesia, otonomi merupakan gagasan pemikiran baru yang di pakai pemerintah dalam meningkatkan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas sektor publik. Melalui otonomi daerah yang saat ini diberlakukan Indonesia, setiap daerah wajib mencari alternatif sumber pembiayaan pembangunan tanpa mengurangi peranan pemerintah pusat. Pendanaan publik yang dilakukan harus aspirasi masyarakat. Di era otonomi seperti ini, setiap daerah berusaha melakukan berbagai hal demi memicu pertumbuhan ekonomi daerah mereka. Investasi adalah hal yang paling penting untuk di tingkatkan, karena hal demikian menimbulkan multiplier yang besar bagi pembangunan daerah.
Kabupaten Simalungun adalah daerah yang istimewa, memiliki kelimpahan sumber daya alam dan sumber daya manusia membuat daerah ini tidak sulit dalam mencari alternatif baru bagi pembangunan daerahnya. Dengan hadirnya Kawasan Ekonomi khusus di Kawasan Sei Mangkei di daerah ini memberi banyak manfaat bagi perekonomian daerah.
1. PNS 4 4%
2. Pegawai BUMN/ BUMD 17 17%
3. Pegawai swasta 14 14%
4. Wiraswasta 60 60%
5. Petani 1 1%
6. Buruh 4 4%
(53)
Menurut responden, Sebelum kawasan ini diberlakukan perkembangan dunia usaha daerah, 62 orang mengatakan bahwa keadaan berjalan biasa. Akan tetapi 20 % responden juga berpendapat bahwa perkembangan dunia usaha berjalan dengan baik. Sedangkan 15 orang responden berpendapat bahwa perkembangan usaha sebelum adanya Kawasan Ekonomi Khusus di daerah mereka buruk.
Setelah kawasan ini di berlakukan, menurut 63 % responden mengatakan telah ada perbaikan yang mereka rasakan. Semantara 23 % lagi mengatakan biasa saja. Akan tetapi yang menjadi perlu kita lihat, bahwa ada penurunan angka terhadap penilian perkembangan dunia usaha yang dinilai buruk. Sebaliknya penilaian yang sangat baik mengalami peningkatan menjadi 13 %. Peningkatan yang tidak terlalu signifikan ini mungkin disebabkan karena pembangunan kawasan yang belum selesai sepenuhnya.
Tabel 4.10: Tanggapan Responden terhadap Perkembangan Dunia Usaha
No Sebelum keberadaan KEK (2011)
Jumlah Persentase (%)
Sesudah keberadaan KEK
Jumlah Persentase (%)
1. Sangat buruk 2 2% Sangat buruk - -
2. Buruk 15 15% Buruk 1 1%
3. Biasa 62 62% Biasa 23 23%
4. Baik 20 20% Baik 63 63%
5. Sangat Baik 1 1% Sangat Baik 13 13%
Total 100 100% Total 100 100%
Sumber: Data diolah dari data primer, 2013
4.4 Dampak Kawasan ekonomi Khusus Sei Mangkei Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Dalam mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dengan adanya keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei maka digunakan 5 indikator,
(54)
yakni Pendapatan, Tenaga Kerja, Keterbukaan Akses Ekonomi, layanan publik peningkatan pelayanan kesehatan. Sebelum membahas lebih lanjut, berikut adalah uraian beberapa keadaan yang mendukung Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus di Sei Mangkei.
4.4.1 Pendapatan Responden
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa pendapatan responden sangat bervariasi. Sebelum keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus di Sei Mangkei diketahui pendapatan terendah responden adalah Rp. 500.000,- perbulan sedangkan pendapatan tertinggi responden mencapai Rp.10.000.000,- perbulan dengan pendapatan rata-rata terbanyak adalah Rp. 1.164.000,- perbulan. Setelah keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei diketahui bahwa pendapatan terendah responden adalah Rp.700.000,- perbulan dan pendapatan tertinggi adalah Rp. 11.000.000,- perbulan dengan pendapatan rata-rata terbanyak adalah Rp. 1.970.098,- perbulan
Pendapatan responden terbanyak sebelum pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei diketahui berada pada rentang Rp. 760.000,- sampai Rp 1.500.0000 perbulan dengan persentase sebesar 41%. Diikuti dengan urutan kedua pendapatan rentang Rp. 1.510.000,- sampai Rp 2.500.000 sebesar 38 % sedangkan rentang pendapatan Rp. 0- Rp. 750.000 sebesar 7 %. Pendapatan dengan rentang Rp.
(55)
2,510.000 – Rp 4.500.000 hanya memiliki persentase 12% dari total responden keseluruhan.
Setelah pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei diketahui pendapatan terbanyak berada di rentang pendapatan Rp. 1.510.000,- sampai Rp 2.500.000 sebesar 51 % dan urutan kedua pendapatan rentang Rp. 2.510.000,- sampai Rp. 4.500.000 sebesar 27 %. Bahkan mencapai 7 % responden berpendapatan > Rp. 4.500.000,- perbulan.
Berikut adalah sajian perincian pendapatan Responden menurut hasil penelitian:
Tabel 4.11: Pendapatan Perbulan Sebelum Dan Sesudah Pengembangan
No Sebelum Keberadaan KEK (2011) (Rp)
Jumlah sampel
% Sebelum Keberadaan KEK (2011) (Rp)
Jumlah sampel
%
1. - 750.000 7 7 % - 750.000 1 1 %
2. 760.000 – 1.500.000 41 41% 760.000– 1.500.000 14 14 %
3. 1.510.000– 2.500.000 38 38% 1.510.000– 2.500.000 51 51%
4. 2.510.000 – 4.500.000 12 12% 2.510.000 – 4.500.000 27 27 %
5. > 4.500.000 2 2% > 4.500.000 7 7 %
Total 100 100 100 100
Sumber: Data diolah dari data primer, 2013
Dari keterangan diatas dapat dilihatbahwa sebelum pengembangan rata-rata pendapatan masyarakat adalah Rp.1.836.750,- sedangkan setelah pengembangan pendapatan rata-rata nominal meningkat menjadi Rp. 2.661.500. Kenaikan pendapatan sebesar 44,5%. Kenaikan inflasi komulatif tahun 2014 atas dasar 2010 adalah 24,6 %. Perhitungan harga kostan, kenakan 44,5 % setelah dikurangi IHK komulatif tahun 2014 atas dasar 2010 maka kenaikan mencapai 19.9 persen (44,5 % - 24,6 %.=19.9 %), artinya terdapatan peningkatan pendapatan rill. Dan setelah diadakan perhitungan
(56)
berdasarkan indeks harga konsumen tahun 2014 atas dasar 2010 adalah 2.136.035 ( hal ini dapat dilihat pada lampiran). Jadi kesimpulannya terdapat peningkatan pendapatan masyarakat setelah keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.12
Tabel 4.12: Rata-rata Pendapatan Perbulan Sebelum Dan Sesudah Pengembangan
Sumber: Data diolah dari data primer, 2013 4.4.2 Penyerapan Tenaga Kerja
Kawasan Ekonomi Khusus merupakan investasi yang besar bagi Kabupaten Simalungun. Bagi masyarakat hasil dari investasi ini terbesar kelak dirasakan di sektor penyerapan tenaga kerja. Saat ini saja pekerja yang tertampung paling banyak ialah buruh pada PTPN III sebagai pengelolah atau prakarsa pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus ini. Hadirnya pembangunan industri pendukung Kawasan ini juga nyata telah menarik pekerja dari daerah ini. Pekerjaan yang tertampung paling banyak ialah kontraktor, teknisi, serta sektor jasa lainnya.
No
Pendapatan Rata-rata (Y) Sebelum Keberadaan
KEK (2011) (Rp)
Jumlah sampel (N)
Jumlah Z (Y x N)
Pendapatan Rata-rata (Y) Sebelum Keberadaan KEK (2011) (Rp) Jumlah sampel (N) Jumlah Y x N
1. 635.710 7 4.450.0000 700.000 1 700.000
2. 1.164.000 41 47.725.000 1.258.928 14 17.625.000 3. 2.023.684 38 76.900.000 1.970.098 51 100.475.000 4. 3.175.000 12 38.100.000 3.500.000 27 94.500.000
5. 8.250.000 2 16.500.000 7.550.000 7 52.850.000
Total 100 183.675.000 266.150.000
(57)
Menurut jawaban responden kondisi perekonomian yang sulit di sekitar mereka memang merupakan tantangan kehidupan yang mereka harus hadapi. Banyak dari masyarakat termasuk responden sebelum kawasan industri ada harus pergi ke daerah lain demi dapat bekerja. Hal ini terbukti dari jawaban 42 % dari responden mengatakan susah mendapatkan pekerjaan. Akan tetapi 33% dari mereka mengatakan biasa. Hal yang juga perlu kita perhatikan bahwa hanya 1 orang mengatakan daerah ini mudah dalam penyerapan tenaga kerja. Bahkan tidak ada dari mereka mengatakan sangat mudah.
Berbeda dengan jawaban responden pasca pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus, 45 % dari mereka mengatakan terjadi perbaikan penyerapan tenaga kerja didaerah mereka. Penyerapan tenaga kerja menjadi lebih mudah mereka rasakan, dengan alasan yang didasari pengamatan mereka melihat kemudahan orang-orang disekitar mereka bekerja di mega proyek pembangunan kawasan ini. Akan tetapi tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya 34% dari responden masih tetap berpendapat penyerapan tenga kerja masih biasa saja. Pendapat responden yang sebelum pembangunan kawasan mengatakan sulitnya penyerapan daerah ini mengalami penurun signifikan dari 42 % menjadi hanya 15%.
(58)
Tabel 4.13: Tanggapan Responden terhadap Tenaga Kerja
No Sebelum keberadaan KEK (2011)
Jumlah Persentase (%)
Sesudah keberadaan KEK
Jumlah Persentase (%)
1. Sangat Susah 13 13 % Sangat Susah 2 2%
2. Susah 42 42 % Susah 15 15%
3. Biasa 33 33 % Biasa 34 34%
4. Mudah 1 1 % Mudah 45 45%
5. Sangat Mudah Sangat Mudah 4 4%
Total 100 100% 100 100%
Sumber: Data diolah dari data primer, 2013 4.4.3 Keterbukaan Akses Ekonomi
Kesejahteraan adalah hal yang diinginkan setiap manusia. Berbicara kesejahteraan masyarakat dipengaruhi kesempatan seseorang dalam memperoleh akses ekonomi. Dengan keterbukaan ekonomi dalam perekonomian daerah, memudahkan masyarakat didalam memperoleh kesempatan memperluas aktivitas ekonomi. Adapun keterbukaan akses ekonomi ini meliputi hadirnya perbankan, lembaga keuangan non bank, serta badan-badan usaha yang memudahkan transaksi kegiatan ekonomi masyarakat.
Di Kecamatan Bandar sendiri kehadiran bank seperti Bank Mestika, Bank BRI, Bank BNI, Bank Lippo, Bank BPR, dan terakhir Bank Mandiri sangat membantu perekonomian daerah. Masyarakat dalam hal ini dimudahkan memperoleh modal, serta transaksi jual beli atas usaha mereka. Padahal keadaan sebelumnya daerah ini kesulitan dalam melakukan itu semua. Ketidaktertarikan investor melirik daerah ini berubah ketika Kawasan ini berlaku. Pembangunan terhadap usaha-usaha yang menguntungkan terus dikerjakan dengan harapan memperoleh keuntungan seiring perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.
(59)
Keterbukaan akses ekonomi ini juga erat kaitannya dengan informasi pasar yang sempurna diterima masyarakat. Hadirnya usaha-usaha seperti Indomaret dan Alfamart menambah kemudahan masyarakat memperoleh kebutuhan mereka. Selain itu, keberadaan dunia usaha yang saat ini bekembang menguntungkan masyarakat memperoleh barang dengan kualitas baik dan relative lebih murah. Hal ini sejalan dengan pendapat responden sebelum dibangunnya kawasan ini, 52 % keterbukaan terhadap akses ekonomi adalah biasa.sedangkan 30% lagi mengatakan susah. Sedangkan 9% lagi mengatakan sangat susah. Hanya 8% dari responden mengatakan mudah dalam akses ekonomi.
Berbeda dengan kondisi pasca pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus dimana 40 % dari responden merasa lebih dimudahkan akses ekonominya. Bahkan 8 % responden sepakat mengatakan sangat dimudahkan dalam kegiatan ekonomi. 40% responden lain mengatakan biasa saja. 7% responden masih berpendapat susah dan 2% lagi responden mengatakan sangat susah dalam keterbukaan akses ekonomi. Berikut adalah sajian data keterbukaan responden:
Tabel 4.14: Tanggapan Responden terhadap Keterbukaan Akses Ekonomi
No Sebelum keberadaan KEK (2011)
Jumlah Persentase (%)
Sesudah keberadaan KEK
Jumlah Persentase (%)
1. Sangat Susah 9 9 % Sangat Susah 2 2 %
2. Susah 30 30 % Susah 7 7 %
3. Biasa 52 52 % Biasa 40 40 %
4. Mudah 8 8 % Mudah 43 43 %
5. Sangat Mudah 1 1 % Sangat Mudah 8 8%
Total 100 100% 100 100%
(60)
4.4.4 Layanan Publik
Layanan merupakan hal yang tidak dapat secara spesifik untuk di defenisikan seberapa jauh kualitas layanan yang diterima. Akan tetapi besar pengaruhnya bagi perkembangan perekonomian. Bagi pemerintah sendiri produk keluaran dari sebuah kinerja yang mereka kerjakan sering diukur dengan pelayanan yang diberikan terhadap masyarakat.
Pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan pemeeintah didalam memenuhi hak masyarakat, baik secara langsung maupun tidak. Hal ini diatur oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan publik. Disana jelas dikatakan bahwa pelayanan publik merupakan upaya pemerintah atau koporasi yang efektif yang dapat menguatkan demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, mengurangi kemiskinan, serta meningkatkan perlindungan lingkungan dalam pemamfaat sumber daya alam.
Kabupaten Simalungun sendiri terus mengadakan pengembangan demi meningkatkan pelayanan publik yang dapat merata dirasakan oleh masyarakat. Hal ini sejalan dengan 56% pendapat responden berpendapat sebelum kawasan Sei Mangkei ada layanan publik tergolong biasa. Bahkan 19 % lain mengatakan susahnya pelayanan publik. Hal ini berbeda dengan setelah diadakannya pembangunan kawasan, 52 % dari responden mengatakan ada perbaikan layanan publik. Sedangkan 30 % lagi mengatakan biasa aja. Artinya ada peningkatan nyata yang dirasakan responden dalam pelayanan publik yang dikerjakan pemerintah Kabupaten
(61)
Simalungun pasca pembangunan. Mengingat pula pentingnya perbaikan pelayan publik yang memudahkan investor masuk ke daerah ini lebih banyak lagi.
Tabel 4.15: Tanggapan Responden terhadap Layanan Publik
No Sebelum keberadaan KEK (2011)
Jumlah Persentase (%)
Sesudah keberadaan KEK
Jumlah Persentase (%)
1. Sangat Susah 5 5 % Sangat Susah 1 1 %
2. Susah 19 19 % Susah 8 8 %
3. Biasa 56 56 % Biasa 30 30%
4. Mudah 18 18 % Mudah 52 52 %
5. Sangat Mudah 2 2 % Sangat Mudah 9 9 %
Total 100 100% Total 100 100%
Sumber: Data diolah dari data primer, 2013 4.4.5 Kesehatan
Kesehatan merupakan dasar bagi pembangunan dan produktivitas kerja. masyarakat yang sehat secara fisik dan mental akan menghasilkan angkatan kerja yang kuat serta produktif dan berenergi dalam melakukan pekerjaannya. Bagi perekonomian memang terdapat hubungan korelasi tingkat kesehatan sebagai masukan (input) penting dalam menumbuhkan pertumbuhan ekonomi kita serta pengurangan terhadap tingkat kemiskinan.
Kesejahteraan manusia salah satunya tercermin dari panjang umur seseorang. Bila membandingkan kesejahteraan sebuah masyarakat maka angka harapan hidup adalah penting. Dari pelayanan kesehatan yang seseorang terima selama menjalani kehidupan tercermin kualitas pendapatan yang dapat ia peroleh. Biasanya orang sehat lebih memiliki kesempatan untuk meningkatkan pendapatan pribadinya, sementara yang tidak sehat tidak memiliki atau bahkan terbatas memiliki kesempatan tersebut.
(62)
Di beberapa Negara contohnya, korelasi antara peningkatan terhadap kualitas kesehatan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Bagi Kabupaten Simalungun, pelayanan kesehatan belum menjadi prioritas pembangunan daerah. Minimnya kualitas pelayanan daerah ini dahulu sering kali menjadi masalah, mengingat hanya rumah sakit umum daerah, puskesmas, serta klinik yang tersedia dengan fasilitas yang tidak terlalu memadai. Sehingga bagi responden sulit mengakses pelayanan yang berkualitas di daerah mereka. Tidak jarang demi mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik masyarakat harus ke daerah lain seperti Kota Pematang Siantar.
Responden sendiri tampaknya mengamati hal yang sama. 49 % responden berpendapat bahwa sebelum pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus pelayanan kesehatan Kabupaten Simalungun biasa saja. Sedangkan 35% responden lain mengatakan akses pelayanan kesehatan didaerah ini mudah. Berbeda dengan pasca pembangunan 60 % responden setuju telah terjadi peningkatan terhadap pelayan kesehatan. Hadirnya beberapa pelayanan kesehatan yang dikelola swasta menambah kemudahan masyarakat dalam mengakses kualitas kesehatan mereka.
Tabel 4.16: Tanggapan Responden terhadap pelayanan Kesehatan
No Sebelum keberadaan KEK (2011)
Jumlah Persentase (%)
Sesudah keberadaan KEK
Jumlah Persentase (%)
1. Sangat Susah 4 4 % Sangat Susah 2 2 %
2. Susah 12 12% Susah 5 5 %
3. Biasa 49 49 % Biasa 25 25%
4. Mudah 35 35 % Mudah 60 60 %
5. Sangat Mudah - - Sangat Mudah 8 8 %
Total 100 100% Total 100 100%
(63)
4.5 Pengujian Hipotesis
Setelah mendeskripsikan kondisi Masyarakat sebelum dan sesudah keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei kabupaten Simalungun, maka selanjutnya sangat penting untuk kita ketahui dampak Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei terhadap tingkat kesejahteraan Masyarakat khususnya di Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar berdasarkan Variabel pendapatan, tenaga kerja, keterbukaan akses ekonomi, layanan publik, dan kesehatan.
Pada tahapan selanjutnya adalah pengujian hipotesis peranan keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei terhadap Kesejahteraan Masyarakat. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon Signed-Rank Test, yang merupakan alat penguji data sebelum keberadaan dan sesudah keberadaan. Adapun ouput pengujian Wilcoxon Signed-Rank Test adalah:
Tabel 4.17: Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank Terhadap Pendapatan Dampak Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei
Test Statisticsb
Pendapatan Sesudah - Pendapatan Sebelum
Z -6.480a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukkan bahwa Zhitung adalah sebesar -6.480
dan angka signifikansinya (probabiitasnya) adalah 0,00. Berdasarkan indikator ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
(64)
Berdasarkan Uji Wilcaxon hasil Zhitung adalah -6.480, sedangkan Ztabel
dengan probabilitas (�/2) = 2,5% adalah sebesar -1,96 (dimana tanda – tidak berpengaruh). Bila dibandingkan nilai Zhitung adalah -6.480 > Ztabel sebesar -1,96,
maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis Ho yang menyatakan tidak ada dampak keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei di tolak. Kemudian bila kita melihat pada nilai probabilitas uji ini adalah 0,00, maka dapat kita simpulkan bahwa terdapat peningkatan pendapatan masyarakat yang signifikan antara sebelum dan sesudah keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.
(65)
Tabel 4.18: Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Dampak Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus
Test Statisticsb
Tenaga Kerja Sesudah - Tenaga Kerja Sebelum
Z -7.499a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukkan bahwa Zhitung adalah sebesar -7.499dan
angka signifikansinya (probabiitasnya) adalah 0,00. Berdasarkan indikator ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan Uji Wilcaxon hasil Zhitung adalah -7.499, sedangkan Ztabel
dengan probabilitas (�/2) = 2,5% adalah sebesar -1,96 (dimana tanda – tidak berpengaruh). Bila dibandingkan nilai Zhitung adalah -7.499 > Ztabel sebesar
-1,96, maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis Ho yang menyatakan tidak ada dampak keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei di tolak. Kemudian bila melihat pada nilai probabilitas uji ini adalah 0,00 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penyerapan tenaga kerja yang signifikan antara sebelum dan sesudah keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.
(1)
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kesehatan Sebelum 100 3.1200 .76910 1.00 5.00
Kesehatan Sesudah 100 3.6800 .76383 1.00 5.00
Descriptive Statistics
Percentiles
25th 50th (Median) 75th
Kesehatan Sebelum 3.0000 3.0000 4.0000
Kesehatan Sesudah 3.0000 4.0000 4.0000
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Kesehatan Sesudah - Kesehatan Sebelum
Negative Ranks 1a 43.00 43.00
Positive Ranks 47b 24.11 1133.00
(2)
Total 100
a. Kesehatan Sesudah < Kesehatan Sebelum
b. Kesehatan Sesudah > Kesehatan Sebelum
c. Kesehatan Sesudah = Kesehatan Sebelum
Test Statisticsb
Kesehatan Sesudah - Kesehatan Sebelum
Z -5.965a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
(3)
Variabel Pematang Siantar
2010 2011 2012 2013 2014
Inflasi januari 0.9 2.42 2.85 2.01 1.12
Inflasi februari 0.38 -0.02 -0.83 1.16 -0.76
Inflasi maret -0.24 -1.18 -0.39 0.3 0.59
Inflasi april 0.43 -1.47 0.64 0.31 -0.66
Inflasi mei 0.16 0.31 -0.49 0.34 1.61
Inflasi juni 2.29 0.79 1.78 1.22
Inflasi juli 1.71 0.78 0.39 2.52
Inflasi agustus -0.75 0.68 0.1 0.37
Inflasi september 0.13 1.27 0.48 0.73
Inflasi oktober 0.02 0.36 -0.42 0.47
Inflasi november 1.7 -0.28 -0.55 1.39
Inflasi desember 2.6 0.57 1.12 0.61
Inflasi tahunan 9.68 4.25 4.73 12.02 1.9
Indeks Harga Konsumen (IHK) Komulatif = 1.246
Dalam Persentase = 24%
(4)
Diketahui : Pendapatan Masyarakat sebelum keberadaan KEK = 1.836.750,- Pendapatan Masyarakat Sesudah keberadaan KEK = 2.661.500,- Harga Konstan (Sesudah: sebelum) = 1,445 % IHK Komulatif atas dasar 2010 = 24 %
Dimana : Harga berlaku pada tahun 2010 dinyatakan sebagai tahun dasar dan diberi harga Indeks = 1, harga inflasi tahun 2004 yaitu 0,043 %, indeks inflasi tahun 2010 Adalah 1,043
Maka : Indeks inflasi dari tahun 2010-2014 adalah:
Indeks inflasi tahun 2011 atas dasar 2010 = 1 X 1,043 = 1,043 Indeks inflasi tahun 2012 atas dasar 2010 =1,043 X 1,047 = 1,092 Indeks inflasi tahun 2013 atas dasar 2010 =1,092 X 1,12 = 1,223 Indeks inflasi tahun 2014 atas dasar 2010 =1,223 X 1,019 = 1,246
(5)
Perhitungan Harga Konstan Tahun 2014 atas dasar tahun 2010
Rumus : Harga Konstan
=Pendapatan setelah keberadaan KEK (tahun 2014 )
indeks inflasi tahunan 2014 atas dasar (2010 )
Penyelesaian = 2.661.500
1,246 = 2.136.035
Peningkatan pendapatan % = Peningkatan harga konstan
pendapatan sebelum pengembangan
x 100%
Peningkatan pendapatan % =2.136.035
1.836.750
x 100%
(6)
1. FOTO KAWASAN KEK SEI MANGKEI KABUPATEN SIMALUNGUN SESUAI MASTERPLAN