Ikhtisar: Menongkah Perubahan Lingkungan, Budaya, dan Penghidupan Suku Duano di Muara Indragiri, Riau

Aktivitas menongkah yang dijalankan oleh individu pada masa-masa dimana rasionalisme yang ditanamkan oleh negara menjadi sangat dominan, yaitu pada masa revolusi biru Gambar 7.2, aktivitas menongkah lebih mengarah pada aktivitas komersial. Melalui logika-logika pertumbuhan dan hukum pasar, negara dan pasar mempengaruhi Suku Duano untuk menggunakan logika pasar. Produksi kerang darah bergerak dari pemenuhan untuk dipakai untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga, ke arah produksi untuk dijual untuk memenuhi permintaan pasar. Meskipun rasionalitas substantif individu Suku Duano masih bekerja lebih dominan dari pada rasionalitas formal terlihat dari bola hijau [s] yang lebih besar dari bola merah [f], tetapi orientasi komersial mulai menjadi dasar tindakan ekonomi bernafkah aktor. Hal tersebut dibuktikan oleh fakta bahwa Suku Duano menolak penggunaan songko bermesin dalam pengeksploitasian kerang darah, tetapi Suku Duano merubah orientasi tindakannya dari produksi untuk dipakai ke produksi untuk dijual. Seiring dengan perjalanan waktu, beberapa individu Suku Duano melakukan penyesuaian terhadap situasi dan kondisi yang ada, penggunaan rasionalitas formal lebih dominan dari penggunan rasionalitas subtantif. Hal ini dapat dibuktikan dengan fakta beberapa aktor yang tidak lagi menjadikan menongkah sebagai aktivitas nafkah utama, mereka beralih pada aktivitas pemasaran. Aktor dari strata menengah menjadikan menongkah sebagai aktivitas nafkah sampingan, sedangkan dari starata atas tidak lagi menongkah kecuali untuk aktivitas budaya. Gambar 7.2. Adaptasi Semi-natural dan Pembentukan Rasionalitas dalam Aktivitas Menongkah dari Subsisten ke Komersial P a sa r N e g a ra N e g a ra P a sa r S u b s i s t e n s i K o m e r s i a l Culture non core S F S F S F S F S F Secara teoritis hubungan antara adaptasi seminatural dan rasionalitas dapat pula berlangsung sebaliknya Gambar 7.3, berlawanan dengan yang terjadi pada Gambar 7.2. Aktivitas nafkah yang berorientasi komersial dimana lebih dominan bekerja rasionalitas formal dari pada rasionalitas substantif terlihat dari bola merah [f] yang lebih besar dari bola hijau [s], bergerak ke arah aktivitas subsisten. Pergerakan ini dipengaruhi oleh adanya kebijakan negara yang kurang menguntungkan Suku Duano, atau dapat pula karena atau kalah bersaing dengan pengusaha yang lebih kuat. Rasionalitas formal yang bekerja masih dominan, meskipun tindakan ekonomi individu bertujuan utuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga atau produksi untuk dipakai terlihat dari bola merah [f] yang lebih besar dari bola hijau [s]. Dominannya rasionalitas formal yang bekerja di alam pikiran individu, menyebabkan individu akan selalu berusaha mencari cara untuk keluar dari kondisi produksi untuk dipakai. Strategi yang mungkin dipilih individu adalah dengan melakukan diversifikasi sumber-sumber penghasilan, memaksimalkan penggunan sumberdaya manusia keluarga, memanfaatkan sumber-sumber keuangan dari kelembagaan formal maupun informal, atau keluar dari livelihood place migrasi. Kaitan antara adaptasi seminatural dan rasionalitas sebagaimana yang digambarkan dalam Gambar 7.1, Gambar 7.2, dan Gambar 7.3, merupakan suatu analogi pembentukan rasionalitas yang digunakan untuk menjelaskan pembentukan rasionalitas dalam aktivitas menongkah yang dijalankan oleh Gambar 7.3. Adaptasi Semi Natural dan Pembentukan Rasionalitas dalam Aktivitas Nafkah dari Komersial ke Subsisten P a sa r N e g a ra N e g a ra P a sa r s u b s i s t e n K o m e r s i a l Culture non core F S F S F S F S F S individu Suku Duano. Analogi pembentukan rasionalitas tersebut, penulis sebut sebagai “Analogi Permainan Jungkat-Jungkit”.

7.2. Penopang Rasionalitas Ekonomi Menongkah

Rasionalitas yang bekerja di alam pikiran aktor individu Suku Duano dalam aktivitas menongkah, dalam pandangan tradisi New Institutionalism in Economic Sociology NIES adalah terikat pada konteks dan melekat di dalam ikatan interpersonal. Rasionalitas yang mendasari tindakan aktor individu terikat pada rasionalisme yang ditanamkan oleh negara dan pasar, serta melekat pada rasionalisme komunitas. Terikat bukan berarti tidak memiliki kedinamisan, melekat bukan berarti melebur menjadi sama. Rasionalitas aktor yang terbentuk, dipengaruhi oleh rasionalisme negara dan pasar yang telah ditanamkan, serta rasionalisme komunitas yang tumbuh. Rasionalisme negara bersumber dari aturan-aturan formal yang diterapkan pada kehidupan Suku Duano, sedangkan rasionalisme komunitas bersumber dari aturan-aturan non formal yang tumbuh dari kebiasaan dan budaya. Analogi pembentukan rasionalitas pada aktivitas menongkah Suku Duano Gambar 7.1, menunjukkan bagaimana rasionalisme negara dan pasar dapat mempengaruhi keputusan individu Duano dalam memilih tindakan ekonomi. Kedinamisan pembentukan rasionalitas aktor individu Duano, hanya akan berlangsung jika ada penopang yang kuat bagi keberlanjutan aktivitas menongkah gambar limas pada Gambar 7.1. Culture non core yang menjadi penopang rasionalitas dapat berupa ritual, mitos, seni, pantang-larang, dan permainan. Beberapa tradisi yang masih dijalankan oleh Suku Duano, baik yang telah ada sejak nenek moyang mereka maupun yang sedang bertumbuh di sajikan pada Tabel 7.3. Tradisi Suku Duano yang berkaitan dengan lingkungan perairan laut, terutama yang berhubungan dengan ritual dan mitos. Ritual penghormatan terhadap laut mencerminkan ketergantungan yang tinggi Suku Duano pada laut. Ritual penghormatan yang biasanya dalam bentuk sesajen orang Duano atau orang melayu menyebutnya sebagai semah. Seiring dengan menguatnya pengaruh islam dalam kehidupan Suku Duano, ritual penghormatan terhadap laut tidak lagi dengan menggunakan semah, cukup dengan menyampaikan do’a bagi keselamatan, terutama pada saat musim badai dan gelombang tinggi. Mitos yang menyatakan daratan adalah tempat yang kotor, karena merupakan tempat menguburkan kerabat Suku Duano yang telah meninggal, merupakan cara untuk tetap mempertahankan kehidupan mereka di laut. Mitos ini ini untuk mengurangi kontak Suku Duano terhadap daratan, suatu upaya untuk tetap mempertahankan peradaban yang berbasiskan laut. Meskipun mitos ini mudah sekali disanggah oleh generasi Duano saat ini, tetapi interaksi mereka terhadap lingkungan laut masih tetap dominan dibanding dengan daratan, khususnya dalam aktivitas nafkah.