adaptasi baru pada lingkungan yang efektif untuk aktivitas subsistensi. Suku Duano melakukan penyesuaian-penyesuaian pada effective environment yang
dapat mereka akses, dalam hal teknologi, organisasi sosial, dan aspek-aspek demografi. Adaptasi pada effective environment yang dipengaruhi oleh perubahan
rezim pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dalam penelitian ini disebut sebagai adaptasi semi-natural. Perubahan rezim pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya alam yang menyebabkan perubahan ekologi budaya tersebut menjadi konteks bagi keberlanjutan dan kerentanan penghidupan Suku Duano.
Adaptasi semi-natural Suku Duano pada lingkungan bio-fisik inilah yang merupakan tonggak penting perkembangan kultur kongkret Suku Duano setelah
menjadi masyarakat yang berinteraksi langsung dengan negara dan pasar. Steward 1955 menyatakan bahwa untuk memahami seluruh kesatuan kultur masyarakat
yang belum jauh berkembang, dapat dimulai dengan memahami salah satu aspek kehidupan yang berkaitan dengan aktivitas nafkah. Adaptasi teknologi dipandang
hal pertama yang harus dilihat dalam aktivitas nafkah, karena kebudayaan material yang satu ini akan mempengaruhi aspek budaya lain.
Beragam aspek budaya yang berkaitan dengan ekologi budaya dapat dikelompokkan menjadi aspek yang primer dan sekunder. Steward 1955
menggolongkan aspek budaya yang berhubungan paling kuat dengan proses adaptasi sebagai inti budaya culture core, sedangkan aspek budaya yang lainnya
di golongkan sebagai culture non core. Penghubung kedua tipe budaya ini adalah perilaku, hal ini menunjukkan aras individu menjadi perhatian penting pula selain
aras budaya dan komunitas. Beberapa bentuk culture non core yang dipandang penting pada penelitian ini adalah religi, nilai-nilai bersama, ritual, adat-istiadat,
seni, dan bahasa.
Aktivitas nafkah yang dipandang dapat menjadi pintu masuk utuk memahami kesatuan kultur kongkret Suku Duano adalah aktivitas menongkah.
Studi tentang aktivitas ini menyangkut sistem ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Pemilihan aktivitas menongkah sebagai fokus utama dalam studi
perubahan lingkungan dan penghidupan Suku Duano, tidak bertentangan dengan asumsi dasar pendekatan ekologi budaya tersebut, namun studi tentang sistem
penghidupan Suku Duano tidak boleh berhenti pada aktivitas menongkah semata, karena boleh jadi menongkah hanyalah merupakan organisasi sosial produksi
yang bersifat temporer.
Proses adaptasi ekologi budaya dan transmisi budaya antar generasi lebih mengarah pada studi antropologi budaya, sementara itu sosiologi lebih fokus pada
proses interaksi sosial yang terjadi dari kedua hal tersebut. Proses sosial yang berlangsung pada aras individu tindakan dan aras komunitas struktur, serta
interrelasi di antara keduanya adalah hal-hal yang harus terungkap dalam studi aktivitas menongkah.
Aktivitas nafkah menongkah pada aras individu melekat dalam hubungan antar personal relational embeddedness, selanjutnya pada aras komunitas
melekat pada institusi dan budaya lokal Suku Duano structural embeddedness. Tindakan ekonomi individu dalam menjalankan strategi nafkah juga melekat pada
aturan-aturan non formal yang ada pada sistem penghidupan komunitas.
Tindakan sosial menjadi hal penting dalam teori adaptasi ekologi budaya dan teori embeddedness. Teori ekologi budaya memandang terdapat interrelasi
antara tindakan dan budaya, selanjutnya teori embeddedness memandang terdapat interrelasi antara tindakan dan struktur. Kedua teori ini dapat melengkapi, karena
tindakan yang didasarkan atas dominannya pertimbangan kebiasaan, dan emosi tindakan sosial non rasional menjadi penting dalam mengupas aspek-aspek
culture non core, sedangkan tindakan yang didasarkan atas dominannya pertimbangan kepentingan tindakan sosial rasional menjadi penting dalam
mengupas aspek-aspek culture core, relational embeddeness, dan structural embeddedness.
Tindakan ekonomi dalam teori embeddedness harus ditelusuri melalui rasionalitas, karena tindakan ekonomi adalah tindakan sosial yang bersifat
rasional. Rasionalitas yang bermain pada ranah pikiran individu, dalam bertindak pada berbagai aktivitas ekonomi adalah yang berkaitan dengan nilai, tujuan, dan
alat. Selain itu rasionalitas individu juga terikat dengan konteks dan melekat embedded pada ikatan interpersonal mereka context bounded rationality.
Rasionalitas yang mendasari tindakan ekonomi individu tersebut terikat dengan konteks pencapaian penghidupan berkelanjutan dan melekat dalam rasionalisme
dominan yang mendasari tindakan individu-individu lainnya. Kerangka teori tersebut disederhanakan sebagaimana Gambar 2.5.
Hubungan teknis dan sosial dalam struktur sosial pada Gambar 2.5, yaitu lingkungan bio-fisik muara Indragiri, swasta, negara, dan Suku Duano dapat pula
dikaitkan dengan konsep-konsep sosiologi nafkah. Ekosistem perairan merupakan natural capital, Suku Duano merupakan human capital, pemerintah dan swasta
dapat menjadi sumber dari financial capital, hubungan sosial diantara para pihak dapat menjadi social capital, yang keseluruhannya adalah merupakan livelihood
resources.
Gambar 2.5. Kerangka Teori
Effective Environment
Original Culture Core
Teknologi
Organisasi Sosial Demografi
Aktivitas Menongkah
Pintu Masuk Studi Ekologi Budaya
Penghidupan
E co
lo g
ic a
l C h
a n
g e
S o
ci o
cu ltu
ra l C
h a
n g
e
Emergence Culture
Core
PrilakuTindakan Individu
Strategi Nafkah Rumah
Tangga
Religi Nilai Bersama
Bahasa Seni Adat Istiadat
Bersama Ritual
Lingkungan Bio-fisik Muara
Indragiri Komunitas
Suku Duano Semi-natural
Adaptation S
ist em
N afk
ah Teknologi
Organisasi Sosial Demografi
Environment Sistem Ekologi
Sistem Sosial Natural
Adaptation
Apakah Terjadi
Perubahan Struktur
Nafkah? Pasar
Negara
Vulnerability Sustainability Context
2.6. Kebaruan
Kebaruan penelitian ini mencakup aspek pendekatan teoritis yang merupakan sintesis dari tiga teori utama yaitu teori ekologi budaya dari Steward,
teori embeddedness dari Granovetter, dan teori tindakan dan rasionalitas ekonomi dari Weber. Sintesis ketiga teori dirangkai dalam suatu analogi teoritis untuk
menjelaskan proses perubahan orientasi tindakan ekonomi aktor dan pembentukan rasionalitas dalam aktivitas menongkah yang dipengaruhi oleh negara dan pasar.
Rasionalitas yang bermain di alam pikiran individu, digambarkan sebagai suatu kontinum yang dinamis yang dapat bergerak ke atas dan ke bawah, ke kiri dan ke
kanan, serta membesar dan mengecil.
Analogi teoritis tersebut mengarahkan pada suatu tipologi tindakan ekonomi aktor yang terbentuk melalui proses tarik ulur antara dua rasionalitas yang
sesungguhnya menurut tipologi Max Weber sangat berseberangan, yaitu rasionalitas substantif substantive rationality dan rasionalitas formal formal
rationality. Orientasi tindakan aktor yang mendua menyebabkan tindakan ekonomi yang dipilih tidak sepenuhnya berorientasi subsisten dan tidak pula
sepenuhnya berorientasi komersial, tarik ulur diantara keduanya dalam penelitian ini disebut sebagai tindakan rasional yang ambigu.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada komunitas Suku Duano dengan fokus pada perubahan lingkungan sosiokultural dan ekologikal dan aktivitas nafkah. Ruang
lingkup penelitian ini mencakup beberapa aras, yaitu pada aras makro melihat perubahan sosiokultural masyarakat Suku Duano yang memiliki keterkaitan
dengan perubahan lingkungan bio-fisik, pada aras messo melihat sistem penghidupan dan inti budaya Suku Duano, serta aktivitas menongkah Suku
Duano, dan pada aras mikro melihat orientasi tindakan dan pembentukan rasionalitas ekonomi individu-individu Suku Duano dalam menjalankan aktivitas
nafkah.
Suku Duano dipandang sebagai masyarakat lokal local community yang mengalami perubahan sosiokultural karena hadirnya negara dan pasar dalam
bentuk program teritorialisasi, agenda-agenda pembangunan, dan aktivitas bisnis. Perubahan sosial ini merupakan realitas historis yang terjadi pada Suku Duano
sejak mereka masih hidup di rumah perahu dan berpindah-pindah, sampai dengan saat ini menetap di rumah-rumah panggung. Realitas historis tersebut mencakup
aspek struktur, kultur, dan tindakan sosial Suku Duano.
Adaptasi ekologi budaya Suku Duano terdiri dari proses adaptasi aspek- aspek inti budaya teknologi, organisasi sosial, demografi dan proses sosialisasi
aspek-aspek non inti budaya religi, nilai-nilai bersama, ritual, seni, bahasa, adat istiadat. Aktivitas menongkah dipilih sebagai jalan masuk untuk memahami
sistem penghidupan dan inti budaya Suku Duano, yaitu dengan mempelajari aspek-aspek pengaturan-pengaturan ekonomi produksi, distribusi, konsumsi.
Menongkah merupakan aktivitas nafkah yang berbasis sumberdaya laut dengan teknologi tradisional dan telah mengenal pasar.
Tindakan sosial yang dikaji pada aras individu difokuskan pada tindakan rasional, namun tindakan non rasional tetap menjadi perhatian sekunder. Tindakan
sosial rasional economic action berkaitan dengan aktivitas nafkah aspek-aspek inti budaya, selanjutnya tindakan sosial non rasional berkaitan dengan proses
transmisi budaya antar generasi sosialisasi aspek-aspek non inti budaya. Rasionalitas yang dikaji hanya yang mendasari tindakan ekonomi, mencakup
rasionalitas substantif, rasionalitas formal, dan rasionalitas praktikal, sedangkan rasionalitas teoritikal tidak termasuk dalam lingkup kajian ini.
3.2. Paradigma dan Strategi Penelitian
Secara umum riset kualitatif dapat diberi pengertian sebagai penelitian dengan beragam metoda, yang mencakup pendekatan interpretif dan naturalistik
terhadap subjek kajiannya Denzin dan Lincoln, 2000; Moleong, 2002; Sugiyono, 2009. Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif, karena penelitian ini
mempelajari benda-benda dalam konteks alaminya, serta berupaya untuk memahami dan menafsirkan fenomena yang melekat pada benda tersebut, melalui
metoda yang tepat. Penelitian ini menekankan pada proses, pemaknaan subjektif atas realitas yang terbangun secara sosial, dan tidak bebas nilai.
Penelitian kualitatif mengenal beberapa paradigma, yaitu positivisme, postpositivisme, critical theory, konstruktivisme, dan partisipatoris. Pemilihan
paradigma dalam penelitian kualitatif menjadi penting sebagai suatu keyakinan mendasar yang memandu proses penyelidikan ilmiah. Paradigma penelitian
memberikan batas tentang apa yang akan diteliti dan apa saja yang masuk di dalamluar batas-batas penelitian yang sah. Keyakinan mendasar yang
menentukan berbagai paradigma penelitian adalah aspek ontologi, epistemologi, dan metodologi Lincoln dan Guba, 2000.
Lincoln dan Guba 2000, selanjutnya menyatakan bahwa ontologi mempelajari hakikat dari sesuatu yang dapat diketahui knowable, atau apa
sebenarnya hakikat dari suatu realitas. Epistemologi mempelajari hakikat hubungan antara pencari ilmu inquirer dan objek yang ditemukan known atau
knowable. Dimensi metodologi mempelajari cara yang dipakai seseorang dalam menemukan kebenaran suatu ilmu pengetahuan.
Keyakinan mendasar atas realitas, hubungan antara peneliti dan tineliti, serta metodologi yang dapat memandu penelitian ini adalah paradigma
konstruktivisme. Menongkah merupakan suatu realitas yang harus dipahami dalam konteks alaminya dan ditafsirkan lebih jauh, tidak sekedar merupakan
aktivitas nafkah Suku Duano. Menongkah ada dan mengalami perubahan dalam konteks perubahan sosial, budaya, dan ekologi komunitas Suku Duano.
Keterikatan aktivitas menongkah pada institusi dan budaya lokal menjadi penciri penting yang harus ditelusuri lebih dalam. Penafsiran atas realitas ini sangat
tergantung pada pihak yang mengkonstruksikannya ontologi relativis, dalam hal ini realitas yang akan diungkap ada dalam pemahaman komunitas Suku Duano
epistemologi subjektif. Menongkah merupakan suatu realitas sosial yang dikonstruksikan secara lokalitas oleh pelaku-pelakunya melalui proses interaksi
sosial yang panjang dan kompleks, serta melibatkan sejarah, institusi lokal, budaya lokal, dan tindakan.
Denzin dan Lincoln 2000 menyatakan bahwa untuk menerapkan dan membumikan paradigma ke tempat-tempat empiris tertentu atau ke dalam praktek
metodologi dibutuhkan strategi penelitian. Penelitian kualitatif mengenal berbagai strategi penelitian antara lain studi kasus, etnografi, fenomenologi,
etnometodologi, grounded theory, metoda biografis, metoda historis, penelitian tindakan, dan penelitian klinis. Pemilihan strategi penelitian sangat tergantung
pada tujuan penelitian, sehingga dalam suatu penelitian dapat menggunakan beberapa strategi penelitian.
Penelitian ini menggunakan beberapa strategi penelitian, yaitu studi kasus, fenomenologis, historical sociology metoda biografis, metoda historis. Studi
kasus dalam penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti suatu kasus tertentu aktivitas nafkah menongkah, sehingga diperoleh pemahaman secara utuh tentang
sistem penghidupan dan inti budaya Suku Duano dalam konteks perubahan sosial secara menyeluruh. Studi kasus seperti ini diistilahkan oleh Stake 2010 sebagai
studi kasus instrumental instrumental case study. Studi kasus dilakukan secara bersamaan dengan metoda biografis dan historis digunakan sebagai strategi untuk
menjawab tujuan penelitian 1, 2, dan 3, sedangkan tujuan penelitian 3 didekati