Pengaruh Kekuatan Negara: Berada Dilingkar Kekuasaan atau Terpinggirkan

Perubahan Rezim Penguasaan Sumberdaya Alam Pra Kemerdekaan NKRI Ker. Johor-Malaka Ker. Siak-Indragiri Orde Lama Orde Baru Orde Reformasi Organisasi Sosial  Produksi  Produksi untuk konsumsi komunitas batin; pengaturan produksi oleh ketua batin  Produksi untuk konsumsi komunitas batin; pengaturan produksi oleh ketua batin  Produksi untuk konsumsi komunitas batin; pengaturan produksi oleh ketua batin  Produksi untuk dijual dan konsumsi rumah tangga; pengaturan produksi oleh kepala rumah tangga  Produksi untuk dijual dan konsumsi rumah tangga; pengaturan produksi oleh kepala rumah tangga  Distribusi  Pengaturan dan pengawasan distribusi oleh ketua batin  Pengaturan dan pengawasan distribusi oleh ketua batin  Pengaturan dan pengawasan distribusi oleh ketua batin + mekanisme pasar  Mekanisme pasar  Mekanisme pasar  Konsumsi  Konsumsi bersama dalam satu batin; konsumsi dari hasil produksi  Konsumsi bersama dalam satu batin; konsumsi dari hasil produksi  Konsumsi bersama dalam satu batin; konsumsi dari hasil produksi  Konsumsi rumah tangga; konsumsi dari hasil produksi + beli dipasar  Konsumsi rumah tangga; konsumsi dengan membeli dipasar + sisa produksi yang tidak dijual Aspek Demografi  Perkawinan, Fertilitas dan Mortalitas  Perkawinan endogami; fertilitas dan mortalitas seimbang  Perkawinan endogami; fertilitas dan mortalitas seimbang  Perkawinan endogami; fertilitas dan mortalitas seimbang  Perkawinan endogami + eksogami; fertilitas lebih tinggi dari mortalitas  Perkawinan endogami + eksogami; fertilitas lebih tinggi dari mortalitas  Migrasi  Migrasi temporer mengikuti ruaya schooling fish; sepanjang tahun oleh semua anggota batin  Migrasi temporer disekitar pulau terpencil; sepanjang tahun oleh semua anggota batin  Migrasi temporer disekitar selat berhala; sepanjang tahun oleh semua anggota batin  Migrasi oleh perorangan atau rumah tangga  Migrasi oleh perorangan atau rumah tangga  Pembagian Kerja  Tidak terlalu tegas, laki-laki dan perempuan  Tidak terlalu tegas, laki-laki dan perempuan  Tidak terlalu tegas, laki- laki dan perempuan  Laki-laki dewasa tugas produksi; perempuan dewasa tugas domestik  Laki-laki dewasa tugas produksi; perempuan dewasa tugas domestik Adaptasi Suku Duano terhadap perubahan lingkungan bio-fisik dapat dikatakan tidak sepenuhnya bersifat alami. Adaptasi terhadap lingkungan bio-fisik muara yang dilakukan oleh Suku Duano, pada awalnya bukan karena menurunnya kualitas lingkungan pada livelihood place yang sebelumnya. Adaptasi Suku Duano pada masa orde lama dan awal orde baru terjadi karena adanya kebijakan negara yang bertujuan menata kehidupan warga negaranya yang jauh dari pusat- pusat pemerintahan. Begitu pun adaptasi yang harus dilakukan pada rezim orde baru, penurunan kualitas lingkungan perairan tidak sepenuhnya terjadi karena proses alam. Program pembangunan orde baru dalam bentuk modernisasi perikanan turut mempercepat terjadinya penurunan kelimpahan sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan. Adaptasi Suku Duano tidak terjadi sebagaimana adaptasi naturalistik masyarakat berburu-meramu yang dijelaskan oleh Julian Steward dalam teori ekologi budaya. Adaptasi Suku Duano tidak hanya semata interaksi dengan lingkungan bio-fisik, adaptasi Suku Duano adalah hasil olah interaksi mereka dengan lingkungan biofisik, negara, pasar, dan masyarakat lokal non Suku Duano. Konsep adaptasi semi-natural menjadi lebih tepat untuk mengabstraksikan adaptasi yang dilakukan oleh Suku Duano. Perubahan yang terjadi pada aspek organisasi sosial dalam budaya bernafkah Suku Duano yang paling mencolok adalah pengaturan produksi dan distribusi. Produksi yang dilakukan oleh Suku Duano semakin mengarah pada produksi untuk dijual kembali. Proses produksi dan distribusi yang sebelumnya diatur dan diawasi oleh kelembagaan batin, berubah pengaturannya oleh masing- masing rumah tangga dan mengikuti mekanisme pasar. Kelembagaan adat hanya mengatur dan menjaga agar livelihood place mereka tetap terakses dengan baik oleh anggota komunitasnya. Masing-masing rumah tangga harus dapat menjalankan strategi untuk dapat memenuhi atau meningkatkan konsumsi, karena pengaturan konsumsi juga diserahkan kepada rumah tangga. Perubahan budaya bernafkah Suku Duano berimplikasi pula pada pemilihan pasangan hidup. Perkawinan endogami yang ditujukan untuk memilih pasangan hidup yang sama-sama mampu beradaptasi terhadap lingkungan biofisik laut yang keras, tidak lagi menjadi pilihan seluruh anggota komunitas Suku Duano. Begitu pun budaya bermigrasi yang dilakukan oleh semua anggota komunitas, mengalami perubahan sejalan dengan perubahan budaya bernafkah Suku Duano. Migrasi tidak lagi dikaitkan dengan proses produksi yang dipimpin ketua batin, migrasi menjadi pengaturan yang dilakukan oleh masing-masing rumah tangga atau individu. Pembatasan jumlah populasi Suku Duano sesuai daya tampung perahu kajang tidak lagi dilakukan dengan berubahnya budaya bernafkah mereka. Fertilitas tidak lagi diupayakan seimbang dengan mortalitas. Kecenderungan yang terjadi adalah peningkatan fertilitas dan penurunan mortalitas. Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan semakin tegas dengan berubahnya budaya bernafkah Suku Duano, laki-laki dewasa melakukan tugas-tugas produksi dan perempuan dewasa melakukan tugas-tugas domestik. Budaya bernafkah Suku Duano yang berbasis sumberdaya perikanan muara, khususnya pemanfaatan kerang darah, terus berlangsung hingga saat ini. Budaya bernafkah tersebut terus tumbuh dan dilembagakan pada aras komunitas rumah tangga, dan individu. V. KETAHANAN NAFKAH SUKU DUANO: ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN KERENTANAN SISTEM PENGHIDUPAN BERBASIS EKONOMI MENONGKAH

6.1. Perubahan Sistem Penghidupan Suku Duano

Sub bab ini akan menjawab sejauh mana perubahan lingkungan dan perubahan budaya bernafkah menggeser basis nafkah dan strategi nafkah Suku Duano pada berbagai aras. Sub bab ini juga akan menunjukkan bahwa kombinasi sumberdaya nafkah dan strategi nafkah yang dibangun oleh Suku Duano pada aras komunitas, rumah tangga, dan individu, selalu terkait dengan aktivitas menongkah. Budaya bernafkah Suku Duano yang sedang bertumbuh melalui proses adaptasi terhadap perubahan lingkungan sebagaimana yang telah dipaparkan pada Bab V, berhubungan timbal balik dengan sistem penghidupan pada berbagai aras. Budaya bernafkah yang mulai bergeser pada pada aktivitas sebagai nelayan tradisional menetap yang memanfaatkan sumber-sumber penghidupan di ekosistem muara, bahkan lebih spesifik lagi pada hamparan lumpur muara Indragiri, dengan teknologi yang juga disesuaikan dengan karakteristik sumberdaya muara-pantai, hanya akan dapat tumbuh dan berkembang jika menjadi bagian dari sistem nafkah mereka. Sistem nafkah atau sistem penghidupan livelihood system Suku Duano merupakan kumpulan dari keseluruhan cara, taktik, mekanisme, serta manipulasi yang dibangun oleh Suku Duano pada berbagai aras dalam upaya mempertahankan dan menjaga keberlanjutan kehidupan, serta meningkatkan derajat sosio-ekonomi. Ekosistem muara-pantai yang merupakan daerah peralihan antara ekosistem laut dan darat, memberikan warna baru bagi sistem penghidupan Suku Duano. Basis nafkah yang pada awalnya hanya mengandalkan sumberdaya nafkah di lautan, berkembang menjadi lebih kompleks. Natural kapital dan fisikal kapital yang ada di lautan, muara, dan daratan, menjadi pilihan dan kombinasi baru untuk mempertahankan kehidupan dan penghidupan mereka. Kapital manusia yang dibutuhkan tidak lagi hanya sekedar kekuatan fisik, serta keahlian dan pengetahuan untuk bertahan dalam kerasnya lingkungan bio- fisik lautan, Suku Duano membutuhkan pula keahlian dan pengetahuan tentang bagaimana memasarkan barang dan jasa. Keahlian-keahlian lain seperti bertukang, pengolahan hasil perikanan, dan perkapalan juga mulai dikenal dalam sistem penghidupan yang baru. Guna mempertahankan keberlanjutan sistem penghidupan di lingkungan yang baru, Suku Duano pun harus mempertimbangkan aspek sosial kapital dan finansial kapital. Kedua sumberdaya nafkah tersebut menjadi semakin penting dalam menghadapi perubahan lingkungan dan terpaan ekonomi pasar. Sistem penghidupan Suku Duano ketika masih hidup di rumah perahu dapat dikatakan sebagai sistem penghidupan yang menyatu pada aras komunitas. Strategi yang dikembangkan oleh komunitas sama dengan strategi rumah tangga dan strategi individu. Pengaturan-pengaturan yang dilakukan terpusat pada kekuasaan seorang kepala batin, mulai dari produksi, distribusi, dan konsumsi. Setelah Suku Duano hidup menetap, pengaturan-pengaturan penghidupan mereka menjadi berjenjang pada aras komunitas, rumah tangga dan individu, meskipun setiap jenjangnya memiliki keterkaitan dan keterikatan. Hal-hal tersebut akan dibahas lebih rinci pada bagian 6.1.1, 6.1.2, 6.1.3, dan 6.1.4 berikut.

6.1.1. Perubahan Kombinasi Sumberdaya Nafkah

Sumberdaya nafkah yang terdiri dari natural kapital, fisikal kapital, human kapital, sosial kapital, dan finansial mengalami perubahan karena terjadinya perubahan lingkungan ekologikal dan sosiokultural. Perubahan lingkungan dan perubahan budaya bernafkah yang terjadi pada Suku Duano sangat dipengaruhi oleh rezim pengelolaa sumberdaya alam sebagaimana yang telah dijelaskan pada BAB V, telah dikelompokkan menjadi masa pra kemerdekaan dan NKRI. Perubahan stok sumberdaya nafkah dan kombinasi sumberdaya nafkah yang dilakukan oleh Suku Duano dalam membangun sistem penghidupannya dapat pula dijelaskan mengikuti pengelompokkan tersebut Tabel 6.1 . Natural kapital yang berkaitan dengan penghidupan Suku Duano adalah sumberdaya perikanan laut, sumberdaya perikanan muara payau, sumberdaya perikanan sungai, tumbuhan pandan-pandanan, hutan mangrove, dan hutan rawa gambut. Sumberdaya perikanan laut terdiri dari ikan-ikan ruaya maupun ikan-ikan permukaan, antara lain tongkol, tuna, kembung, tamban, teri, dan udang. Sumberdaya perikanan muara terdiri dari ikan-ikan muara, udang, kerang, siput, dan kepiting. Perikanan sungai terdiri dari ikan-ikan sungai, udang, siput, dan lokan. Selain hewan air, Suku Duano juga memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di pinggir pantai, muara, rawa gambut, maupun sungai, antara lain pandan, bakau, api-api, dan nipah. Pemanfaatan hewan-hewan dan tumbuh- tumbuhan tersebut selain untuk dikonsumsi dan dijual, digunakan pula untuk keperluan membuat peralatan dan armada bernafkah. Sumberdaya nafkah yang berkaitan dengan natural kapital adalah fisikal kapital. Kondisi fisikal kapital pada masa pra kemerdekaan, yaitu kondisi perairan laut di selat malaka dan perairan laut dangkal di sekitar pulau-pulau kecil masih sangat mendukung bagi keberlangsungan hidup natural kapital yang dimanfaatkan oleh Suku Duano. Begitu pula pada masa orde lama, kondisi perairan muara tempat Suku Duano melakukan aktivitas nafkah masih sangat baik. Tekanan terhadap perairan laut, muara, maupun sungai sangat besar pada masa orde baru, sehingga kondisi perairan-perairan tersebut mengalami degradasi sebagaimana yang telah dibahas pada BAB V. Dampak dari tekanan yang berasal dari aktivitas manusia maupun yang berlangsung secara alami terus dirasakan sampai saat ini. Selain perairan, Suku Duano juga memanfaatkan lumpur muara, dan rawa gambut. Lumpur muara tempat berkembang biaknya kerang darah, sedangkan rawa gambut berkaitan dengan aktivitas perkebunan kelapa. Modal fisikal lain yang juga berkaitan dengan proses produksi adalah armada dan alat penangkapan ikan. Suku Duano menggunakan perahu kajang, sampan tunda, panah, tombak, dan pancing pada masa pra kemerdekaan, sedangkan pada masa pemeritahan NKRI mengenal pula perahu motor, tongkah, jaring, dan peralatan pertukangan. Tabel 6.1. Perubahan Stok dan Kombinasi Sumberdaya Nafkah pada Beberapa Rezim Penguasaan SDA Sumberdaya Nafkah Rezim Penguasaan Sumberdaya Alam Pra Kemerdekaan NKRI Ker. Johor-Malaka Ker. Siak-Indragiri Orde Lama Orde Baru Orde Reformasi Natural kapital 1. Ikan-ikan ruaya 2. Pandan 1. Ikan-ikan perairan dangkal 2. Pandan 1. Ikan-ikan muara dan perairan dangkal, kerang darah 2. Hutan mangrove 1. Kerang darah, ikan-ikan muara 2. Hutan mangrove, hutan rawa gambut 1. Kerang darah, ikan-ikan muara 2. Hutan mangrove, hutan rawa gambut Fisikal kapital 1. Perairan laut Selat Malaka 2. Perahu kajang 1. Perairan laut dangkal pulau terpencil 2. Perahu kajang 1. Perairan laut dangkal 2. Perairan muara payau 3. Lumpur muara 4. Perahu kajang 1. Perairan muara payau 2. Perairan sungai 3. Lumpur muara 4. Rawa gambut 5. Armada dan peralatan penangkapan ikan 6. Peralatan pertukangan 1. Perairan muara payau 2. Perairan sungai 3. Lumpur muara 4. Rawa gambut 5. Armada dan peralatan penangkapan ikan 6. Peralatan pertukangan Human kapital 1. Tenaga kerja komunitas batin 2. Kekuatan fisik 3. Skill pengetahuan survival di lautan 4. Skill pengetahuan berburu ikan ruaya 1. Tenaga kerja komunitas batin 2. Kekuatan fisik 3. Skill pengetahuan survival di lautan 4. Skill pengetahuan menangkap ikan perairan dangkal 1. Tenaga kerja komunitas batin 2. Kekuatan fisik 3. Skill pengetahuan survival di perairan muara 4. Skill pengetahuan menangkap ikan perairan muara 5. Skill dan pengetahuan menongkah kerang 1. Tenaga kerja rumah tangga 2. Kekuatan fisik 3. Skill pengetahuan bermukim 4. Skill pengetahuan menangkap ikan perairan muara dan sungai 5. Skill dan pengetahuan menongkah kerang 6. Skill dan pengetahuan perikanan modern 7. Skill dan pengetahuan memasarkan ikan dan kerang 8. Skill dan pengetahuan pertukangan 1. Tenaga kerja rumah tangga 2. Kekuatan fisik 3. Skill pengetahuan bermukim 4. Skill pengetahuan menangkap ikan perairan muara dan sungai 5. Skill dan pengetahuan menongkah kerang 6. Skill dan pengetahuan perikanan modern 7. Skill dan pengetahuan memasarkan ikan dan kerang