diterapkan pada Suku Duano terkait dengan aspek-aspek yang menjadi titik lemah penghidupan yang berbasiskan ekonomi menongkah.
6.5. Ikhtisar:
Menongkah sebagai Basis Sistem Penghidupan Suku Duano yang Sedang Tumbuh dan Melembaga
Sistem penghidupan Suku Duano mengalami perubahan sejalan dengan tumbuhnya budaya bernafkah baru yang berbasiskan sumberdaya di ekosistem
muara. Basis sumberdaya alam atau natural kapital yang cukup tersedia dan dapat diakses oleh Suku Duano di ekosistem muara Indragiri adalah kerang darah
Anandara granosa. Pemanfaatan kerang darah tumbuh dan berkembang menjadi ekonomi menongkah, sebagai upaya Suku Duano mempertahankan, melanjutkan,
dan mengembangkan sistem nafkah.
Perubahan sosial, ekonomi, budaya, dan politik yang berlangsung dalam kehidupan Suku Duano, telah menguji ketahanan nafkah yang berbasiskan
ekonomi menongkah. Ekonomi menongkah dikembangkan melalui teknologi, organisasi sosial, dan pengaturan aspek demografi yang disesuaikan dengan
effective environment dan livelihood landscape muara Indragiri.
Pengembangan ekonomi menongkah diikuti oleh proses pelembagaan yang terus berlangsung hingga saat ini. Beberapa proses pelembagaan menongkah yang
dilakukan Suku Duano terindikasi dari tindakan, kebiasaan, dan norma, yaitu: 1 Tindakan aktor anggota rumah tangga suamiayah, istriibu, anak yang
menguasai teknikkeahliaan dasar menongkah dan berpartisipasi dalam even-even menongkah; 2 Tolong-menolong dan saling berbagi dalam aktivitas menongkah;
3 Menjaga dan melindungi livelihood place bersama ekosistem muara, hamparan lumpur tempat menongkah; 4 Menghormati dan menegakkan aturan
pantang-larang, aturan tertulis beraktivitas nafkah di ekosistem muara; 5 Memperkuat identitas ke-Duano-an dan pengklaiman menongkah sebagai warisan
budaya Suku Duano; 6 Menyelenggarakan even-even budaya Duano, khususnya seputar budaya Suku Laut dan aktivitas nafkah menongkah.
Menongkah sebagai basis sistem penghidupan Suku Duano dapat diindikasikan dari beberapa hal berikut, yaitu: 1 Sumberdaya nafkah Suku Duano
selalu bersumber dan dikaitkan dengan ekonomi menongkah; 2 Strategi nafkah Suku Duano pada aras komunitas selalu berkaitan dengan pengaturan bersama
yang menjamin dan menjaga semua komunitas dapat memiliki akses yang besar pada ekosistem muara, khususnya sumberdaya kerang darah dan aktivitas
menongkah; 3 Strategi nafkah Suku Duano pada aras rumah tangga selalu berkaitan dengan tujuan dan cara pencapaian aktivitas nafkah yang berpusat dan
bersumber dari kerang darah dan aktivitas menongkah; 4 Aktivitas menongkah menjadi penyumbang utama dalam struktur nafkah rumah tangga Suku Duano; 5
Tindakan ekonomi aktor anggota rumah tangga sebagian besar diorientasikan pada aktivitas nafkah yang berbasis menongkah.
Ketahanan nafkah Suku Duano yang berbasiskan ekonomi menongkah dapat dilihat dari beberapa indikasi, yaitu: 1 Menongkah sebagai bagian penting dari
pengaturan sistem nafkah komunitas dan rumah tangga, serta orientasi tindakan ekonomi aktor dalam bernafkah, yang disesuaikan dengan perubahan kondisi
lingkungan biofisik dan sosial muara Indragiri; 2 Menongkah selalu diposisikan sebagai aktivitas nafkah utama main livelihood avtivity dan sebagai penopang
aktivitas nafkah utama sideline livelihood activity rumah tangga, dalam menghadapi perubahan lingkungan, rezim pemerintahan, dan terpaan ekonomi
pasar; 3 Menongkah selalu diposisikan sebagai bagian penting dari pengembangan inti budaya culture core maupun non inti budaya culture non
core dalam upaya mempertahankan dan memperkuat identitas ke-Duano-an.
VII. ORIENTASI TINDAKAN EKONOMI AKTOR DAN PEMBENTUKAN RASIONALITAS DALAM AKTIVITAS
MENONGKAH: KONSEPTUALISASI TEORITIK
7.1. Adaptasi Semi-natural dan Rasionalitas
7.1.1. Penanaman Rasionalisme Negara dan Pengaruh Rasionalisme Pasar Budaya yang tumbuh dari aktivitas nafkah melalui penyesuaian terhadap
kondisi dan perubahan lingkungan bio-fisik adaptasi, selalu berkaitan dengan tindakan ekonomi bernafkah anggota rumah tangga. Adaptasi terhadap
lingkungan bio-fisik yang terjadi pada masyarakat Suku Duano di Indragiri Hilir, sebagaimana yang telah dibahas pada BAB V merupakan adaptasi yang sangat
dipengaruhi oleh interaksi komunitas Suku Duano dengan negara dan pasar, atau yang disebut di dalam penelitian ini sebagai adaptasi seminatural. Pengaruh
negara dan pasar sebagaimana yang telah diuraikan pada sub bab 5.3, merupakan bentuk penanaman rasionalisme yang dianut oleh negara dan pasar Tabel 7. 1
Tabel 7. 1. Bentuk-Bentuk Penanaman Rasionalisme oleh Negara dan Pasar
Negara Pasar
1. Penguasaan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria non
perairanperikanan melalui PKMT dan pembangunan
2. Orientasi pertumbuhan melalui Revolusi Biru
modernisasi perikanan, motorisasi dan mekanisasi
perikanan
3. Pengenalan Produksi dengan budidaya melalui program
MCRMP budidaya Perikanan
4. Pengenalan pasar melalui KUD, TPI, KUB
1. Hadirnya tauke atau pedagang pengumpul kerang darah dan hasil-hasil
perikanan 2. Hadirnya kios-kios pengumpulan kerang
dari hasil menongkah 3. Tersedianya perahu dan kapal motor
sewaan untuk aktivitas menongkah atau pengangkutan hasil perikanan
4. Pengenalan pasar melalui rantai pemasaran kerang darah dan hubungan
patronase tauke-nelayan
Sumber: Wawancara dan pengamatan Sistem penghidupan Suku Duano yang berkembang dari adaptasi
seminatural, sebagaimana yang telah dibahas pada BAB VI adalah sistem penghidupan yang berbasis menongkah. Aktivitas menongkah tumbuh, bertahan,
dan berkembang karena merupakan pusat dari strategi nafkah komunitas dan rumah tangga Suku Duano. Individu yang merupakan bagian dari aktivitas nafkah
rumah tangga dan komunitas, mendasarkan perilakutindakannya pada kebiasaan, emosi, dan kepentingan. Bentuk-bentuk tindakan ekonomi aktor dalam
menjalankan aktivitas nafkah sebagaimana yang telah dibahas pada anak sub bab 6.1.4, membutuhkan penjelasan teoritik yang dikaitkan dengan proses
pembentukan rasionalitas di alam pikiran individu. Selain itu, bagaimana tindakan
ekonomi dan rasionalitas melekat pada sistem penghidupan komunitas, perlu pula dijelaskan dengan baik.
Aktivitas menongkah bukanlah semata-mata merupakan aktivitas ekonomi, melainkan mencakup pula aktivitas sosial dan aktivitas budaya. Menongkah
sebagai aktivitas ekonomi berkaitan dengan pemenuhan atau pencapaian kepentingan-kepentingan materialistik dan berorientasi profit. Menongkah sebagai
aktivitas sosial berkaitan dengan pencapaian kepentingan-kepentingan idealistik dan tidak semata-mata berorientasi profit. Menongkah sebagai aktivitas budaya
berkaitan dengan upaya mempertahankan kebiasaan-kebiasaan atau tradisi yang telah dilakukan oleh generasi Suku Duano sebelumnya. Menongkah sebagai
aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya tidak lepas dari proses interaksi antara negara, pasar, dan masyarakat lokal, serta perubahan yang terjadi pada lingkungan
bio-fisik dan sosial. Sehingga penjelasan tentang orientasi tindakan dan pembentukan rasionalitas dalam aktivitas menongkah Suku Duano menjadi lebih
rumit dan menarik. Tarik-ulur berbagai basis rasionalitas berlangsung di alam pikiran individu Suku Duano, sebelum aktor sampai pada pemilihan tindakan
yang tepat.
Tindakan individu dalam aktivitas menongkah yang menjadi fokus perhatian
adalah tindakan rasional, yaitu tindakan individu yang lebih didasarkan oleh kepentingan idealistik dan materialistik daripada kebiasaan dan emosi. Aktivitas
menongkah dalam perkembangannya mengalami proses pelembagaan dari aktivitas ekonomi menjadi organisasi sosial menongkah, dan selanjutnya menjadi
budaya bernafkah, sehingga tindakan individu yang lebih didasarkan oleh kebiasaan atau tindakan tradisional menjadi penopang tindakan rasional. Tindakan
rasional individu dalam aktivitas menongkah didasarkan atas rasionalitas substantif, rasionalitas praktikal, dan rasionalitas formal, sedangkan tindakan
tradisional didasarkan oleh kebiasaan atau tradisi.
Tindakan tradisional Suku Duano yang bersumber dari kebiasaan atau tradisi habit, dapat berupa ritual, mitos, seni, pantang-larang, dan magis.
Kebiasaan-kebiasaan tersebut diterima begitu saja oleh individu dan dijalankan oleh hampir seluruh anggota komunitas. Tindakan tradisional secara tidak
langsung mempengaruhi keberlanjutan aktivitas menongkah pada aras individu, yaitu sebagai penopang pembentukan rasionalitas substantif, rasionalitas
praktikal, dan rasionalitas formal. 7.1.2. Basis Rasionalitas Suku Duano
Proses mental yang berlangsung di alam pikiran individu dalam pembentukan suatu rasionalitas dipengaruhi oleh basis rasionalitas yang
bersumber dari internal dan eksternal komunitas. Basis rasionalitas yang mempengaruhi pembentukan rasionalitas individu Suku Duano di dalam
menjalankan aktivitas nafkah, khususnya aktivitas menongkah disajikan pada Tabel 7. 2.
Tabel 7. 2. Basis Rasionalitas Aktivitas Nafkah Suku Duano Basis
Rasionalitas
Bentuk Sumber
Rasionalitas Substantif
1. Etika- Moral
1.a. Etika Kepatuhan 1.a. Falsafah Melayu: raja adil raja
disembah, raja zalim raja disanggah
1.b. Etika Pergaulan hidup bermasyarakat
1.b. Falsafah Melayu: kesederhanaan, toleransi, dan
gotong-royong 1.c. Etika Survivalisme
1.c. Falsafah Melayu: tak akan melayu hilang di bumi
2. Nilai-Nilai 2.a. Pandangan terhadap
daratan dan lautan 2.a. Pandangan Suku Laut: tanah
atau daratan adalah tempat yang kotor tempat
menguburkan orang yang sudah mati, laut tempat
mencari nafkah
Rasionalitas Formal dan Praktikal 1. Tujuan
penguasaan Sumberday
a alam 1.a. Kesejahteraan
Bangsa 1.a. Interaksi dengan negara
1.b. Keuntungan Pribadiperusahaan
1.b. Interaksi dengan pasar 1.c. Kemakmuran
Komunitas 1.c. Interaksi dengan masyarakat
lokal 2. Orientasi
Produksi 2.a. Produksi untuk
dipakai 2.a. Suku Duano
2.b. Produksi untuk dijual
2.b. Interaksi dengan negara dan pasar
3. Orientasi Distribusi
3.a. Resiprositas 3.a. Suku Duano
3.b. PertukaranPasar 3.b. Interaksi dengan negara dan
pasar 4. Kalkulasi
ekonomi 4.a. Keuntungan
maksimum utility maximization
4.a. Interaksi dengan pasar
Sumber: Wawancara dan Studi Literatur
Basis Etika-Moral
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik dan tata cara hidup yang baik, pada aras individu maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik tersebut
dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Etika dapat pula dipahami sebagai filsafat moral yang membahas dan mengkaji secara kritis
persoalan benar dan salah secara moral, yaitu tentang bagaimana harus bertindak dalam situasi konkret. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan
batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai yang dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak, patut maupun tidak patut. Basis etika-
moral dalam proses mental pembentukan rasionalitas bernafkah Suku Duano
adalah etika kepatuhan, etika pergaulankehidupan bermasyarakat, dan etika survivalisme.
a. Etika Kepatuhan
Etika kepatuhan dapat berupa kepatuhan pada ajaran-ajaran agama, kepada negara, kepada pimpinanatasan, kepada majikanpatron, kepada orang tua, dan
sebagainya. Etika kepatuhan dalam kaitannya dengan aktivitas bernafkah Suku Duano antara lain adalah kepatuhan pada negara, kepada pemimpin adat, dan
kepada tauke.
Kepatuhan Suku Duano terhadap negara sesungguhnya telah terlihat sejak mereka hidup di rumah perahu sampai dengan saat ini. Mengabdi sebagai prajurit
pengawal perairan pada masa kerajaan Johor-Malaka-Indragiri, bersedia untuk dimukimkan pada masa orde baru, dan berperan-serta dalam program-program
pemerintah.
Kepatuhan pada pemimpin dan tokoh-tokoh Suku Duano dalam mempertahankan ke-Duano-an dan mempertahankan aktivitas menongkah, dan
kepatuhan mereka atas kesepakatan yang dibuat dengan para tauke pedagang pengumpul juga terlihat dalam kehidupan Suku Duano.
Etika kepatuhan Suku Duano tersebut bersumber dari falsafah melayu dan contoh teladan yang diberikan oleh tokoh-tokoh melayu. Falsafah melayu raja adil
raja disembah, raja zalim raja disanggah dimaksudkan untuk memandu perilakutindakan orang-orang melayu sebagai kaum yang patuh pada negara atau
pemimpin yang benar. b. Etika PergaulanKehidupan bermasyarakat
Falsafah melayu tentang kesederhanaan, toleransi dan gotong royong menjadi pemandu tindakan Suku Duano dalam berinteraksi sesama Suku Duano,
maupun dengan masyarakat desa tempatan dimana Suku Duano dimukimkan kembali. Etika pergaulan atau bermasyarakat ini disosialisasikan dari generasi ke
generasi, dan dijadikan bagian dari kebudayaan lisan dan tulis yang berisi pesan moral. Beberapa falsafah melayu tersebut tercermin dalam bait-bait pada Box 7.1.
Box 7.1.
Bait-bait Falsafah Melayu Tentang Etika PergaulanHidup Bermasyaraka
Berat sama dipikul, Ringan sama dijinjing Ke bukit sama mendaki, Ke lurah sama menurun
Hati gajah sama dilapah, Hati tungau sama dicecah Hidup jelang-menjelang, Sakit jenguk-menjenguk
Lapang sama berlega, Sempit sama berhimpit Lebih beri-memberi, Kalau berjalan beriringan
Yang dulu jangan menunjang, Yang tengah jangan membelok, Yang di belakang jangan menumit
Yang lupa diingatkan, Yang bengkok diluruskan, Yang tidur dijagakan Yang salah tegur-menegur, Yang rendah angkat-mengangkat, Yang
tinggi junjung-menjunjung Yang tua memberi wasiat, Yang alim memberi amanat
Yang berani memberi kuat, Yang berkuasa memberi daulat Kuat lidi karena diikat, Kuat hati karena mufakat