Adaptasi Perubahan Lingkungan dan Sistem Penghidupan

Kapasitas adaptif jika dikaitkan dengan strategi nafkah rumah tangga dalam merespon perubahan lingkungan adalah kemampuan rumah tangga dalam mengatasi kerentanan lingkungan melalui pengorganisasian sumber-sumber nafkah yang dimiliki dan yang dapat diakses. Menurut Smith dan Wandel 2006, bahwa sistem yang lebih tereskspos dan sensitif pada perubahan lingkungan akan lebih rentan, cateris paribus, dan sistem yang memiliki kapasitas adaptif lebih baik akan cenderung tidak terlalu rentan, cateris paribus. Kapasitas adaptif dalam konteks sistem penghidupan dapat disamakan dengan konsep livelihood securities ketahanan nafkah, yaitu kemampuan komunitas atau rumah tangga dalam melindungi atau mengamankan sumber- sumber nafkah yang dimiliki dan yang dapat diakses atas kerentanan yang hadir, dalam upaya pencapaian kehidupan yang lebih baik untuk generasi sekarang dan masa depan. Kapasitas adaptif rumah tangga dapat dikelompokkan berdasarkan kemampuan rumah tangga mengelola sumber-sumber nafkah yang dimiliki dan atau yang dapat diakses. Sebagian rumah tangga hanya mampu melakukan penyesuaian strategi nafkah pada tujuan pemenuhan kebutuhan subsisten dan bertahan hidup, sebagian rumah tangga yang lainnya mampu melakukan penyesuain strategi nafkah pada tujuan konsolidasi dan akumulasi modal. Berdasarkan hal tersebut, strategi nafkah rumah tangga dalam merespon perubahan lingkungan dapat dikelompokkan menjadi strategi survival, strategi konsolidasi, dan strategi akumulasi. Menurut White 1991, bahwa rumah tangga yang menjalankan strategi survival cenderung memiliki keterbatasan aset produksi dan skill. Mereka memaksimalkan penggunaan tenaga kerja rumah tangga untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan bertahan hidup. Pemaksimalan tenaga kerja yang dimiliki dapat berupa pola nafkah ganda dan penyebaran tenaga kerja rumah tangga pada berbagai bidang pekerjaan yang tidak terlalu mengandalkan skill. Mereka menjual tenaga untuk aktivitas apa saja yang dapat menambah penghasilan. Jika dikaitkan dengan kapasitas adaptif dan kerentanan penghidupan, kelompok rumah tangga ini berada pada lapisan yang paling bawah dan yang paling terekspos dan sensitif pada perubahan lingkungan. Kerentanan penghidupan rumah tangga pada kategori survival berkaitan pula dengan ketergantungan yang tinggi pada ketersediaan sumber-sumber nafkah di alam dan terbatasnya skill pada bidang pekerjaan lain. Jika terjadi goncangan atau tekanan pada sumber-sumber nafkah yang mereka andalkan, mereka akan sulit merespon dengan cepat untuk mengalihkan aktivitas nafkahnya pada sumber-sumber lain. Rumah tangga yang menjalankan strategi konsolidasi memiliki kapasitas adaptif yang lebih luas. Mereka telah dapat mengarahkan aktivitas nafkah pada tujuan-tujuan peningkatan taraf hidup selain untuk pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga. Rumah tangga pada lapisan ini juga telah mampu menginvestasikan aset dan memiliki saving, meskipun masih terbatas pada bidang pekerjaan atau aktivitas nafkah sejenis. Jika terjadi goncangan atau tekanan pada aktivitas nafkah yang mereka jalankan, mereka akan lebih dapat bertahan. Aset dan saving yang dimiliki dapat digunakan untuk bertahan dalam jangka pendek, sambil melakukan penyesuaian terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Rumah tangga yang relatif tidak terlalu goyang jika terjadi tekanan atau goncangan pada salah satu sumber nafkah adalah rumah tangga yang telah dapat menjalankan strategi akumulasi modal. Rumah tangga ini telah mampu memenuhi kebutuhan dasar, menginvestasikan aset, saving, dan memperluas usaha pada bidang-bidang lain yang menguntungkan. Aktivitas nafkah dengan strategi yang dijalankan sangat stabil dalam jangka panjang, serta tidak terlalu sensitif dan terpengaruh oleh perubahan lingkungan. Ketahanan nafkah rumah tangga dapat dilihat dari aspek keberlanjutan dan kerentanan nafkah. Kerangka penghidupan yang berkelanjutan sustainable livelihood framework, SLF dapat digunakan untuk mengidentifikasi aspek-aspek keberlanjutan nafkah rumah tangga Gambar 2.3. Gambar 2.3. Sustainable Lifelihood Framework DFID, 1999; Twig, 2007 SLF pada Gambar 2.3 menunjukkan bahwa strategi nafkah rumah tangga dan perubahannya sangat dipengaruhi konteks kerentanan perubahan lingkungan bio-fisik dan sosial, struktur sosial negara, pasar, serta ketersediaan dan akses pada sumber-sumber nafkah human kapital, natural kapital, finansial kapital, sosial kapital, fisikal kapital.

2.3.2. Rasionalisasi Tindakan Ekonomi Bernafkah Anggota Rumah Tangga

Kapasitas adaptif dan strategi nafkah rumah tangga sangat terkait dan melekat dengan tindakan ekonomi dan pola pikir anggota rumah tangga. Orientasi tindakan ekonomi dan pola pikir anggota rumah tangga tersebut menentukan kualitas human kapital rumah tangga, terutama dalam merespon perubahan lingkungan dan perubahan penghidupan pada aras komunitas dan rumah tangga. Bagaimana tindakan individu melekat pada struktur sosial, dan bagaimana pola pikir berkaitan dengan kapasitas adaptif dapat ditelusuri dengan menggunakan teori embeddedness dari Granovetter dan teori tindakan dan rasionalitas ekonomi dari Weber. Granovetter 1992 menjelaskan bahwa posisi teori embeddedness sangat dipengaruhi kuat oleh mazhab subtantivist dalam antropologi, khususnya Karl Polanyi yang menggunakan istilah ini pertama kali. Tindakan ekonomi dalam pandangan teori embeddedness merupakan tindakan yang disituasikan secara sosial dan melekat embedded pada jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara para aktor. Hal tersebut tidak hanya terbatas pada tindakan aktor secara individu saja, tetapi mencakup pula prilaku ekonomi yang lebih luas, seperti penetapan harga dan institusi-institusi ekonomi. Semua itu terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial Granovetter, 1992. Konsep-konsep penting dalam teori embeddedness adalah ekonomi substantif, ekonomi formalis, oversocialized, undersocialized, embedded, disembedded, underembedded, overembedded, relational embeddedness, structural embeddedness. Konsep ekonomi substantif, ekonomi formalis, oversocialized, dan undersocialized menunjukkan posisi dari tradisi yang mempengaruhi teori embeddedness dari Granovetter. Konsep embedded, disembedded, underembedded, overembedded menunjukkan perbedaan pandangan Granovetter dengan Polanyi. Konsep relational embeddedness dan structural embeddedness merupakan bentuk keterlekatan yang dikembangkan oleh Granovetter Granovetter, 1992; Swedberg, 2003. Penerapan konsep-konsep tersebut dalam menjelaskan aktivitas menongkah menjadi sangat penting, karena menunjukkan bagaimana posisi penelitian ini dalam tradisi sosiologi ekonomi. Ekonomi substantif memandang ekonomi sebagai sesuatu yang tampak secara institusional dan berpusat di sekitar gagasan tentang pencapaian nafkah kehidupan, sedangkan ekonomi formalis memandang ekonomi sebagai tindakan yang rasional. Kedua konsep tersebut sejalan dengan perdebatan antara kubu oversocialized dengan kubu undersocialized. Kubu oversocialized memandang bahwa tidakan ekonomi tunduk dan patuh terhadap segala sesuatu yang diinternalisasi dalam kehidupan sosial nilai, norma, adat- istiadat, dan tata kelakuan. Kubu undersocialized melihat kepentingan individu di atas segala-galanya, dengan tidak memandang bahwa terdapat ruang bagi pengaruh budaya, agama, dan struktur sosial terhadap tindakan ekonomi Granovetter, 1992; Polanyi, 1992; Smelser Swedberg, 2005. Teori embeddedness memandang bahwa perdebatan antara oversocialized dan undersocialized bukanlah merupakan penggambaran yang tepat terhadap realitas tindakan ekonomi. Tindakan ekonomi dalam pandangan oversocialized maupun undersocialized sesugguhnya sama-sama melekat pada setiap jaringan hubungan sosial dan institusi sosial Granovetter, 1992. Orang Duano yang merupakan masyarakat pra kapitalis mendasarkan tindakan ekonomi mereka atas pertimbangan budaya dan tidak lepas dari tujuan keuntungan pribadi. Pengusaha perikanan yang mendasarkan tindakan mereka untuk pencapaian profit yang optimal, tidak pula dapat membebaskan tindakan ekonominya dari aspek-aspek sosiokultural setempat. Konsep embedded dan disembedded dikemukan oleh Polanyi dalam membedakan keterlekatan embeddedness tindakan ekonomi dengan stuktur sosial pada masyarakat praindustri dan masyarakat modern. Ekonomi dalam masyarakat praindustri melekat embedded pada institusi-institusi sosial, politik dan keagamaan, diatur oleh mekanisme resiprositas dan redistribusi. Ekonomi dalam masyarakat modern tidak melekat disembedded pada institusi-institusi sosiokultural, melainkan terstruktur dan diatur oleh mekanisme pasar self regulating market untuk pencapaian maksimum ekonomi Polanyi, 1992. Teori embeddedness memandang bahwa pembedaan embedded dan disembedded pada masyarakat praindustri dan modern tidak tepat, karena pada kedua tipe masyarakat ini tindakan ekonomi melekat pada struktur sosial. Menjadi lebih tepat jika embeddedness dibedakan dalam kontinum melekat lemah underembedded dan melekat kuat overembedded. Kuat atau lemahnya keterlekatan suatu tindakan ekonomi pada struktur sosial tergantung pada kualitas hubungan interpersonal yang terjadi, bukan ditentukan oleh tipe tahap perkembangan masyarakat. Underembedded dan overembedded dapat terjadi pada masyarakat praindustri maupun modern Granovetter, 1992; Smelser Swedberg, 2005. Granovetter memandang bahwa keterlekatan dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu keterlekatan relasional relational embeddedness dan keterlekatan struktural structural embeddedness. Keterlekatan relasional merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat embedded pada jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara para aktor. Keterlekatan struktural merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat embedded pada jaringan hubungan yang lebih luas, dapat berupa struktur atau institusi sosial Granovetter, 1992; Smelser Swedberg, 2005. Bentuk-bentuk perilaku dapat ditelusuri melalui cara seseorang bertindak dan perpikir dalam merespon fenomena-fenomena yang terjadi di dalam sistem ekologi dan sistem sosialnya. Semakin seseorang mampu mengembangkan pola pikirnya dalam mengembangkan strategi nafkah, semakin mampu dan cepat ia merespon perubahan yang terjadi. Pemikiran Weber tentang tipe-tipe tindakan sosial merupakan basis teori untuk menjelaskan hal tersebut. Sebelum meninjau tentang bentuk-bentuk tindakan dan rasionalitas ekonomi, penting untuk melihat kaitan atara perilaku behavior dan tindakan action. Perilaku sebagai sebuah realitas dapat dipandang sebagai realitas objektif dan realitas subjektif Johnson, 1988. Kelompok yang memandang bahwa perilaku harus dilihat pada pola-pola perilaku nyata overt behavior mengembangkan teori-teori behaviorisme dan teori pertukaran, Ritzer 2004 menyebutnya dengan paradigma perilaku sosial. Kelompok yang memandang perilaku manusia hanya dapat dipahami dalam hubungannya dengan arti-arti subyektif mengembangkan teori tindakan sosial dan teori interaksi simbolik, Ritzer 2004 menyebutnya paradigma definisi sosial. Weber membagi 4 bentuk tipe ideal tindakan sosial, yaitu tindakan afektif affectual, tindakan tradisional traditional, tindakan berdasarkan rasionalitas nilai value-rational, dan tindakan berdasarkan rasionalitas instrumental means- end rational. Keempat tindakan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tindakan rasional value-rational action dan means-end rational action dan tindakan non rasional affectual dan traditional. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa untuk memahami tindakan sosial, Weber mendasarkan analisisnya pada konsep rasionalitas Kalberg, 1980; Johnson, 1988. Tindakan tradisional didasarkan atas kebiasaan dan tanpa refleksi yang sadar atau perecanaan. Jika kelompok-kelompok atau seluruh masyarakat didominasi oleh orientasi ini, maka kebiasaan dan institusi yang hadir diabsahkan atau didukung oleh kebiasaan atau tradisi yang telah lama mapan. Kebiasaan atau institusi tersebut diterima begitu saja sebagai kerangka acuan bertindak tanpa ada sanggahan. Semantara itu tindakan afektif juga dilakukan tanpa refleksi yang sadar, namun didasarkan atas dominasi perasaan atau emosi Kalberg, 1980; Johnson, 1988. Tindakan berdasarkan rasionalitas nilai value-rational action atau wertrationalität didasarkan lebih dominan atas kepentingan idealistik ideal- interest daripada kebiasaan dan emosi. Kepentingan idealistik mengacu pada pemenuhan atau pencapaian tujuan ideologis dan rasionalitasnya berorientasi nilai. Komitmen terhadap nilai-nilai sangat kuat sehingga pertimbangan- pertimbangan rasional mengenai kegunaan utility, efesiensi, dan sebagainya menjadi tidak relevan, sebagai contoh adalah tindakan religius Kalberg, 1980; Johnson, 1988; Smelser Swedberg, 2005. Tindakan berdasarkan rasionalitas instrumental means-end rational action atau zweckrationalität didasarkan lebih dominan atas kepentingan materialistik material-interest dan rasionalitasnya berorientasi pilihan-pilihan yang paling menguntungkan. Pemenuhan atau pencapaian sarana-benda merupakan tujuan yang mendasari kepentingan materialistik. Tindakan ini meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan end dan alat means yang dipergunakan untuk mencapainya. Individu memiliki bermacam-macam tujuan yang mungkin diinginkannya, dan atas dasar suatu kriterium menentukan satu pilihan diantara tujuan-tujuan yang bersaing tersebut. Penilaian terhadap alat- alat yang mungkin digunakan dapat berupa pengumpulan informasi, kemungkinan-kemungkina serta hambatan yang terdapat dalam lingkungan, meramalkan konsekuensi yang mungkin Kalberg, 1980; Johnson, 1988; Smelser Swedberg, 2005. Gambar 2.4. Pemetaan Tindakan dan Rasionalitas Ekonomi Kalberg 1980 berpendapat bahwa bentuk tindakan sosial Weber tersebut adalah tipe ideal yang sulit ditemukan dalam prakteknya. Tindakan sosial dapat dimengerti hanya menurut arti subyektif dan pola-pola motivasional yang berkaitan dengan itu. Bentuk tindakan sosial Suku Duano dalam aktivitas menongkah dapat dipetakan dengan menggunakan tipe ideal tindakan sosial Weber ini 0. Substantive Rationality Dominant Substantive Rationality Dominant Formal Rationality Dominant Practical Rationality Dominant Traditional Habits Rational action Affectual Emotions Means-end material interest Value ideal interest Tindakan ekonomi adalah tindakan sosial yang bersifat rasional. Penulusuran tindakan ekonomi dalam aktivitas menongkah hanya dapat dicapai, jika rasionalitas yang bermain di alam pikiran individu dimengerti. Menurut Kalberg 1980 dan Johnson 1988 bahwa Weber pada awalnya membedakan rasionalitas menjadi rasionalitas nilai dan rasionalitas tujuan. Proses berpikir yang lebih diarahkan pada tindakan rasional untuk mencapai tujuan-tujuan etika, moral, estestika, dan tujuan lain di luar tujuan yang sebenarnya merupakan rasionalitas nilai value rationality, sedangkan proses berpikir yang lebih diarahkan pada tindakan rasional untuk mencapai harapan, dimana harapan menjadi prasarat dan alat untuk pencapaian tujuan-tujuan ekonomi dan hukum dari individu merupakan rasionalitas tujuan means-end rationality. Rasionalitas selanjutnya dikembangkan menjadi 4 bentuk, guna memberikan penjelasan pada tindakan rasional, yaitu: 1 rasionalitas substantif substantive rationality, 2 rasionalitas formal formal rationality, 3 rasionalitas praktikal practical rationality, dan 4 rasionalitas teoritikal theoretical rationalty. Rasionalitas substantif merupakan proses berpikir yang diarahkan pada tindakan rasional dalam hal nilai-nilai. Tindakan rasional instrumental didasarkan pada rasionalitas formal dan rasionalitas praktikal. Rasionalitas praktikal berkaitan dengan tujuan-tujuan ekonomi individu yang sangat pragmatis dan egoistik, sedangkan rasionalitas formal pada tujuan-tujuan yang telah disepakati diperhitungkan bersama aturanhukum. Rasionalitas teorititikal tidak diarahkan pada tindakan sosial, tetapi lebih merupakan upaya kognitif untuk menguasaimenangkap realitas sosial faktual melalui proses abstraksi konsep-konsep Kalberg, 1980; Johnson, 1988; Smelser Swedberg, 2005. Tabel 2.6. Kaitan Antara Tindakan, Tipe Rasionalitas, dan Proses Mental Tipe Tindakan Sosial Proses Mental Tipe Rasionalitas Non Rasional a. Tradisional b. Afektual a. Non rasional b. Non rasional a. - b. - Rasional a. Value rational b. Means-end rational a. Subordinasi realitas oleh nilai-nilai b. Kalkulasi instrumental tujuan dan alat a. Substantif b. Formal dan Praktikal Sumber: Dimodifikasi dari Kalberg 1980 Tindakan sosial yang menjadi fokus perhatian di dalam teori embeddedness adalah tindakan rasional, sehingga teori ini memberikan perhatian yang besar pada penelusuran rasionalitas substantif dan rasionalitas formal. Selanjutnya teori adaptasi ekologi budaya tidak membedakan antara tindakan sosial yang rasional dan non rasional, sehingga penulusuran rasionalitas mencakup rasionalitas substantif, rasionalitas formal, dan rasionalitas praktikal. Keterkaitan antara tindakan, tipe rasionalitas, dan proses mental dalam diri individual aktor disederhanakan seperti Tabel 2.6. Tindakan ekonomi aktor dalam menjalankan aktivitas nafkah dapat dipetakan berdasarkan tujuan pencapain pemenuhan kebutuhan. Strategi nafkah survivalistik yang dilakukan oleh dari rumah tangga strata bawah, terdiri dari tindakan-tindakan aktor yang didasari oleh rasionalitas yang berbeda. Rasionalitas yang mendasarinya akan menentukan apakah tipe tindakan bernafkah survivalistik yang dilakukan. Begitupula strategi nafkah konsolidatif dan strategi akumulatif yang dilakukan rumah tangga strata menengah dan atas, dapat dipetakan bentuk- bentuk tindakan ekonomi bernafkah dari aktor-aktor yang menjalankannya.

2.4. Definisi Konseptual

Konsep-konsep penting yang digunakan sebagai acuan dalam membahas temuan-temuan penelitian adalah sebagai berikut:  Lingkungan: Konsep ini menunjukkan konteks dimana manusia, hewan, tumbuhan, dan benda berada, bertindak, dan berinteraksi. Lingkungan dapat dibagi menjadi lingkungan bio-fisik dan lingkungan sosial.  Perubahan: Konsep ini menunjukkan adanya perbedaan antara kondisi sekarang dengan kondisi sebelumnya, yang terdiri dari aspek ekologikal dan aspek sosio-kultural.  Sistem penghidupan: Keselurahan cara, taktik, mekanisme, pengaturan, dan pengorganisasian yang dilakukan oleh komunitas, rumah tangga, dan individu untuk melindungi atau mempertahankan keberlanjutan penghidupan atas kerentanan-kerentanan penghidupan yang hadir.  Budaya Bernafkah: Budaya yang tumbuh, berkembang, dan melembaga dari aktivitas nafkah subsisten atau dalam teori ekologi budaya Steward disebut sebagai culture core.  Strategi nafkah: Konsep yang menunjukkan cara, taktik, mekanisme serta manipulasi yang dibangun individu bersama rumah tangganya dalam mempertahankan kehidupan survival strategy, konsolidasi consolidation strategy, dan meningkatkan derajat sosio-ekonomi kehidupan accumulation strategy.  Menongkah: Konsep ini menunjukkan suatu aktivitas mengumpulkan kerang darah Anadara granosa menggunakan tangan, sambil meluncur di atas lumpur dengan bantuan sebilah papan tongkah.  Ekonomi menongkah: Konsep ini menunjukkan hubungan-hubungan sosial yang mengorganisasikan produksi, distribusi, dan pertukaran sumberdaya dan jasa yang berkaitan dengan aktivitas menongkah.  Adaptasi semi-natural: Konsep ini menunjukkan penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh suatu komunitas pada pengaturan-pengaturan tekno- ekonomi dalam merespon perubahan ekologikal dan sosiokultural, dimana perubahan dan penyesuaian yang berlangsung dipengaruhi pula oleh faktor eksternal komunitas negara dan pasar  Livelihood vulnerability: Konsep ini menunjukkan kerentanan-kerentanan penghidupan, dapat disebabkan oleh menurunnya kualitas lingkungan sumber- sumber penghidupan dan terbatasnya akses terhadap sumber-sumber agraria.