Pemeliharaan Sarana dan Prasarana.
2009 tentang LLAJ, menjelaskan bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan pengemudi, Pengguna jalan, serta pengelolaanya.
Dalam fungsinya sebagai regulator di bidang transportasi, pemerintah telah menetapkan beberapa aturan dan dasar hukum yang secara desintetif berkaitan
dengan prosedur-prosedur yang diizinkan dan yang tidak boleg dilanggar. Maka dalam kebijakaan transportasi terdapat beberapa aturan perundangan yang secara
langsung maupun tidak langsung berfungsi sebagai dasar hukum dalam setiap pengambilan kebijakan transportasi. Peraturan perundangan dalam sektor
transportasi telah mengalami dinamika terkait dengan berkembangnya kebutuhan dan persoalan transportasi itu sendiri. Undang-Undang transportasi tahun 1992
pada perkembangannya dirasakan tidak mampu memeberikan pondasi yang kuat sebagai dasar dalam pengambilan kebujakan transportasi, sehingga perlu adanya
aturan baru yang lebih dapat menjawab persoalan transportasi di waktu-waktu ini. Selain pengaturan mengenai pembagian kewenangan antara pemerintah
pusat dan daerah, dalam UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga menetapkan sasaran pembangunan sub sektor transportasi
darat, khususnya pada bidang transportasi jalan, yaitu: a.
Meningkatkan sarana dan prasarana kondisi LLAJ. b.
Meningkatkan kelayakan dan jumlah sarana LLAJ. c.
Menurunya tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan raya serta meningkatnya kualitas pelayanan angkutan dalam hal ketertiban, keamanan dan
kenyamanan transportasi jalan, terutama angkutan umum diperkotaan, pedesaan, dan antarkota.
d. Meningkatnya keterpaduan antarmoda dan efesiensi dalam mendukung
mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung perwujudan sistem transportasi nasional dan wilayah lokal, serta terciptanya pola distribusi
nasional. e.
Meningkatnya keterjangkauan pelayanan angkutan perkotaan yang efesien dengan berbasis masyarakat luas di perkotaan dan di pedesaan serta
dukungan pelayanan transportasi jalan perintis di wilayah terpencil untuk mendukung pengembangan wilayah.
f. Terwujudnya penyenggaraan angkutan perkotaan yang efesien dengan
berbasis masyarakat dan wilayah, andal dan ramah lingkungan serta terjangkau bagi masyarakat.