Bab 3 Metodologi Penelitian
Bab ini membahas tentang peralatan dan bahan penelitian, diagram penelitian prosedur penelitian, dan karakterisasi
cuplikan yang dilakukan. Bab 4
Hasil dan Pembahasan Bab ini membahas tetntang data hasil penelitian dan analisa
data yang diperoleh dari penelitian. Bab 5
Kesimpulan Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian dan saran untuk penelitian lebih lanjut.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Magnet Secara Umum
Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan magnet. Kata magnet magnit berasal dari bahasa Yunani, magnitis lithos yang berarti
batu Magnesian. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini bernama Manisa sekarang berada di wilayah Turki di mana
terkandung batu magnet yang ditemukan sejak zaman dulu di wilayah tersebut. Magnet selalu memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kutub
magnet adalah daerah yang berada pada ujung-ujung magnet dengan kekuatan magnet yang paling besar berada pada kutub-kutubnya. Walaupun magnet dapat
dipotong-potong sampai kecil, potongan tersebut akan tetap memiliki dua kutub. Pada tahun 1819 diketahui bahwa ada hubungan antara fenomena-
fenomena listrik dan magnet. Pada tahun itu seorang sarjana bangsa Denmark Hans Christian Oersted
1770-1851 mengamati bahwa sebuah magnet yang dapat berputar akan menyimpang apabila berada didekat kawat yang dialiri arus.
Dua belas tahun kemudian, setelah bertahun-tahun mengadakan percobaan, Faraday menemukan bahwa akan ada aliran arus sebentar dalam sebuah circuit,
apabila arus dalam circuit lain didekatnya dimulai alirannya atau diputuskan. Tidak lama kemudian setelah itu diketahui bahwa gerakan magnet menjauhi atau
mendekati circuit itu menimbulkan efek yang sama. Sears, 1963 Magnet terbaik umumnya mengandung besi metalik. Namun, ternyata
bahwa unsur lain pun menampilkan sifat magnetik; selain itu, material bukan logam pun dapat memiliki sifat magnet. Dalam teknologi modern kini banyak
digunakan magnet logam maupun magnet keramik. Selain itu dimanfaatkan pula unsur lain untuk meningkatkan kemampuan magnetik sehingga memenuhi
persyaratan. Van Vlack, 1984
2.2 Magnet Permanen
Produk magnet permanen ada dua macam berdasarkan teknik pembuatannya yaitu magnet permanen isotropi dan magnet permanen anisotropi.
a b
Gambar 2.1 Arah partikel pada magnet isotropi dan anisotropi. a Arah partikel acak Isotropi. b Arah partikel searah Anisotropi. Masno G, 2006
Magnet permanen isotropi merupakan magnet dimana pembentukkan arah domain magnet partikel-partikelnya masih acak, sedangkan yang anisotropi
pada pembentukkan dilakukan didalam medan magnet sehingga arah domain magnet partikel-partikelnya mengarah pada satu arah tertentu seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.1 untuk membedakan isotropi dan anisotropi. Magnet permanen isotropi memiliki sifat magnet atau remanensi magnet yang lebih rendah
dibandingkan dengan magnet permanen anisotropi. Suatu magnet permanen harus mampu menghasilkan densitas fluks
magnet, B magnet yang tinggi dari suatu volume magnet tertentu, stabilitas magnetik yang baik terhadap efek temperatur dan waktu, serta memiliki ketahanan
yang tinggi terhadap pengaruh demagnetisasi. Pada prinsipnya, suatu kemagnetan permanen haruslah memiliki karakteristik minimal dengan sifat kemagnetan
remanen Br dan koersivitas intrinsik
J
Hc serta temperatur curie Tc yang tinggi. Manaf, 2013
2.3 Perkembangan Magnet Permanen
Diawal abad 19, baja martensit digunakan sebagai magnet permanen. Baja tersebut memiliki kandungan Co
30 - 40 dapat menghasilkan magnet permanen dengan Br
0,90T dan Energi Produk Maksimum BH
max .
Magnet baja martensit dengan kandungan cobalt ini merupakan magnet terbaik