2.2 Magnet Permanen
Produk magnet permanen ada dua macam berdasarkan teknik pembuatannya yaitu magnet permanen isotropi dan magnet permanen anisotropi.
a b
Gambar  2.1  Arah  partikel  pada  magnet  isotropi dan  anisotropi.  a  Arah  partikel acak Isotropi. b Arah partikel searah Anisotropi. Masno G, 2006
Magnet  permanen  isotropi  merupakan  magnet  dimana  pembentukkan arah  domain  magnet  partikel-partikelnya  masih  acak,  sedangkan  yang  anisotropi
pada  pembentukkan  dilakukan  didalam  medan  magnet  sehingga  arah  domain magnet partikel-partikelnya mengarah pada satu arah tertentu seperti ditunjukkan
pada  Gambar  2.1  untuk  membedakan  isotropi  dan  anisotropi.  Magnet  permanen isotropi  memiliki  sifat  magnet  atau  remanensi  magnet  yang  lebih  rendah
dibandingkan dengan magnet permanen anisotropi. Suatu  magnet  permanen  harus  mampu  menghasilkan  densitas  fluks
magnet,  B  magnet  yang  tinggi  dari  suatu  volume  magnet  tertentu,  stabilitas magnetik yang baik terhadap efek temperatur dan waktu, serta memiliki ketahanan
yang tinggi terhadap pengaruh demagnetisasi. Pada prinsipnya, suatu kemagnetan permanen  haruslah  memiliki  karakteristik  minimal  dengan  sifat  kemagnetan
remanen  Br  dan  koersivitas  intrinsik
J
Hc  serta  temperatur  curie  Tc  yang tinggi. Manaf, 2013
2.3 Perkembangan Magnet Permanen
Diawal  abad  19,  baja  martensit  digunakan  sebagai  magnet  permanen.  Baja tersebut  memiliki  kandungan  Co
30  -  40  dapat  menghasilkan  magnet permanen dengan Br
0,90T dan Energi Produk Maksimum BH
max .
Magnet  baja  martensit  dengan  kandungan  cobalt  ini  merupakan  magnet  terbaik
pada waktu tersebut. Namun dalam beberapa puluh tahun belakangan, telah terjadi perkembangan  yang  sangat  pesat  dalam  penelitian  dibidang  magnet  permanen
sehingga  sejumlah  fasa  magnetik  baru  dengan  energi  yang  lebih  tinggi  telah ditemukan.  Magnet  Alnico  misalnya,  pertama  kali  diperkenalkan  pada  tahun
1930-an,  terdiri  dari  sejumlah  elemen  logam  transisi  Fe,  Co,  Ni  memiliki  nilai BH
max
dua kali lebih besar dari magnet baja. Pada  tahun  1950-an,  dikembangkan  magnet  permanen  kelas  keramik
dengan  formula  MOFe
2
O
3 6
dimana  M  adalah  Barium  atau  Stronsium  yang kemudian dikenal sebagai magnet ferit. Bila dibandingkan dengan magnet Alnico,
magnet  ferit  memiliki  energi  dan  remanen  yang  lebih  rendah  tetapi  memiliki koersivitas  yang  jauh  lebih  tinggi.  Pada  tahun  1970-an  untuk  pertama  sekali
ditemukan magnet kelas logam tanah jarang rare earth permanent magnets. Fasa magnetik  SmCo
5
dan  Sm
2
Co
17
memiliki  polarisasi  total  J
s
dan  medan  magnet anisotropi  H
A
yang  sangat  tinggi  sehingga  berpeluang  memiliki  remanen  dan koersivitas  yang tinggi, sebagai keharusan untuk mendapatkan magnet permanen
dengan  nilai  BH
max
yang  tinggi.  Beberapa  sifat  kemagnetan  dapat  dilihat  pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sifat Kemagnetan Intrinsik Fasa Magnetik dari Magnet Fasa
Temperatur Curie,
o
C Polarisasi
Total,
T Medan
Magnet Anisotropi,
Hasil Kali Demagnetisasi
Maksimum, BH
max
kJ.m
-3
BaFe
12
O
19
450 0,50
1,10 50
Sr Fe
12
O
19
450 0,48
1,50 46
SmCo
5
720 1,14
20-35 260
Sm
2
Co
17
840 1,25
5,20 312
Nd
2
Fe
14
B 312
1,60 5,40
512 Sumber: Manaf, 2013
Perkembangan  magnet  kelas  ini  mengalami  kesulitan  dikarenakan  harga Co  yang  sangat  mahal  seperti  ketersediaan  unsur  Sm  yang  terbatas  dibumi
sehingga  popularitas  magnet  ini  pada  kalangan  industri  pemakaian  menjadi