Daya tahan tubuh ikan terhadap perubahan kondisi lingkungan

bahwa semua perlakuan menunjukkan pola yang sama, yaitu kadar kortisol juvenil kerapu bebek mengalami peningkatan ketika dimasukkan ke dalam air tawar, kemudian menurun pada jam pertama di air laut, dan mendekati normal pada jam kedua di air laut. Berdasarkan kadar kortisol, seperti halnya glukosa darah, perlakuan terbaik didapatkan pada penambahan sodium selenite dosis 0,05 mg Sekg pakan. Pada perlakuan ini, kadar kortisol awal juvenil kerapu bebek adalah 8,76 ngmL, kemudian meningkat menjadi 31,98 ngmL nilainya paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain ketika dimasukkan ke air tawar, dan mengalami penurunan pada jam pertama di air laut menjadi 14,38 ngmL nilainya paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Pada jam kedua di air laut, kadar kortisol sudah mendekati normal 12,76 ngmL. Kadar kortisol yang tinggi juga menunjukkan ikan mengalami stres. Gambar 15 dan Lampiran 27.2 juga menunjukkan bahwa ikan mengalami stres yang hebat ketika diberi pakan tanpa penambahan sodium selenite. Dari kedua hasil tersebut terlihat bahwa daya tahan tubuh juvenil kerapu bebek dapat ditingkatkan dengan penambahan sodium selenite.

4.7 Hasil Percobaaan IV: Uji ketahanan tubuh terhadap berbagai stressor lingkungan

Hasil percobaan II menunjukkan bahwa Se organik selenometionin lebih baik dibandingkan dengan Se anorganik sodium selenite, dan penambahan selenometionin dosis 4 mg Sekg pakan adalah perlakuan terbaik. Pada percobaan IV ini sumber Se yang digunakan adalah selenometionin dan perlakuan yang diterapkan adalah tanpa penambahan Se, penambahan selenometionin dosis 4 mg Sekg pakan Se optimal, dan penambahan selenometionin dosis 16 mg Sekg pakan Se berlebih. Pemeliharaan awal ikan dilakukan selama 42 hari. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan uji sesuai perlakuan. Setelah itu dilakukan uji transportasi simulasi selama 13 jam dan dilanjutkan dengan pemeliharaan lanjutan selama 20 hari. Pada minggu kedua pemeliharaan lanjutan, dilakukan uji perendaman di dalam air tawar. Keseluruhan hasil percobaan disajikan pada sub bab-sub bab selanjutnya.

4.7.1 Kinerja pertumbuhan

Hasil perhitungan kinerja pertumbuhan juvenil kerapu bebek yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis berbeda selama 42 hari pemeliharaan awal dan 20 hari pemeliharaan lanjutan disajikan pada Tabel 14 dan 15, sedangkan rasio RNADNA disajikan pada Gambar 16. Tabel 14. Tingkat kelangsungan hidup TKH, laju pertumbuhan harian LPH, konsumsi pakan KP, dan efisiensi pakan EP juvenil kerapu bebek yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis berbeda pada pemeliharaan awal Parameter Penambahan Se mgkg 4 16 TKH 100,00+0,00 a 100,00+0,00 a 97,78+0,00 a LPH 2,01+0,10 a 2,11+0,17 a 2,02+0,26 a KP g 84,87+6,43 a 91,67+5,76 a 89,07+8,44 a EP 73,04+4,19 a 77,09+7,23 a 72,64+10,78 a Huruf superskrip di belakang nilai standar deviasi yang sama pada setiap baris yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata P0.05 Tabel 14 dan Lampiran 28 menunjukkan bahwa pemberian selenometionin dosis berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 pada tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konsumsi pakan, dan efisiensi pakan juvenil kerapu bebek selama 42 hari pemeliharaan awal. Tabel 15. Tingkat kelangsungan hidup TKH, laju pertumbuhan harian LPH, konsumsi pakan KP, efisiensi pakan EP, retensi protein RP, dan retensi lemak RL juvenil kerapu bebek yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis berbeda pada pemeliharaan lanjutan Parameter Penambahan Se mgkg 4 16 TKH 100,00+0,00 a 100,00+0,00 a 100,00+0,00 a LPH 1,03+0,27 b 1,57+0,10 a 1,56+0,08 a KP g 49,60+3,64 a 49,70+1,30 a 47,43+9,31 a EP 40,43+10,67 b 70,37+6,12 a 65,46+10,18 a RP 23,40+1,28 a 23,82+2,77 a 22,75+2,96 a RL 24,08+1,64 b 40,08+3,25 a 29,17+2,59 b Huruf superskrip di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata P0.05 Pada Tabel 15 dan Lampiran 28 terlihat bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 pada tingkat kelangsungan hidup, konsumsi pakan, dan retensi protein, tetapi memberikan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 pada laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, dan retensi lemak juvenil kerapu bebek. Laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan menunjukkan pola yang sama, yaitu nilai tertinggi didapatkan pada juvenil kerapu bebek yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis 4 dan 16 mg Sekg pakan, dan terendah pada kelompok ikan tanpa penambahan Se. Retensi lemak memiliki pola yang berbeda, yaitu nilai tertinggi didapatkan pada ikan yang diberi selenometionin dosis 4 mg Sekg pakan, dan terendah pada penambahan 16 mg Sekg pakan dan kelompok ikan yang diberi pakan tanpa penambahan Se. Gambar 16. Rasio RNADNA juvenil kerapu bebek yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis berbeda Gambar 16 menunjukkan bahwa rasio RNADNA tertinggi didapatkan pada juvenil kerapu bebek yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis 4 mg Sekg pakan, diikuti oleh kelompok ikan tanpa penambahan Se, dan terendah pada pemberian 16 mg Sekg pakan. 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 4 16 R asi o R N A D N A Penambahan Se mgkg

4.7.2 Aktivitas enzim dan kadar hormon

Aktivitas enzim GPx hati dan SOD hati disajikan pada Tabel 16, sedangkan aktivitas GPx plasma dan rasio T3T4 disajikan pada Gambar 17 dan 18. Tabel 16. Aktivitas enzim GPx plasma dan SOD hati juvenil kerapu bebek yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis berbeda Parameter Penambahan Se mgkg 4 16 GPx hati mUmg protein 435,69+11,37 a 447,09+22,93 a 361,74+6,82 b SOD hati Unit 1,00+0,47 a 1,00+0,47 a 0,67+0,00 a Huruf superskrip di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata P0.05 Gambar 17. Aktivitas enzim GPx plasma juvenil kerapu bebek yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis berbeda 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4 16 A kt iv itas GPx p lasm a m Um g p ro te in Penambahan Se mgkg a b b Gambar 18. Rasio T3T4 juvenil kerapu bebek yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis berbeda Pada Tabel 16 dan Lampiran 29 terlihat penambahan selenometionin dosis berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 pada aktivitas GPx hati, tetapi tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 pada aktivitas enzim SOD hati. Aktivitas enzim GPx hati tertinggi didapatkan pada pemberian selenometionin dosis 4 mg Sekg pakan dan kelompok ikan yang diberi pakan tanpa penambahan Se, dan terendah pada penambahan 16 mg Sekg pakan. Sementara itu, aktivitas enzim SOD hati juvenil kerapu bebek menunjukkan kecenderungan menurun pada penambahan selenometionin dosis tinggi 16 mg Sekg pakan. Gambar 17 dan Lampiran 29 menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 pada aktivitas enzim GPx plasma juvenil kerapu bebek. Aktivitas GPx plasma tertinggi didapatkan pada ikan yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis 4 mg Sekg pakan, dan terendah pada pemberian 16 mg Sekg pakan dan kelompok ikan tanpa penambahan Se. Pada Gambar 18 terlihat bahwa rasio T3T4 tertinggi didapatkan pada ikan yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis 4 mg Sekg pakan, diikuti oleh kelompok ikan tanpa penambahan Se, dan terendah pada pemberian 16 mg Sekg pakan. 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 4 16 R asi o T3T4 Penambahan Se mgkg