Kinerja pertumbuhan Pembahasan Percobaan II: Penentuan dosis optimal dan sumber Se terbaik
diberi pakan tanpa penambahan Se menunjukkan kadar kortisolnya tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lain.
4.6 Pembahasan percobaan III: Pertumbuhan dan daya tahan tubuh juvenil kerapu bebek yang diberi pakan dengan penambahan sodium selenite dosis
berbeda 4.6.1 Kinerja pertumbuhan
Kinerja pertumbuhan juvenil kerapu bebek seperti terlihat pada Tabel 11 menunjukkan bahwa penambahan sodium selenite tidak memberikan pengaruh
yang berbeda nyata pada tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konsumsi pakan, efisiensi pakan, dan retensi protein. Hal ini memberi gambaran
bahwa penambahan sodium selenite dalam pakan sampai dengan 0,4 mg Sekg pakan tidak mempengaruhi kelima parameter pertumbuhan tersebut. Hasil yang
sama didapatkan pada ikan nila tilapia Kim et al. 2003, yaitu pertambahan bobot, rasio efisiensi pakan, dan kelangsungan hidup nyata tidak dipengaruhi oleh
selenium dalam bentuk sodium selenite dosis 0,2 –0,5 mg Sekg pakan. Namun
demikian, pada percobaan ini terlihat bahwa laju pertumbuhan harian, konsumsi pakan, efisiensi pakan, dan retensi protein juvenil kerapu bebek cenderung
mengalami peningkatan seiring dengan makin meningkatnya penambahan sodium selenite di pakan sampai dengan dosis 0,05 mg Sekg pakan, dan kemudian
menurun kembali pada dosis yang lebih tinggi. Pada Tabel 11 tersebut juga terlihat bahwa penambahan sodium selenite
dalam pakan juvenil kerapu bebek memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada retensi lemak. Nilai retensi lemak tertinggi didapatkan pada pemberian
sodium selenite dosis 0,05 mg Sekg pakan dengan nilai 45,76+3,34, diikuti secara berturut-turut oleh penambahan dosis 0,025 mg Sekg, tanpa penambahan
Se, 0,1 mg Sekg, 0,2 mg Sekg, dan 0,4 mg Sekg pakan, dengan nilai kelima perlakuan tersebut tidak berbeda. Berdasarkan hasil ini dapat dikatakan bahwa
penambahan sodium selenite dosis 0,05 mg Sekg pakan merupakan perlakuan terbaik. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pertumbuhan adalah perubahan
ukuran, yaitu variabel yang mengalami perubahan dapat berupa panjang atau dimensi fisik lainnya, termasuk volume, bobot atau massa, baik pada keseluruhan
tubuh organisme atau pada berbagai jaringan. Perubahan itu juga bisa berkaitan
dengan kandungan protein, lemak, atau komponen kimia lainnya tubuh; perubahan kandungan kalori energi dari keseluruhan tubuh, atau dari komponen
jaringannya Weatherley Gill 1987. Hasil perhitungan retensi lemak tersebut diperkuat oleh nilai rasio
RNADNA Tabel 11, yaitu pemberian sodium selenite dosis 0,05 mg Sekg pakan menunjukkan nilai tertinggi 1,83+0,01, dan diikuti secara berturut-turut
oleh penambahan 0,1, 0,025, 0,2 mg Sekg pakan, dan terendah pada penambahan 0,4 mg Sekg pakan dan kelompok ikan yang diberi pakan tanpa penambahan Se.
Hal ini memberi gambaran bahwa penambahan sodium selenite dosis 0,05 mg Sekg pakan adalah perlakuan terbaik. Hasil ini sejalan dengan nilai retensi lemak
yang merupakan salah satu parameter kinerja pertumbuhan. Rooker dan Holt 1996 menyatakan bahwa untuk mengestimasi pertumbuhan, penggunaan nilai
rasio RNADNA merupakan metode yang cukup akurat, selain juga dapat menjadi indikator status nutrisi ikan. Selanjutnya dikatakan bahwa parameter ini telah diuji
pada beberapa spesies ikan dan krustasea. Hasil penelitian Kaligis 2010 pada post larva udang vaname Litopenaeus vannamei, Boone pada salinitas rendah
menunjukkan bahwa kadar protein pakan 45 dengan kadar kalsium 2 dalam pakan, yang juga merupakan perlakuan optimal, terjadi peningkatan efisiensi
pakan, retensi kalsium, dan laju pertumbuhan seiring dengan meningkatnya rasio RNADNA. Demikian pula dengan juvenil kerapu bebek, didapatkan bahwa
dengan penambahan 100 ppm mineral Fe dalam pakan, yang juga merupakan perlakuan terbaik, menunjukkan rasio RNADNA tertinggi Setiawati 2010.
Jika dikaitkan dengan hasil percobaan II yang menunjukkan bahwa pemberian sodium selenite dosis 0,5 mg Sekg pakan telah menyebabkan
kematian yang tinggi pada juvenil kerapu bebek, pada percobaan ini penambahan sodium selenite sampai dengan dosis 0,4 mg Sekg pakan tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata pada tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konsumsi pakan, efisiensi pakan, dan retensi protein, maka terlihat bahwa
selisih antara dosis sodium selenite yang masih dapat ditolerir dan yang telah menyebabkan keracunan adalah 0,1 mg Sekg pakan. Dengan kata lain, selisihnya
sangat tipis. Maier dan Knight 1994 menyatakan bahwa selenium adalah bahan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit yang merupakan mineral penting tetapi
dapat menjadi racun dengan margin yang sempit dari toleransi dalam sistem biologi.
Hasil pengukuran kadar glikogen hati dan glikogen otot, seperti terlihat pada Gambar 9, menunjukkan pola yang sama, yaitu nilainya semakin meningkat
dengan makin meningkatnya pemberian sodium selenite sampai dengan dosis tertentu, kemudian mengalami penurunan pada dosis yang lebih tinggi. Pada
kedua parameter tersebut terlihat bahwa 0,05 mg Sekg pakan adalah dosis optimal. Hal ini memperkuat nilai kinerja pertumbuhan retensi lemak dan rasio
RNADNA tertinggi yang juga didapatkan pada juvenil kerapu bebek yang diberi pakan dengan penambahan sodium selenite dosis 0,05 mg Sekg pakan. Glikogen
merupakan cadangan glukosa yang tersimpan dalam tubuh yang sewaktu-waktu dapat digunakan, terutama jika terjadi kekurangan suplai karbohidrat dari luar.
Kerapu bebek merupakan ikan karnivor yang kurang mampu memanfaatkan energi yang berasal dari karbohidrat pakan sehingga keberadaan cadangan glukosa
dalam hati dan otot menjadi penting.