2.6 Imunitas dan status Se
Imunitas adalah suatu mekanisme fisiologi yang penting bagi hewan- hewan untuk perlindungan melawan infeksi dan pemeliharaan keseimbangan
internal Saurabh Sahoo 2008. Selanjutnya dikatakan bahwa sistem imun biasanya terbagi menjadi dua bagian, yaitu imunitas alami innate immunity yang
juga disebut sebagai imunitas nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikrob tertentu, dan siap berfungsi sejak lahir, serta merupakan pertahanan terdepan
dalam menghadapi serangan berbagai mikrob; dan imunitas yang didapat adaptive immunity yang juga disebut sebagai imunitas spesifik, mempunyai
kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya dan siap menyerang benda asing tersebut pada penyerangan berikutnya sel-sel memori.
Molekul-molekul yang penting di antaranya lysozyme, superoksida, protein fase akut, interferon, komplemen, properdin, lisin, dan agglutinin adalah parameter-
parameter imunitas alami dan telah digunakan sebagai indikator respons stres hewan akuatik dan resistensi terhadap penyakit. Sel-sel dan molekul-molekul
penting pada sistem imun yang didapat di antaranya adalah reseptor sel-T dan immunoglobulin Ig.
Peningkatan daya tahan tubuh ikan melalui perbaikan formulasi pakan dengan penambahan bahan-bahan tertentu dapat meningkatkan sistem imun
sehingga ikan lebih tahan terhadap serangan penyakit dan produksi akuakultur dapat meningkat Gatlin 2002. Pakan yang mengandung Se penting untuk suatu
respons imun optimum, walaupun mekanisme-mekanisme keperluan ini tidak selalu dimengerti secara lengkap Arthur et al. 2003. Selanjutnya dikatakan
bahwa Se mempengaruhi sistem imun alami maupun sistem imun yang didapat. Stres dapat mempengaruhi fungsi tiroid melalui penekanan metabolisme
hormon tiroid. Timus mengandung aktivitas iodotironin deiodinase tipe 2 yang umumnya membatasi jaringan-jaringan yang membutuhkan produksi lokal
triiodotironin T3 dari tiroksin T4 untuk aktivitas optimal Arthur et al. 2003. Selanjutnya dikatakan bahwa beberapa penurunan aktivitas deiodinase tipe 2 pada
defisiensi Se dapat berpengaruh pada sistem imun. Satu dari banyak penelitian yang mempelajari hubungan antara Se dan
sistem imun adalah pengaruh mikronutrien ini pada fungsi neutrofil. Neutrofil-
neutrofil menghasilkan radikal-radikal derivat superoksida untuk mengambil bagian dalam membunuh mikrob-mikrob. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
neutrofil dari tikus dan sapi yang kekurangan Se dapat memakan patogen secara in vitro, tetapi sedikit yang dapat membunuhnya, dibandingkan dengan neutrofil-
neutrofil yang berasal dari hewan-hewan yang cukup Se Arthur et al. 2003. Brown dan Arthur 2001 menyatakan bahwa pengaruh defisiensi Se dapat
menyebabkan berkurangnya jumlah sel T, merusak proliferasi limfosit dan responsiveness.
2.7 Pengaruh Se pada pertumbuhan dan daya tahan tubuh
Penelitian tentang pengaruh Se pada pertumbuhan dan daya tahan tubuh ikan telah banyak dilakukan dengan hasil yang bervariasi. Pada hybrid striped
bass, penambahan Se dengan konsentrasi dan sumber yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada pertambahan bobot, laju pertumbuhan bobot
spesifik, faktor kondisi, aktivitas lysozyme, dan aktivitas glutation peroksidase hati, dengan perlakuan terbaik didapatkan pada penambahan 0,2 mg Sekg pakan
dari sumber organik selplex Cotter et al. 2008. Dengan pemberian Se pakan yang meningkat dari 0 sampai 5 mgkg pakan
menunjukkan bahwa pertumbuhan dan efisiensi pakan juvenil kerapu malabar meningkat sampai dengan titik optimum kemudian menurun kembali Lin
Shiau 2005. Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa berdasarkan pertambahan bobot dan regresi linear, retensi Se keseluruhan tubuh menunjukkan
bahwa kebutuhan Se untuk ikan kerapu malabar ini adalah 0,7 mgkg pakan dalam bentuk selenometionin.
Penelitian tentang pengaruh Se pakan pada stres oksidatif juvenil kerapu malabar E. malabaricus yang memakan Cu dengan konsentrasi yang tinggi
menunjukkan bahwa konsumsi Cu pada konsentrasi tinggi menyebabkan stres oksidatif dan menurunkan respons imun Lin Shiau 2007. Selanjutnya
didapatkan bahwa penambahan Se dalam pakan dengan konsentrasi yang tinggi 2 kali kebutuhan menurunkan stres oksidatif dan meningkatkan respons imun ikan.
Hasil penelitian lain oleh Lin dan Shiau 2009 menunjukkan bahwa pada kadar vitamin E yang rendah, peningkatan kandungan Se di pakan sampai dengan
1,6 mgkg meningkatkan pertambahan bobot dan efisiensi pakan, tetapi nilainya makin menurun pada kadar vitamin E sedang dan tinggi, pada juvenil kerapu
malabar. Hasil lain menunjukkan bahwa nilai thiobarbituric acid reactive substance TBARS makin menurun dengan makin meningkatnya kandungan Se
pada ketiga kelompok pemberian vitamin E rendah, sedang, dan tinggi. Telah diketahui bahwa TBARS yang tinggi menunjukkan stres oksidatif yang tinggi
pula. Hasil berbeda ditemukan oleh Rider et al. 2009 pada ikan rainbow trout
O. mykiss, yang mendapatkan bahwa pemberian pakan dengan kandungan Se 2, 4, dan 8 mg Sekg dalam bentuk Se-yeast dan sodium selenite tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata pada laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan, rasio efisiensi protein, dan beberapa parameter imun hematokrit, aktivitas
lysozyme, dan aktivitas respiratory burst ikan. Skema hubungan antara selenium dan pertumbuhan melalui jalur hormon
tiroid dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pengaruh selenium pada pertumbuhan melalui jalur hormon tiroid Susanto 2000
2.8 Stres
Stres didefinisikan sebagai respons nonspefisik oleh tubuh terhadap berbagai kebutuhan yang diakibatkan oleh stres itu, sedangkan stressor
didefinisikan sebagai faktor lingkungan yang menimbulkan stres Selye 1973.