2.9. Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat ditarik benang merah sebagai kerangka pemikiran teoritis. Teori pasar efisien adalah suatu teori yang
ditemukan oleh Fama pada tahun 1970. Menurut Tandelilin 2010 teori tersebut mengungkapkan bahwa pasar yang efisien adalah pasar dimana semua
harga sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia baik informasi dimasa lalu, informasi saat ini maupun informasi
yang bersifat pendapat atau opini rasional yang bisa mempengaruhi harga saham. Fama mengklasifikasikan bentuk pasar efisien menjadi 3 Efficient
Market Hypothesis EMH yaitu efisien dalam bentuk lemah, semi kuat dan kuat. Sejak dikemukakan teori pasar efisien banyak dilakukan penelitian di
berbagai pasar modal Internasional maupun pasar modal Indonesia untuk membuktikan keabsahan hal tersebut.
Banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan apakah pasar dalam keadaan efisien. Beberapa penelitian mengungkap adanya penyimpangan
terhadap teori pasar efisien. Hal tersebut lazim disebut anomali pasar efisien. Ada empat jenis anomali pasar menurut Levy 1996; dalam Gumanti, 2002,
yaitu Anomali peristiwa, anomali musiman, anomali perusahaan dan anomali akuntansi. Menurut Berument 2001 anomali musiman erat kaitannya dengan
waktu banyak didokumantasikan selama 2 dekade terakhir Day of The Week Effect dan January Effect keduanya diproksikan dalam return harian pada
setiap hari perdagangan, berarti masih banyak peneliti yang ingin mengungkapkan kebenaran atas anomali musiman tersebut.
Teori pasar efisien tidak membenarkan adanya return yang berbeda dalam setiap hari perdagangan. Dalam Day of The Week Effect diungkapkan bahwa
return terendah terdapat pada hari Senin Monday Effect dan return tertinggi pada hari Jumat Week-end Effect. Fenomena Monday Effect akan disertai oleh
fenomena lain. Maksudnya terdapat pola tertentu yang dihasilkan oleh adanya Monday Effect. Fenomena tersebut yaitu Week Four Effect dan Rogalski Effect.
Berbagai penelitian telah dilakukan hasilnya terdapat inkonsistensi hasil penelitian. Beberapa peneliti mengungkap ada pengaruh hari perdagangan
terhadap return saham. Penelitian lain justru mengungkapkan hasil yang bertolak belakang yakni tidak ada pengaruh hari perdagangan dengan return
saham. Penelitian berkaitan dengan return yang paling sering ditemui adalah fenomena Monday Effect. Fenomena tersebut akan diikuti oleh fenomena yang
menyertai Monday Effect yaitu Week Four Effect dan Rogalski Effect. Penelitian mengenai Week Four Effect menunjukkan hasil yang tidak
konsisten di pasar modal Indonesia. Beberapa mengungkap eksistensi Week Four Effect ada pula yang tidak menemukan hal tersebut di Bursa Efek
Indonesia. Begitu pula fenomena Rogalski Effect hasil penelitian telah banyak dilakukan masih terdapat ketidaksamaan
hasil penelitian. Beberapa mengungkap kebenaran atas anomali itu beberapa yang lain menemukan
ketidakhadiran fenomena Rogalski Effect.
Secara lebih singkat kerangka berfikir pada penelitian ini adalah adanya inkonsistensi hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa hari
perdagangan berpengaruh terhadap return saham harian, selain itu banyak ditemukan pula perbedaan hasil penelitian bahwa return Senin negatif hanya
terdapat pada minggu keempat dan kelima pada setiap bulannya week four effect serta tidak konsistennya hasil penelitian bahwa return hari Senin pada
bulan April cenderung lebih tinggi dibanding bulan lainnya Rogalski Effect.
2.10. Pengembangan hipotesis