Analisis Monday Effect dan Rogalski Effect Terhadap Return Saham Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012-2013

(1)

SKRIPSI

ANALISIS MONDAY EFFECT DAN ROGALSKI EFFECT

TERHADAP RETURN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2012-2013

OLEH

SUSETRIANI PUTRI FERBINA APRILIANTY SEMBIRING NIM. 110501081

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji dan menganalisis terjadinya Monday effect dan Rogalski effect pada return saham di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Purposive Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar sebagai Indeks LQ-45 periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013.

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan return setiap hari perdagangan adalah metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif untuk menggambarkan rata-ratareturn saham harian dan return saham bulanan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan Uji Kruskal-Wallis, Uji Tau-Kendall, dan Uji Wilcoxon.

Hasil uji hipotesis 1 dan hipotesis 2 dengan menggunakan Uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat efek hari perdagangan dan Monday effect

pada Indeks LQ-45 periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013. Hasil uji hipotesis 3 dengan menggunakan Uji Tau-Kendall menunjukkan tidak terdapat hubungan korelasi antara Monday effect dan bad Friday pada Indeks LQ-45 periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013. Hasil uji hipotesis 4 dengan

Uji Wilcoxon menunjukkan tidak terjadi fenomena Rogalski effect pada Indeks LQ-45 periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013.

Kata Kunci: return saham, efek hari perdagangan, Monday effect, Rogalski effect,


(3)

ABSTRACT

This research aims to test and analyze the Monday effect and Rogalski effect on stock return in Indonesia Stock Exchange. The applied sampling method is purposive sampling. The sample in this research is companies registered as LQ-45 Index during January 2012 up to December 2013.

The analysis method applied to analyze the influence factors of return on the trading days is descriptive analysis. The descriptive analysis method is used to depict the daily average of stock returns and monthly stock returns. The hypothesis was tested by Kruskal Wallis Test, Kendall’s Tau, and Wilcoxon Test.

The result of hypothesis 1 and hypothesis 2 tests using Kruskal Wallis Test indicates that there is day of the week effect and Monday effect on LQ-45 Index during January 2012 – December 2013. The result of hypothesis 3 test using Kendall’s Tau Test indicates that there is not a correlation between Monday effect and bad Friday on LQ-45 Index during January 2012 – December 2013. The result of hypothesis 4 test by Wilcoxon Test indicates that there is not Rogalski effect phenomenon on LQ-45 Index during January 2012 – December 2013.

Keyword: stock returns, day of the week effect, Monday effect, Rogalski effect,


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul ‘Analisis Monday effect dan Rogalski effect Terhadap Return

Saham Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012-2013” sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantu selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini baik berupa bimbingan, saran dan atau dorongan moril, yaitu:

1. Kedua orangtua terkasih Ayahanda Alm. Robert Sembiring dan Ibunda Ervina Liliani Br. Sitepu juga kepada Adik tersayang Unita Hizkia.

2. Bapak Alm. Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara hingga tahun 2012.

3. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen dan selaku selaku Dosen Penguji 1 yang memberikan dukungan dan saran dalam memperbaiki skripsi ini dan Bapak Syahrir Hakim Nasution, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Bapak Irsyad Lubis, SE, M. Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi dan Bapak Paidi Hidayat, Se, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Penguji 2 yang memberikan dukungan dan saran dalam memperbaiki skripsi ini.

6. Bapak Syarief Fauzie, SE, AK, M.,Ak selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan selama masa perkuliahan dan telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan, saran serta bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan. 8. Teman-teman terdekat Yolita, Tinny, Syella Dwitami Suhaedi, Siska Hakim,

F.A. Minori C.W., Desy N. Sihotang, Christine Sera, Adelisca Meutia, Rika Rangkuti, Unita Dippo, Rani dan teman-teman angkatan 2011 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan saran dan dorongan moril untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk skripsi ini. Penulis juga mengharapkan adanya manfaat pengetahuan yang diperoleh pembaca dan peneliti selanjutnya.


(6)

Medan, Agustus 2014

Penulis

Susetriani P. F. A. S


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal ... 8

2.2. Return Saham ... 9

2.3. Resiko Saham ... 10

2.4. Pasar Efisien ... 12

2.5. Anomali Pasar ... 18

2.5.1. Day of The Week Effect ... 18

2.5.2. Monday Effect ... 19


(8)

2.6. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 22

2.7. Indeks LQ-45 ... 22

2.8. Penelitian Terdahulu ... 23

2.9. Kerangka Konseptual ... 28

2.10. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Ruang Lingkup Penelitian ... 32

3.3. Batasan Operasional ... 32

3.4. Definisi Operasional ... 33

3.5. Skala Pengukuran Variabel ... 35

3.5.1. Return Saham ... 35

3.5.2. Day of The Week Effect ... 35

3.5.3. Monday Effect ... 36

3.5.4. Rogalski Effect ... 37

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.7. Jenis Data ... 39

3.8. Metode Pengumpulan Data ... 40

3.9. Teknik Analisis ... 40

3.9.1. Analisis Deskriptif ... 40

3.9.2. Uji Normalitas ... 40


(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Deskriptif ... 44

4.2. Uji Normalitas ... 50

4.3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 51

4.3.1. Pengujian Hipotesis 1 ... 51

4.3.2. Pengujian Hipotesis 2 ... 52

4.3.3. Pengujian Hipotesis 3 ... 52

4.3.4. Pengujian Hipotesis 4 ... 53

4.4. Pembahasan Hasil Analisis Penelitian ... 54

4.4.1. Day of The Week Effect ... 54

4.4.2. Monday Effect ... 58

4.4.3. Monday Effect Didahului oleh Bad Friday ... 60

4.4.4. Rogalski Effect ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 66

5.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... xii


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Bentuk Pasar Efisien ... 14

Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu... 27

Tabel 3.1. Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Sampel ... 38

Tabel 3.2. Sampel Penelitian ... 38

Tabel 4.1. Jenis Industri Perusahaan Sampel ... 44

Tabel 4.2. Analisis Deskriptif Return Saham Harian ... 45

Tabel 4.3. Analisis Deskriptif Return Saham Bulanan ... 44

Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Sampel ... 50

Tabel 4.5. Hasil Uji Kruskal Wallis ... 51

Tabel 4.6. Hasil Uji Tau-Kendall ... 53


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 30 Gambar 4.1. Fluktuasi Rata-Rata Return Saham Harian ... 46 Gambar 4.2. Fluktuasi Rata-Rata Return Saham Bulanan ... 48


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji dan menganalisis terjadinya Monday effect dan Rogalski effect pada return saham di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Purposive Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar sebagai Indeks LQ-45 periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013.

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan return setiap hari perdagangan adalah metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif untuk menggambarkan rata-ratareturn saham harian dan return saham bulanan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan Uji Kruskal-Wallis, Uji Tau-Kendall, dan Uji Wilcoxon.

Hasil uji hipotesis 1 dan hipotesis 2 dengan menggunakan Uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat efek hari perdagangan dan Monday effect

pada Indeks LQ-45 periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013. Hasil uji hipotesis 3 dengan menggunakan Uji Tau-Kendall menunjukkan tidak terdapat hubungan korelasi antara Monday effect dan bad Friday pada Indeks LQ-45 periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013. Hasil uji hipotesis 4 dengan

Uji Wilcoxon menunjukkan tidak terjadi fenomena Rogalski effect pada Indeks LQ-45 periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013.

Kata Kunci: return saham, efek hari perdagangan, Monday effect, Rogalski effect,


(13)

ABSTRACT

This research aims to test and analyze the Monday effect and Rogalski effect on stock return in Indonesia Stock Exchange. The applied sampling method is purposive sampling. The sample in this research is companies registered as LQ-45 Index during January 2012 up to December 2013.

The analysis method applied to analyze the influence factors of return on the trading days is descriptive analysis. The descriptive analysis method is used to depict the daily average of stock returns and monthly stock returns. The hypothesis was tested by Kruskal Wallis Test, Kendall’s Tau, and Wilcoxon Test.

The result of hypothesis 1 and hypothesis 2 tests using Kruskal Wallis Test indicates that there is day of the week effect and Monday effect on LQ-45 Index during January 2012 – December 2013. The result of hypothesis 3 test using Kendall’s Tau Test indicates that there is not a correlation between Monday effect and bad Friday on LQ-45 Index during January 2012 – December 2013. The result of hypothesis 4 test by Wilcoxon Test indicates that there is not Rogalski effect phenomenon on LQ-45 Index during January 2012 – December 2013.

Keyword: stock returns, day of the week effect, Monday effect, Rogalski effect,


(14)

BAB I PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang

Pasar modal merupakan suatu pasar yang memiliki berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, otoritas publik maupun perusahaan swasta. Melalui pasar modal, perusahaan yang membutuhkan dana dapat menerbitkan sekuritas sesuai dengan modal atau dana yang dibutuhkan untuk kelangsungan usaha dalam jangka panjang. Dilain pihak, pasar modal merupakan wadah alternatif bagi para investor untuk menempatkan dananya (melakukan investasi) dengan tujuan untuk memperoleh return. Dalam usaha untuk mendapatkan return yang optimal maka seorang investor diharuskan untuk senantiasa mengikuti perkembangan pasar dan memiliki informasi yang memadai dan relevan, khususnya mengenai perkembangan serta dinamika harga saham. Suatu informasi akan dikatakan relevan bagi investor apabila informasi tersebut mampu memberikan influence kepada investor dalam pengambilan keputusan untuk melakukan transaksi di pasar modal yang tercermin pada perubahan harga sekuritas.

Salah satu penyebab timbulnya resiko bagi para investor adalah akibat masuknya beberapa informasi ke dalam pasar karena informasi tersebut dapat merubah harga saham, baik itu informasi yang dapat dipertanggungjawabkan maupun yang bersifat rumor. Informasi tersebut dapat berupa informasi dari luar


(15)

ketidakpastian dunia usaha. Dari informasi tersebut, investor juga akan mengetahui kapan harus membeli ataupun menjual saham, maka pasar modal yang efisien adalah pasar yang memiliki informasi yang relevan.

Semenjak Fama (1970) mengemukakan hipotesis pasar efisien (Efficient Market Hypothesis) banyak para peneliti didunia yang mencoba untuk membuktikan hipotesis tersebut yang menyebabkan pro dan kontra. Pasar yang efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia, baik informasi di masa lalu (misalnya laba perusahaan tahun lalu), informasi saat ini (misalnya rencana kenaikan deviden tahun ini) maupun informasi yang bersifat pendapat atau opini rasional yang beredar di pasar yang bisa mempengaruhi perubahan harga (Tandelilin : 112).

Namun demikian dalam pelaksanaannya banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan ketidakteraturan dimana harga yang terjadi hari ini tidak tergantung kepada perubahan harga yang terjadi di waktu yang lalu. Informasi baru yang random menyebabkan perubahan harga secara random pula. Ketidakteraturan yang disebabkan oleh penyimpangan-penyimpangan terhadap hipotesis efisiensi pasar di dunia investasi disebut anomali pasar. Dalam keadaan anomali pasar, hasil yang ditimbulkan akan berlawanan dengan hasil yang diharapkan pada posisi pasar yang efisien.

Perdebatan mengenai pasar yang efisien banyak terjadi sampai saat ini, dimana beberapa peneliti dapat membuktikan konsep pasar yang efisien dan dilain pihak, beberapa peneliti lain menemukan adanya anomali pasar. Anomali pasar


(16)

tersebut antara lain adalah day of the week effect, Monday effect, weekend effect, January effect, dan Rogalski effect.

Monday effect adalah fenomena dimana return saham pada hari Senin, secara signifikan lebih rendah dari return pada hari lain dalam seminggu. Hal ini dibuktikan oleh French (1980), Gibbsons dan Hess (1981), Rogalski (1984), dan Keim dan Stambaugh (1984) dalam Ulussever, Ibrahim dan Muhsin (2011) yang telah menemukan fenomena Monday effect di dalam pasar modal Amerika Serikat. Abraham dan Ikenberry (1994) dalam Thadete (2013) menemukan bahwa keseluruhan rata-rata return hari Senin adalah negatif, dan secara substansial merupakan konsekuensi dari informasi yang diumumkan pada sesi perdagangan sebelumnya. Tekanan penjualan dari investor individu pada hari Senin secara substansial lebih tinggi jika didahului oleh hari Jumat yang memiliki return

negatif (bad Friday). Mills dan Coutts (1995) dalam Rita (2009) melakukan penelitian di luar pasar modal Amerika Serikat dan mereka menemukan adanya

Monday effect pada saham pasar modal tersebut dan begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Berument dan Kiymaz (2001) yang menunjukkan bahwa terdapat Monday effect di pasar modal dengan model GARCH. Tapi lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Fortune (1998), Mehdian dan Perry (2001), dan Coutts dan Hayes (1999) dalam Ulussever, Guran Yumusak dan Kar (2011) yang menunjukkan bahwa Monday effect tidak berpengaruh secara signifikan.

Di Indonesia, fenomena Monday effect ditunjukkan oleh Tandelilin dan Algifari (1999) dan Cahyaningdyah (2005) dalam Rita (2009) yang menemukan return hari Senin adalah negatif. Dan sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh


(17)

Manurung (2001) dalam Thadete (2013) dengan menggunakan model yang dipakai French (1980) dengan proxy Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan periode penelitian Januari 1993 sampai Oktober 2000 secara keseluruhan tidak dapat menemukan adanya Monday effect di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Rogalski (1984) tertarik dengan adanya hubungan antara day of the week effect dengan January effect. Dimana Rogalski menemukan fenomena rata-rata

return Senin bulan Januari adalah positif, sedangkan rata-rata return bulan lainnya adalah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa Monday effect menghilang pada bulan Januari, fenomena ini disebut Rogalski effect.

Terdapatnya perdebatan tentang pasar yang efisien dan hasil yang sangat beragam dari penelitian-penelitian terdahulu. Disatu sisi terdapat banyak penelitian memberikan bukti empiris yang mendukung konsep pasar yang efisien. Namun disisi lain muncul sejumlah penelitian yang membuktikan adanya anomali pasar yang merupakan penyimpangan yang terjadi terhadap hipotesis pasar yang efisien. Perdebatan tersebut membuat fenomena ini menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut dengan menggunakan data terbaru dari perusahaan yang terdaftar sebagai Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode 2012-201. Oleh karena alasan itulah, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“ANALISIS MONDAY EFFECT DAN ROGALSKI EFFECT TERHADAP

RETURN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE


(18)

2.2. Perumusan Masalah

Penelitian mengenai Monday effect dan Rogalski effect terhadap return

saham telah beberapa kali dilakukan baik di luar negeri maupun di Indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia masih sangat beragam. Iramani dan Mahdi (2006) melakukan penelitian di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hari perdagangan berpengaruh signifikan terhadap return saham harian, dimana return tertinggi terjadi pada hari Selasa dan

return terendah terjadi pada hari Senin. Hal ini membuktikan secara empiris bahwa Monday effect juga terjadi di Bursa Efek Jakarta namun dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya fenomena Rogalski effect. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Rita (2009) yang menemukan adanya fenomena Monday effect dan

Rogalski effect dalam penelitian yang dilakukan pada saham yang termasuk ke dalam Indeks LQ-45. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pandiangan (2009) yang menemukan tidak adanya efek hari perdagangan di Bursa Efek Jakarta dimana tidak terdapat perbedaan return saham setiap harinya. Hasil tersebut membuktikan bahwa fenomena Monday effect tidak terjadi serta fenomena Rogalski effect juga tidak ditemukan dalam penelitian ini.

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah efek hari perdagangan (day of the week effect) berpengaruh terhadap

return Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah terjadi Monday effect pada perdagangan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia?


(19)

3. Apakah Monday effect didahului oleh adanya return Jumat yang negatif (bad Friday) pada perdagangan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah terjadi Rogalski effect pada perdagangan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia?

2.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan menganalisis:

1. Pengaruh hari perdagangan (day of the week effect) terhadap return Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

2. Pengaruh Monday effect pada perdagangan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

3. Monday effect didahului oleh adanya return Jumat yang negatif (bad Friday) pada perdagangan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

4. Pengaruh Rogalski effect pada perdagangan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

2.4. Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai Monday effect dan Rogalski effect terhadap return saham diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi calon investor, investor dan analisis keuangan

Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan strategi investasi yang efektif dalam memprediksi harga saham di masa yang akan datang dan


(20)

menetapkan keputusan investasi pada sekuritas saham serta dapat mengetahui

timing yang baik dalam membeli ataupun menjual saham. 2. Bagi emiten

Sebagai masukan dalam mempertimbangkan penetapan keputusan yang berkaitan dengan harga saham pada pasar modal di Indonesia.

3. Bagi akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dukungan empiris berkaitan dengan penelitian sejenis.

4. Bagi peneliti

Sebagai bahan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang return


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasar Modal

Pasar modal secara umum dapat diartikan sebagai pasar yang memperjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstrak (Tandelilin, 2001: 25). Sedangkan menurut Sharpe, Alexander dan Bailey (2005: 9), pasar modal merupakan suatu pasar yang melibatkan aset keuangan yang jangka waktunya lebih dari satu tahun.

Secara umum pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang atau modal dimana utang atau modal ini bisa diterbitkan oleh pemerintah, otoritas publik maupun pihak swasta dan pasar modal juga sebagai tempat bertemunya pihak yang memiliki dana lebih (lender) dengan pihak yang memerlukan dana jangka panjang tersebut (borrower).

Pasar modal memiliki dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi dari pasar modal adalah dengan menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower maka akan memberikan manfaat bagi kedua pihak. Manfaat bagi seseorang yang menginvestasikan dananya (lender) adalah suatu keuntungan atau return sedangkan bagi borrower

dengan adanya dana dari luar dapat digunakan untuk kegiatan dalam rangka pengembangan usahanya tanpa menunggu dana dari hasil operasi perusahaannya. Sedangkan fungsi keuangan dari pasar modal adalah sebagai cara untuk


(22)

menyediakan dana yang diperlukan oleh borrower dari para lender tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil.

2.2. Return Saham

Sebenarnya yang diperjualbelikan dalam pasar modal ialah lembar-lembar surat berharga. Surat berharga tersebut dipergunakan sebagai alat untuk menginvestasikan kelebihan dana yang dimiliki oleh seseorang (calon investor) dengan tujuan untuk memperoleh return. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Hartono, 2013: 235). Hasil tersebut merupakan keuntungan yang diperoleh investor atas kepemilikan sahamnya.

Return dapat berupa return yang terjadi (realized return) dan return yang diharapkan (expected return). Realized return merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis serta biasanya realized return ini digunakan untuk menghitung expected return dimasa yang akan datang. Realized return

sangat penting karena dapat mengukur kinerja perusahaan dari penciptaan nilai perusahaan tersebut. Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah realized return yang memiliki perhitungan sistematis sebagai berikut:

=

�����−�����−1 �����−1

Dimana:

IHSIt = Harga saham harian pada hari ke t


(23)

Dimana capital gain tercipta apabila IHSIt > IHSIt-1 yang berarti adanya

return positif dan capital loss tercipta apabila IHSIt < IHSIt-1 yang berarti return

negatif terjadi dan menyebabkan kerugian modal.

2.3. Resiko Saham

Untuk mendapatkan return positif ataupun keuntungan maka seorang investor harus memperhitungkan resiko. Resiko merupakan kemungkinan perbedaan antara realized return dengan expected return. Ada beberapa sumber resiko yang bisa mempengaruhi besarnya resiko suatu investasi. Sumber- sumber tersebut antara lain (Tandelilin, 2001: 48 - 50):

a. Resiko Suku Bunga

Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik,

cateris paribus. b. Resiko Pasar

Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return

suatu investasi disebut sebagai resiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, ataupun perubahan politik.

c. Resiko Inflasi

Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karenanya, resiko inflasi juga bisa disebut sebagai resiko


(24)

daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya.

d. Resiko Bisnis

Resiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri disebut sebagai resiko bisnis. Misalnya perusahaan pakaian jadi yang bergerak pada industri tekstil, akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil itu sendiri. e. Resiko Finansial

Resiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan utang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan perusahaan, semakin besar resiko finansial yang dihadapi perusahaan.

f. Resiko Likuiditas

Resiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin liquid sekuritas tersebut, demikian sebaliknya.

g. Resiko Nilai Tukar Mata Uang

Resiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara lainnya. Resiko ini juga dikenal sebagai resiko mata uang (currency risk) atau resiko nilai tukar (exchange rate risk).


(25)

h. Resiko Negara (Country Risk)

Resiko ini juga disebut sebagai resiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk menghindari resiko negara yang terlalu tinggi.

2.4. Pasar Efisien

Perubahan harga terdahulu tidak selamanya dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan harga dimasa yang akan datang, terlebih lagi jika kita mengikuti pola random walk (harga berubah secara acak tergantung pada perubahan faktor – faktor yang mempengaruhinya secara acak pula). Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Maurice Kendall pada tahun 1953 dalam Samsul (2006: 269) menyatakan bahwa pola harga saham tidak dapat diprediksi (unpredictable) karena bergerak secara acak (random walk). Oleh karena itu, penaksiran harga lebih didasarkan pada semua informasi yang relevan terhadap penilaiannya. Jika suatu informasi yang baru yang relevan masuk ke pasar yang berhubungan dengan suatu aktiva maka informasi ini akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai dari aktiva yang bersangkutan. Akibatnya adalah kemungkinan pergeseran ke harga ekuilibrium yang baru. Harga ekuilibrium ini akan tetap bertahan sampai suatu informasi yang lainnya merubahnya kembali ke harga ekuilibrium yang baru.

Menurut Kamaruddin (2004: 226) Informasi disini didefinisikan sebagai serangkaian pesan yang mungkin dapat digunakan oleh penerimanya untuk


(26)

melakukan suatu tindakan mengubah bagi kesejahteraannya dan fungsi informasi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan penerimanya untuk melakukan tindakan yang bersifat kritis, memperoleh nilai tertentu dari perubahan pesan-pesannya dan mendapatkan nilai positif dari pesan-pesan yang berkorelasi.

Menurut Robert Ang. (1997) dalam Anoraga (2001: 89), informasi merupakan kunci sukses berinvestasi di pasar modal. Beberapa pertimbangan penting mengenai informasi di pasar modal meliputi faktor-faktor seperti kualitas informasi, jenis informasi, kecepatan informasi dan volume informasi.

Hartono (2013: 548 – 553) mengungkapkan bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari ketersediaan informasinya saja (informationally efficient market) atau efisiensi pasar dapat pula ditinjau tidak dari ketersediaan informasi saja tetapi juga dapat dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia (decisionally efficient market).

Fama (1970) pertama kali mengemukakan konsep pasar yang efisien (Efficient Market Hypothesis), dimana Fama mendefinisikan bahwa suatu pasar dikatakan efisien jika harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang ada. Dari sini ditekankan dua aspek yaitu fully reflect dan information available.

Fully reflect berarti harga sekuritas secara akurat menggambarkan informasi di pasar dan information available berarti apabila menggunakan informasi yang tersedia maka investor secara akurat dapat mengekspektasikan harga sekuritas yang bersangkutan. Fama mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien menjadi tiga bentuk hipotesis pasar yang efisien, yaitu efisien dalam bentuk lemah (weak


(27)

form), efisien dalam bentuk setengah kuat (semi strong form) dan efisien dalam bentuk kuat (strong form).

Tabel 2.1 Bentuk Pasar Efisien (Sharpe, Alexander, dan Bailey, 1999: 93)

Bentuk Pasar Efisien Informasi yang tercermin

Weak Harga sekuritas yang sebelumnya

Semistrong Semua informasi yang dipublikasikan

Strong Semua informasi baik publik maupun private

Adapun penjelasan lengkap dari ketiga bentuk hipotesis pasar yang efisien adalah sebagai berikut:

1. The Week Efficient Market Hypothesis

Efisiensi pasar dikatakan lemah (weak form) karena dalam proses pengambilan keputusan jual-beli saham investor menggunakan data harga dan volume masa lalu. Berdasarkan harga dan volume masa lalu tersebut berbagai model analisis teknis digunakan untuk menentukan arah harga apakah akan naik atau akan turun. Apabila arah harga saham akan naik, maka diputuskan untuk membeli. Apabila arah harga akan turun, maka diputuskan untuk menjual. Jadi, harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully effect) dari informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory). Maka kelemahan dari teori ini mengabaikan variabel lain yang mempengaruhi harga saham di masa datang, sehingga kesalahan estimasi sering terjadi.


(28)

2. The Semistrong Efficient Market Hypothesis

Efisiensi pasar dikatakan setengah kuat (semistrong form) karena dalam proses pengambilan keputusan jual-beli saham investor menggunakan data harga masa lalu, volume masa lalu, dan semua informasi yang dipublikasikan seperti laporan keuangan, laporan tahunan, pengumuman Bursa, informasi keuangan internasional, peraturan perundangan pemerintah, peristiwa politik, peristiwa hukum, peristiwa sosial, dan lain sebagainya yang dapat mempengaruhi perekonomian nasional. Jadi, harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available). Dalam hal ini berarti investor menggunakan gabungan antara analisis teknis dengan analisis fundamental dalam proses menghitung nilai saham, yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam tawaran harga beli dan harga jual.

3. The Strong Efficient Market Hypothesis

Efisiensi pasar dikatakan kuat (strong form) karena investor menggunakan data yang lebih lengkap yaitu, harga masa lalu, volume masa lalu, informasi yang dipublikasikan, dan informasi privat yang tidak dipublikasikan secara umum. Contoh informasi privat adalah hasil riset yang diterbitkan sendiri oleh unit kerja riset yang ada dalam perusahaan atau dibeli dari lembaga riset lainnya. Jadi, harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi privat. Penghitungan harga estimasi dengan menggunakan informasi yang lebih lengkap ini diharapkan


(29)

akan menghasilkan keputusan jual-beli saham yang lebih tepat dan return

yang lebih tinggi.

Ada beberapa kondisi yang harus terpenuhi untuk tercapainya pasar yang efisien, yaitu (Tandelilin, 2001: 113):

1. Ada banyak investor yang rasional dan berusaha untuk memaksimalkan profit. Investor-investor tersebut secara aktif berpartisipasi di pasar dengan menganalisis, menilai dan melakukan perdagangan saham. Di samping itu mereka juga merupakan price taker, sehingga tindakan dari suatu investor saja tidak akan mampu mempengaruhi harga dari sekuritas.

2. Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama dengan cara yang murah dan mudah.

3. Informasi yang terjadi bersifat random.

4. Investor bereaksi secara cepat terhadap informasi baru, sehingga harga sekuritas akan berubah sesuai dengan perubahan nilai sebenarnya akibat informasi tersebut.

Ada juga faktor yang menyebabkan suatu pasar tidak efisien, yaitu (Hartono, 2013: 571 – 572):

1. Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi harga dari sekuritas.

2. Harga dari informasi adalah mahal dan terdapat akses yang tidak seragam antara pelaku pasar yang satu dengan yang lainnya terhadap suatu informasi yang sama.


(30)

3. Informasi yang disebarkan dapat diprediksi atau dicermat dengan baik oleh sebagian pelaku-pelaku pasar.

4. Investor adalah individual-individual yang lugas (naive investors) dan tidak canggih (unsophisticated investors). Naive investors adalah investor yang mempunyai kemampuan yang terbatas di dalam mengartikan dan menginterpretasikan informasi yang diterima. Dan karena para investor tidak canggih maka seringkali para investor melakukan keputusan yang salah.

Dengan mengetahui efisiensi pasar modal, kita dapat mengetahui hal berikut (Anoraga, 2001: 87):

1. Perkembangan ekonomi

Dengan adanya pasar modal yang efisien, pertumbuhan ekonomi akan lebih terjamin karena adanya pengalokasian dari sektor kurang produktif ke sektor yang lebih produktif.

2. Perkembangan pasar modal

Dengan mengetahui efisiensi pasar modal, para penentu kebijaksanaan dan pihak yang menaruh kepentingan (investor) akan lebih dapat mengambil langkah-langkah perbaikan.

3. Perkembangan perusahaan/emiten

Dengan mengetahui efisiensi pasar modal pengadaan sebuah perusahaan menjadi lebih terarah dan usaha-usaha dapat dikembangkan dengan tersediamya dana lebih serta efisiensi dalam memilih investasi.


(31)

4. Perkembangan pemodal/investor

Dengan mengetahui efisiensi pasar modal, para pemodal/investor tidak akan ragu-ragu membeli saham dan instrumen lainnya di pasar modal.

2.5. Anomali Pasar

Anomali pasar merupakan kebalikan dari konsep pasar yang efisien. Anomali pasar terjadi karena adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi atau hal-hal yang seharusnya tidak terjadi dalam pasar efisien. Akibatnya terjadi hasil yang sangat berlawanan dengan yang diharapkan sebelumnya. Dengan kata lain suatu peristiwa dapat menyebabkan kemungkinan investor untuk mendapatkan abnormal return. Semua bentuk pasar efisien secara empiris terdapat adanya anomali pasar meskipun kebanyakan ditemukan pada bentuk pasar efisien semi-kuat (semi strong). Dalam teori keuangan, dikenal sedikitnya empat macam anomali pasar. Levy (1996: 356) dalam Gumanti dan Utami (2002) keempat anomali tersebut adalah anomali perusahaan (firm anomalies), anomali musiman (seasonal anomalies), anomali peristiwa atau kejadian (event anomalies), dan anomali akuntansi (accounting anomalies). Anomali musiman merupakan jenis anomali yang dipakai dalam penelitian ini.

2.5.1. Day of The Week Effect

Hari perdagangan dalam dunia pasar modal dilakukan mulai hari Senin sampai dengan hari Jumat. Dalam hal ini terjadi perbedaan return antara hari-hari perdagangan dalam seminggu secara signifikan (Berument H., Kiymaz H., 2001). Fenomena ini merupakan salah satu bentuk penyimpangan konsep pasar efisien


(32)

yang disebut Efek Hari Perdagangan (day of the week effect) dimana seharusnya dalam konsep pasar yang efisien return harian rata-rata yang diperoleh suatu saham adalah sama dan tidak berbeda secara signifikan pada hari perdagangan berbeda (Fama, 1970). Namun karena terjadi penyimpangan yang disebabkan oleh perilaku investor yang berbeda-beda maka menyebabkan terjadinya anomali pasar dimana dalam anomali pasar, informasi yang baru tidak dapat secara cepat dan akurat mempengaruhi harga saham karena informasi tersebut bisa saja hanya sebuah isu kosong dan tidak benar sehingga menyebabkan investor bertindak berbeda. Perbedaan perilaku investor tersebut menyebabkan transaksi yang dilakukan juga berbeda setiap harinya tergantung bagaimana investor tersebut menyikapi informasi yang mereka terima dan perbedaan kegiatan transaksi yang secara random tersebut menyebabkan harga saham juga berbeda setiap harinya sehingga return rata-rata yang diperoleh berbeda secara signifikan setiap harinya.

2.5.2. Monday Effect

Monday Effect merupakan bagian dari day of the week effect. Monday effect adalah adanya fenomena dimana rata-rata return hari Senin bernilai negatif signifikan (Starks, 1986 dalam Latif, Arshad, Fatima dan Farooq, 2011). Dalam hal ini berarti return selain hari Senin akan bernilai positif. Ada suatu fenomena dimana Monday effect didahului oleh return negatif pada hari Jumat sebelumnya (bad Friday).

Berbagai hasil penelitian tentang pola perubahan return di pasar modal sangat beragam sekali dimana pola semacam ini pertama kali diungkapkan oleh Cross (1973) yang mengamati return S&P (Standard and Poor’s composite


(33)

portfolio) 500 Index periode 1953-1970. Temuan ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh French pada tahun 1980 dengan menggunakan data perusahaan yang sama namun periode yang lebih lama yaitu antara tahun 1953-1977. Dalam penelitian tersebut, French menemukan fenomena yang sama dimana

return rata-rata hari Senin yang negatif dan berbeda secara signifikan dengan hari-hari kerja pasar modal yang lain selama seminggu.

Penelitian yang sama juga dilakukan di New York Stock Exchange (NYSE) oleh Lakonishok dan Marbely pada tahun 1996. Dalam penelitian tersebut mereka menemukan adanya fenomena Monday effect di New York Stock Exchange (NYSE) dan mereka menduga bahwa return saham di NYSE dipengaruhi oleh pola aktivitas perdagangan harian yang dilakukan oleh investor individual, yang mengindikasi bahwa hasrat individual melakukan transaksi pada hari Senin cenderung lebih tinggi dari hari perdagangan lainnya. Tingginya aktivitas perdagangan hari Senin tersebut disebabkan karena keinginan investor individual untuk menjual saham lebih tinggi daripada keinginan investor individual untuk membeli saham sehingga harga saham cenderung rendah untuk perdagangan pada hari Senin dibandingkan dengan hari perdagangan lainnya. Selain di luar negeri fenomena Monday effect juga ditemukan di Indonesia. Hal ini dikemukan oleh Iramani dan Mahdi (2006) dengan judul penelitian “Studi Tentang Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return Saham pada BEJ” yang menemukan bahwa adanya efek hari perdagangan terhadap return saham harian pada Bursa Efek Jakarta tahun 2005. Dimana dalam penelitian ini ditemukan bahwa return hari Senin merupakan return terendah dan return tertinggi merupakan return pada hari


(34)

Selasa serta hal ini mengartikan bahwa terjadi Monday effect pada Bursa Efek Jakarta. Dan diketahui juga dari beberapa peneliti bahwa Monday effect terjadi karena adanya return yang negatif pada hari Jumat sebelumnya sehingga menyebabkan return pada hari Senin juga negatif. Selain penelitian-penelitian tersebut masih banyak penelitian lain yang menemukan dan membuktikan adanya fenomena Monday effect.

2.5.3. Rogalski Effect

Rogalski effect merupakan suatu fenomena dimana return negatif yang biasa terjadi pada hari senin (Monday effect) menghilang pada bulan tertentu. Fenomena ini ditemukan oleh seorang peneliti yang bernama Rogalski (1984). Dalam penelitiannya tersebut Rogalski menemukan adanya hubungan yang menarik antara fenomena day of the week effect dengan January effect, dimana ditemukan bahwa rata-rata return negatif pada hari Senin menghilang pada bulan Januari. Salah satu penelitian yang dilakukan di Indonesia yang membuktikan secara empiris terjadinya fenomena Rogalski effect adalah penelitian yang dilakukan oleh Rita pada tahun 2009 dengan judul penelitian “Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return Saham: Pengujian day of the week effect dan

Rogalski effect di BEI”. Dalam penelitiannya tersebut Rita menemukan adanya fenomena dimana return rata-rata negatif pada hari Senin menghilang pada bulan Januari. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena Monday effect tidak ada pada bulan Januari di Bursa Efek Indonesia, yang berarti di Indonesia juga terjadi fenomena Rogalski effect.


(35)

2.6. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia meliputi pergerakan-pergerakan harga untuk saham biasa dan saham preferen (Hartono, 2013: 125). Indeks Harga Saham Gabungan menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. IHSG pertama kali dikenal pada tanggal 1 April 1983 dan dimana jumlah saham yang tercatat pada saat itu hanya sebanyak 13 saham.

2.7. Indeks LQ-45

Indeks LQ-45 merupakan indeks yang terdiri dari 45 perusahaan/emiten dengan likuiditas (LiQuid) tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Menurut Hartono (2013: 130) pertimbangan-pertimbangan yang mendasari pemilihan saham yang masuk di Indeks LQ-45 adalah likuiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria sebagai berikut ini:

1. Selama 12 bulan terakhir, rata-rata transaksi sahamnya masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar reguler.

2. Selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar reguler.

3. Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3 bulan.

Indeks LQ-45 diperbarui tiap 6 bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus.


(36)

2.8. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan Monday Effect dan Rogalski Effect pernah dilakukan baik di luar negeri maupun Indonesia. Penelitian yang dilakukan di luar negeri seperti penelitian yang dilakukan oleh Cross (1973) yang merupakan penelitian yang pertama kali membahas masalah pola Monday Effect

dimana Cross (1973) pada saat itu mengamati return S&P (Standard and Poor’s composite portfolio) 500 Indeks dari tahun 1953-1970. Dalam penelitian tersebut Cross menemukan adanya return negatif pada hari Senin. Penelitian pada Indeks saham yang sama juga dilakukan oleh French (1980) yang berjudul “Stock Returns and The Weekend Effect”. Dalam penelitian tersebut French (1980) juga menemukan fenomena yang sama dengan menggunakan data yang sama namun periode pengamatan yang lebih lama yakni dari tahun 1953-1977 dimana terdapat

return rata-rata hari Senin yang negatif dan setiap hari perdagangan memiliki

return yang berbeda secara signifikan. Penelitian yang sama dilakukan lagi oleh Berument dan Kiymaz (2001) pada S&P 500 Indeks dengan periode yang sama seperti yang dilakukan oleh French. Perbedaannya dalam penelitian ini Berument dan Kiymaz (2001) menggunakan tiga metode, yaitu dengan return harian saham, volatilitas dan kemudian dengan metode GARCH dan pada ketiga metode tersebut ditemukan hasil yang sama dimana baik return maupun volatilitas pada hari Senin merupakan yang terendah dan yang tertinggi adalah pada hari Rabu. Sehingga disimpulkan bahwa Monday effect terjadi secara signifikan pada S&P 500 Indeks.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Richard Rogalski (1984) dimana dalam penelitian tersebut ditemukan adanya Monday effect yang disebabkan


(37)

karena tidak adanya hari perdagangan mulai dari penutupan pada hari Jumat sampai dengan pembukaan pada hari Senin dan selain itu, ditemukan juga adanya hubungan yang menarik antara day of the week effect dengan January effect. Hal ini dikarenakan Monday effect terjadi di bulan-bulan lain selain bulan Januari dan berarti terdapat rata-rata return hari Senin yang negatif selain pada bulan Januari dan fenomena ini disebut Rogalski effect.

Pada tahun 1990 Lakonishok dan Maberly juga melakukan suatu penelitian tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi return saham harian di NYSE. Dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa investor institusional melakukan sedikit transaksi pada hari Senin dibanding dengan investor individual. Pola aktivitas yang dilakukan oleh investor individual yang menyebabkan tingginya aktivitas perdagangan hari Senin lebih disebabkan oleh keinginan investor individual untuk menjual sahamnya lebih tinggi daripada keinginan investor individual untuk membeli saham sehingga harga saham cenderung rendah pada hari Senin dibanding dengan hari perdagangan lainnya.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sias dan Starks (1995) menunjukkan bahwa Monday effect terjadi karena pola perdagangan yang dilakukan oleh institusional investor karena kepemilikan saham yang lebih besar oleh institusional dibanding dengan saham yang dimiliki oleh individual investor. Oleh karena itu dalam penelitian ini dikatakan bahwa return negatif hari Senin diawali dengan return negatif hari Jumat sebelumnya dan hal ini didorong oleh pola perdagangan investor institusional.


(38)

Penelitian dengan masalah yang sama juga dilakukan oleh Wang, Li dan Erickson (1997) terhadap indeks return saham pada NYSE-AMEX, S&P

composite index dan Nasdaq dengan periode 1962-1993. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa fenomena Monday effect secara signifikan terjadi pada minggu keempat dalam setiap bulan sedangkan pada minggu lainnya tidak terjadi Monday effect.

Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Ulussever, Guran dan Kar pada tahun 2011 dengan judul “The Day-of-the-Week Effect in the Saudi Stock Exchange: A Non-Linear Garch Analysis” menemukan bahwa terjadi perbedaan hari perdagangan di TADAWUL, Saudi Arabia dengan menggunakan analisis GARCH dengan periode penelitian dari Januari 2001 sampai dengan Desember 2009.

Namun tidak semua penelitian memiliki hasil yang sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Ndu Chiaku pada tahun 2005 dengan judul “Day-of-the-Week Effect and Volatility in Stock Returns: Evidence from East Asian Financial Markets” yang menemukan bahwa di negara Taiwan, Thailand, Srilanka, dan Pakistan tidak ditemukan efek hari perdagangan yang signifikan. Return saham di masing-masing negara tersebut tidak berbeda baik hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis maupun Jumat. Ini membuktikan secara empiris bahwa di Negara Taiwan, Thailand, Srilanka, dan Pakistan fenemone Monday effect tidak terjadi.

Di Indonesia sendiri penelitian ini telah dilakukan oleh Iramani dan Mahdi (2006) yang berjudul “Studi Tentang Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap


(39)

perdagangan terhadap return saham harian pada Bursa Efek Jakarta tahun 2005. Dimana dalam penelitian ini ditemukan bahwa return hari Senin merupakan

return terendah dan return tertinggi merupakan return pada hari Selasa serta hal ini mengartikan bahwa terjadi Monday effect pada Bursa Efek Jakarta.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Rita (2009) yang menemukan bahwa pada saham yang termasuk dalam LQ-45 terdapat efek hari perdagangan pada tahun 2008, yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan antara rata-rata return selama 5 hari perdagangan dan ditemukan juga fenomena Monday effect yang mengindikasikan bahwa return hari Senin merupakan return negatif dan terendah dibandingkan dengan hari lainnya. Serta fenomena Rogalski effect

juga ditemukan dalam penelitian ini, yang ditandai dengan tingginya rata-rata

return hari Senin pada bulan Januari dibanding dengan rata-rata return hari Senin pada bulan lainnya.

Pada tahun yang sama, dilakukan juga penelitian oleh Pandiangan (2009) dengan judul “Analisis Anomali Pasar Hari Perdagangan Pada Return Saham di Bursa Efek Indonesia” namun hasil yang berbeda didapat dari penelitian ini, dimana dalam penelitian ini tidak terdapat efek hari perdagangan serta tidak terjadi Rogalskieffect pada penelitian yang dilakukan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah: 1. Penelitian ini menggunakan periode penelitian selama 2 tahun.

2. Penelitian ini menggunakan sampel data yang lebih baru yaitu untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada Indeks LQ-45 selama periode penelitian.


(40)

3. Penelitian ini tidak memasukkan return saham pada hari libur (tanggal merah). Secara ringkas hasil-hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Tahun Judul Hasil

1. Cross, F. 1973 The Behavior of Stock Prices on Friday and Mondays

Terdapat return negatif pada hari Senin

2. French, K. 1980 Stock Returns and The Weekend Effect

Terdapat return negatif pada hari Senin

3. Rogalski, R.J.

1984 A New Finding Regarding Day-of-the-Week Return Over Trading and Non Trading Periods: A Note

Return pada hari Senin yang negatif

dikarenakan tidak adanya hari

perdagangan mulai hari penutupan Jumat sampai dengan pembukaan pada hari Senin dan adanya fenomena Rogalski effect.

4. Lakonishok, J. dan Maberly, E.

1990 The Weekend Effect: Trading Pattrens of Individual and

Institutional Investors

Terdapat return negatif pada hari Senin

disebabkan oleh investor meningkatkan transaksi penjualan 5. Sias, W.,

dan Starks, L.

1995 The Day-of-the-Week Anomaly: The Role of Institutional Investors

Return negatif hari Senin diawali dengan return negatif hari Jumat sebelumnya dan hal ini didorong oleh pola perdagangan investor institusional 6. Wang, K.,

Li, Y., dan Erickson, J.

1997 A New Look at the Monday Effects

Terjadi Monday effect

pada minggu keempat setiap bulannya dan pada minggu lainnya tidak terdapat Monday effect.

7. Berument, H., dan Kiymaz, H.

2001 The Day of The Effect on Stock Market Volatillity

Terdapat return negatif pada hari Senin


(41)

8. Ndu, Chiaku C.

2005 Day-of-the-Week Effect and Volatility in Stock Returns: Evidence from East Asian Financial Markets

Di negara Taiwan, Thailand, Srilanka, dan Pakistan tidak

ditemukan efek hari perdagangan yang signifikan

9. Iramani, Rr., dan Mahdi A.

2006 Studi Tentang Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return

Saham pada BEJ

Adanya fenomena pengaruh hari perdagangan pada setiap minggu di BEI dan terdapat return

negatif pada hari Senin 10. Rita, M. R. 2009 Pengaruh Hari

PerdaganganTerhadap

Return Saham: Pengujian Day of the Week Effect dan

Rogalski Effect di BEI

Terdapat perbedaan yang signifikan antara hari perbedaan yang signifikan antara hari perdagangan di BEI dan terdapat Monday effect

11. Pandiangan, Octavianus

2009 Analisis Anomali Pasar Hari

Perdagangan Pada

Return Saham di Bursa Efek Indonesia

Tidak terdapat efek hari perdagangan dan

Rogalski effect pada Bursa Efek Indonesia 12. Ulussever,

T., Guran Yumusak, I., dan Kar, M.

2011 The Day-of-the-Week Effect in the Saudi Stock Exchange: A Non-Linear Garch Analysis

Adanya efek hari perdagangan dalam pasar modal di Saudi Arabia dengan analisis GARCH

2.9. Kerangka Konseptual

Dalam dunia pasar modal seorang investor akan mendapatkan suatu keuntungan dari investasinya apabila nilai harga saham yang dipegangnya mengalami pertambahan nilai. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi besarnya

return saham yang berkembang di pasar modal. Dalam konsep pasar modal yang efisien seorang investor tidak akan bisa menggunakan analisis yang bersifat teknikal untuk mendapatkan suatu return saham. Konsep pasar efisien juga membuat para investor tidak dapat mengambil keuntungan diatas keuntungan


(42)

ekuilibrium dimana hal ini dikarenakan setiap informasi baru akan secara akurat dan cepat bereaksi terhadap harga saham dan membuat harga keseimbangan yang baru. Namun karena perilaku para investor muncul ketidakteraturan dan menyebabkan penyimpangan-penyimpangan dalam konsep pasar efisien. Ketidakteraturan ini dapat dilihat dari berbagai penelitian yang telah dilakukan dan dikenal dengan konsep anomali pasar. Anomali pasar terjadi karena adanya informasi yang tidak seragam diantara para investor. Informasi tersebut menyebabkan para investor akan bertindak secara berbeda pula dan informasi tersebut akan menyebabkan psikologis investor terpengaruh secara berbeda-beda. Hal ini akan menyebabkan tidak semua informasi dapat bereaksi cepat dan akurat terhadap harga saham sehingga para investor yang memiliki informasi yang tepat akan mendapatkan keuntungan diatas ekulibrium dan menyebabkan kerugian bagi para investor yang bertindak gegabah. Dari segi psikologis dapat kita lihat dari perilaku investor yang tidak rasional dimana investor tersebut tidak menyukai hari Senin (syndrome “Blue Monday”) dan hal ini akan mengakibatkan return hari Senin secara rata-rata akan bernilai negatif. Hal-hal tersebut merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya anomali pasar menurut beberapa peneliti. Ada banyak jenis anomali pasar yang telah ditemukan, antara lainnya adalah day of the week effect, Monday effect dan Rogalski effect. Tetapi ada juga penelitian yang tidak menemukan adanya masalah anomali pasar ini sehingga menyebabkan masih banyak terjadi pro dan kontra terhadap konsep anomali pasar ini.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya terdapat beberapa penelitian yang membuktikan bahwa anomali-anomali pasar tersebut


(43)

berpengaruh terhadap return saham dan ada yang tidak berpengaruh terhadap

return saham. Dengan demikian kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan pada Gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

BAD FRIDAY MONDAY EFFECT

THE DAY OF WEEK EFFECT

MONDAY EFFECT

ROGALSKI EFFECT A

N O M A L I M U

S I M A N

RETURN SAHAM HARIAN


(44)

2.10. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukan adalah sebagai berikut :

1. Terjadi efek hari perdagangan (day of week effect) terhadap return Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013 (H1).

2. Terjadi Monday effect terhadap return Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013 (H2).

3. Terjadi Monday effect yang didahului oleh bad Friday pada Indeks LQ-45 pada tahun 2012-2013 (H3).

4. Terjadi Rogalski effect terhadap return Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013 (H4).


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian asosiatif. Dimana penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan suatu pengaruh atau gejala yang terdapat variabel yang akan mempengaruhi variabel lainnya.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Pengujian Monday effect dan Rogalski effect ini akan dilakukan pada perusahaan yang terdaftar sebagai Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2013. Dari semua perusahaan yang terdaftar sebagai Indeks LQ-45 maka akan diambil saham yang aktif selama periode penelitian, hal ini dilakukan untuk menghindari saham yang tidur.

3.3. Batasan Operasional

Agar pembahasan penelitian ini tidak melebar dan dapat memberikan pemahaman yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan maka pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variable) adalah day of the week effect, Monday effect dan Rogalski effect.


(46)

3. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar sebagai saham yang masuk ke dalam Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2013.

4. Data yang dikumpulkan berupa data Indeks Harga Saham Individu penutupan harian dari Indeks LQ-45 selama periode 2012-2013.

3.4. Definisi Operasional

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai definisi operasional variabel yang akan digunakan dalam penelitian mengenai analisis Monday effect dan

Rogalski effect terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2013.

Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Return Saham

Return saham merupakan variabel terikat dalam penelitian ini (dependent variable) dan return saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah

realized return. Realized return adalah return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis serta biasanya realized return ini digunakan untuk menghitung expected return dimasa yang akan datang.

2. Day of The Week Effect

Hari perdagangan dalam dunia pasar modal dilakukan mulai hari Senin sampai dengan hari Jumat. Dalam hal ini terjadi perbedaan return antara hari-hari perdagangan dalam seminggu secara signifikan (Berument H., Kiymaz H.,


(47)

2001). Hal ini mengindikasi bahwa return saham yang terjadi pada hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat tidak sama dan signifikan (day of the week effect). Day of the week effect dalam penelitian ini merupakan variabel bebas (independent variable).

3. Monday Effect

Variabel bebas lainnya dalam penelitian ini adalah Monday effect dimana

Monday effect merupakan bagian dari day of the week effect. Monday effect

adalah adanya fenomena dimana rata-rata return hari Senin bernilai negatif signifikan (Starks, 1986 dalam Latif, Arshad, Fatima dan Farooq, 2011). Ada beberapa peneliti yang menyimpulkan bahwa Monday effect terjadi karena adanya return yang negatif pada hari Jumat sebelumnya (bad Friday) sehingga menyebabkan return pada hari Senin juga negatif.

4. Rogalski Effect

Rogalski Effect merupakan suatu fenomena dimana return negatif yang biasa terjadi pada hari senin (Monday effect) menghilang pada bulan tertentu. Peneliti yang pertama kali mengungkapkan fenomena ini adalah Richard Rogalski pada tahun 1984 dengan judul penelitian “A New Finding Regarding Day-of-the-Week Return Over Trading and Non Trading Periods: A Note”. Rogalski menemukan adanya hubungan yang menarik antara day of the week

dengan January effect dimana terdapat return yang tinggi pada hari Senin pada bulan Januari dan tidak pada bulan-bulan lainnya sehingga membuktikan bahwa Monday effect menghilang pada bulan Januari.


(48)

3.5. Skala Pengukuran Variabel

3.5.1. Return Saham

Return saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah realized return

yang dapat diukur dengan cara sebagai berikut:

=

�����−�����−1 �����−1

Dimana :

IHSIt = Harga saham harian pada hari ke t

IHSIt-1 = Harga saham harian pada hari ke t-1

3.5.2. Day of The Week Effect

Cara atau langkah-langkah menghitung day of the week effect adalah sebagai berikut (Pandiangan, 2009):

• Menghitung return saham harian dari 27 sampel perusahaan selama tahun 2012-2013.

�����

=

��������������−1�����−1

������

=

���������������−1�����−1

����

=

������������−�����−1

�−1

�����

=

��������������−1�����−1

�����

=

��������������−1�����−1


(49)

Return saham yang diperoleh kemudian dirata-ratakan sehingga diperoleh nilai return saham harian selama dua tahun sebanyak 490 return saham.

Return saham harian yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan harinya untuk kemudian diuji dengan metode analisis data dan pengujian hipotesis yang digunakan yaitu Uji Kruskal-Wallis.

3.5.3. Monday Effect

Monday Effect dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

• Menghitung return saham harian dari 27 sampel perusahaan selama tahun 2012-2013.

�����

=

��������������−1�����−1

������

=

��������������−�����−1 �−1

����

=

�������������−1�����−1

�����

=

��������������−1�����−1

�����

=

�������������−�����−1

�−1

Return saham yang diperoleh kemudian dirata-ratakan sehingga diperoleh nilai return saham harian selama dua tahun sebanyak 490 return saham.

Return saham harian yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan harinya untuk kemudian diuji dengan metode analisis data pengujian hipotesis yang digunakan yaitu Uji Kruskal-Wallis.


(50)

• Lihat apakah rata-rata return dihari Senin adalah negatif atau tidak. Jika negatif maka terjadi Monday effect.

• Selanjutnya untuk menguji hubungan bad Friday terhadap Monday effect, dilakukan dengan mengkorelasikan rata-rata return hari Senin dengan return

hari Jumat yang negatif pada minggu sebelumnya yaitu dengan menggunakan

Uji Tau-Kendall.

3.5.4. Rogalski Effect

Untuk melihat return saham Rogalski effect dilakukan dengan cara (Pandiangan, 2009):

• Menghitung return saham harian dari 27 sampel perusahaan selama periode 2012-2013.

�����(�������)

=

���������(�������)−�����−1 �����−1

�����(���−�������)

=

���������(���−�������)−�����−1 �����−1

Return saham yang diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi dua yaitu

return saham hari Senin bulan Januari dan return saham hari Senin selain bulan Januari.

Return saham yang telah dikelompokkan kemudian diuji dengan menggunakan Uji Wilcoxon sisi kanan.


(51)

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan objek pengamatan. Populasi penelitian ini adalah harga saham pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar sebagai Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2012-2013. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purpose sampling yaitu dengan menetapkan kriteria sampel. Kriteria saham-saham yang akan dilakukan penelitian untuk dijadikan sampel penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Sampel

No. Kriteria Sampel Jumlah

01. Perusahan yang terdaftar dalam Indeks LQ-45 selama tahun 2012-2013

65 02. Perusahaan yang tidak konsisten terdaftar dalam Indeks LQ-45

selama tahun 2012-2013

37 03. Perusahaan yang konsisten terdaftar dalam Indeks LQ-45 selama

tahun 2012-2013 tetapi datanya tidak lengkap

1

Jumlah Akhir Sampel 27

Sumber :

Penentuan sampel yang berdasarkan kriteria diatas disajikan pada Lampiran 1. Oleh karena itu adapun sampel penelitian ini yang telah memenuhi kriteria dapat dilihat pada Tabel 2.4

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No. Kode Nama Perusahaan

01. AALI Astra Agro Lestari Tbk 02. ADRO Adaro Energy Tbk 03. ASII Astra International Tbk 04. BBCA Bank Central Asia Tbk 05. BBNI Bank Negara Indonesia Tbk

06. BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 07. BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk

08. BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 09. BUMI Bumi Resources Tbk


(52)

10. CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 11. EXCL XL Axiata Tbk

12. GGRM Gudang Garam Tbk 13. HRUM Harum Energy Tbk

14. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 15. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 16. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 17. ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 18. JSMR Jasa Marga Tbk

19. KLBF Kalbe Farma Tbk 20. LPKR Lippo Karawaci Tbk

21. LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk 22. PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk 23. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 24. SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk

25. TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 26. UNTR United Tractors Tbk

27. UNVR Unilever Indonesia Tbk

Sumber : LQ-45 yang diolah, Lampiran 1

3.7. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) tentang data transaksi Indeks LQ-45 dari Januari 2012 sampai dengan Desember 2013, buku-buku, internet, jurnal, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian. Data yang dimaksud merupakan data time series dan adapun data yang dipakai antara lain:

1. Daftar perusahaan yang termasuk dalam Indeks LQ-45 selama periode 2012-2013

2. Harga penutupan (closing price) 3. Indeks LQ


(53)

3.8. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan data sekunder dari laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan data pendukung seperti literatur, jurnal, dan buku-buku referensi yang digunakan untuk melihat gambaran masalah yang diteliti.

3.9. Teknik Analisis

3.9.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah metode analisis dimana data yang dikumpulkan dapat diinterpretasikan secara sederhana, jelas dan objektif sehingga diperoleh informasi dan gambaran yang sebenarnya mengenai topik yang dibahas. Gambaran tersebut dapat berupa jumlah rata-rata, standar deviasi, varians, nilai terendah maupun nilai tertinggi.

3.9.2. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 17. Uji Asumsi klasik yang dipakai hanya Uji Normalitas yang ditujukan untuk melihat apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas yang digunakan adalah dengan pendekatan Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis statistiknya dirumuskan sebagai berikut:

Ho : µi = 0 (sampel terdistribusi normal)

Ha : µi≠ 0 (sampel tidak terdistribusi normal)

Jika nilai sign. > 0,05, maka Ho tidak dapat ditolak, artinya sampel


(54)

sampel tidak terdistribusi normal sehingga pengujian selanjutnya dilakukan dengan metode statistika non-parametrik. Statistika non-parametrik digunakan jika data dalam riset berskala nominal dan ordinal, kemudian penyebaran data tidak mengikuti distribusi normal (Suliyanto, 2005: 175).

3.9.3. Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Hipotesis 1

Untuk menguji hipotesis pertama yaitu bahwa terjadi efek hari perdagangan (day of the week effect) terhadap returns Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013, digunakan Uji Kruskal-Wallis terhadap k-sampel yang independen. Dimana tes ini bertujuan untuk menguji apakah nilai variabel tertentu berbeda pada dua atau lebih kelompok. Rumus umum yang digunakan pada Uji Kruskal Wallis adalah:

H = 12 �(�+1)

2 �

�=1

3(

+ 1)

Hipotesis statistiknya sebagai berikut: H0 : µSn = µSl = µRb = µKm = µJm

H1 : Tidak semua µi sama

Dimana:

µi = rata-rata return hari ke i (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat).

Jika sign. > 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak, artinya tidak terjadi day of

the week effect dan sebaliknya, jika sign. < 0,05, maka H0 ditolak, artinya


(55)

2. Pengujian Hipotesis 2

Hipotesis 2 (terjadi Monday effect) ini merupakan bagian dari hipotesis 1 (terjadi day of the week effect). Maka untuk melihat apakah terdapat Monday Effect atau tidak dilihat dari rata-rata return dari Uji Kruskal-Wallis diatas. 3. Pengujian Hipotesis 3

Pengujian hubungan return hari Jumat negatif (bad Friday) terhadap

Monday effect dilakukan dengan menggunakan Uji Tau-Kendall. Dimana metode analisis ini digunakan untuk mencari korelasi antara rata-rata return

hari Senin dengan return hari Jumat yang negatif pada minggu sebelumnya. Rumus umum yang digunakan pada Uji Tau-Kendall adalah:

=

2�

(�−1)

Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut: H0 : ьi = 0

H1 : ьi≠ 0

Dimana ьi merupakan koefisien korelasi. Jika nilai sign. > 0,05, maka H0 tidak

dapat ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara bad Friday dengan rata-rata return senin.

4. Pengujian Hipotesis 4

Untuk menguji terjadinya Rogalski effect di Indeks LQ-45 maka dilakukan pengujian Uji Wilcoxon sisi kanan dimana sampel ini dilakukan terhadap 2 sampel yang berpasangan (Suliyanto, 2005: 193). Rumus umum yang digunakan pada Uji Wilcoxon:


(56)

=

�−[ 1 4�(�+1)]

24�(�+11)(2�+1)

Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut: H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 > µ2

Dimana:

µ1 : rata-rata return hari Senin pada bulan Januari

µ2 : rata-rata return hari Senin selain bulan Januari

Jika nilai sign./2 > 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak, artinya rata-rata

return hari Senin pada bulan Januari tidak lebih tinggi dibandingkan rata-rata

return hari Senin di bulan lainnya (tidak terjadi Rogalski effect). Sebaliknya jika nilai sign./2 < 0,05, maka H0 diterima, artinya rata-rata return hari Senin

pada bulan Januari lebih tinggi dan signifikan dibandingkan rata-rata return


(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan dapat diinterpretasikan secara sederhana, jelas dan objektif sehingga diperoleh informasi dan gambaran yang sebenarnya mengenai topik yang dibahas. Gambaran tersebut berupa jumlah rata-rata, standar deviasi, varians, nilai terendah maupun nilai tertinggi.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 27 perusahaan yang masuk dalam perusahaan LQ-45 pada periode tahun 2012-2013 selama enam kali pengumuman berturut-turut. Pembagian jenis industri perusahaan sampel adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jenis Industri Perusahaan Sampel

Jenis Perusahaan Jumlah Persentase

Manufaktur 18 66.7%

Perbankan dan Keuangan 5 18.5%

Telekomunikasi dan Infrastruktur 3 11.1%

Real Estate 1 3.7%

Total 27 100%

Sumber: LQ-45 yang diolah, Lampiran 2

Dengan melihat tabel diatas kita dapat melihat bahwa komposisi terbanyak perusahaan yang masuk ke dalam Indeks LQ-45 adalah jenis perusahaan manufaktur dan hal ini disebabkan karena perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang paling dinamis. Setelah melihat komposisi perusahaan Indeks LQ-45, selanjutnya pada Tabel 4.2 akan ditampilkan analisis deskriptif return


(58)

saham harian (Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat) perusahaan Indeks LQ-45 periode 2012-2013 yang terdiri dari 491 hari yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Return Saham Harian Indeks LQ-45 Periode

2012-2013 di BEI

Hari N Mean Std.

Deviation

Minimum Maximum

Senin 99 -0,0031537 0,01497754 -0,06677 0,03521 Selasa 98 0,0055099 0,03919878 -0,03672 0,37203 Rabu 101 0,0024913 0,01234877 -0,03364 0,04833 Kamis 97 0,0001161 0,01161544 -0,03123 0,04551 Jumat 96 0,0006392 0,01226587 -0,03300 0,03879

Total 491 0,0056028 0,0904064 -0,20136 0,53987

Sumber: LQ-45 yang diolah, Lampiran 3

Dari Tabel 4.2 diatas kita dapat melihat bahwa secara rata-rata total dari 491 hari perdagangan saham Indeks LQ-45 selama periode 2012-2013 diperoleh adanya rata-rata return saham yang positif sebesar 0,0056028, dengan kata lain terjadi peningkatan rata-rata harga saham sebesar 0,56% selama periode 2012-2013. Jika dilihat berdasarkan hari perdagangan saham, maka kita dapat melihat hari Senin menunjukkan adanya rata-rata return saham yang negatif yaitu sebesar -0,0031537 dan angka ataupun hasil ini menandakan adanya kecenderungan penurunan harga saham pada hari Senin. Sedangkan hari lainnya memiliki rata-rata return saham yang positif, dimana rata-rata return pada hari Selasa mengalami kenaikan yang cukup tajam yaitu sebesar 0,0055099 dan mengalami penurunan pada hari Rabu (0,0024913) dan kemudian kembali mengalami penurunan rata-rata return pada hari Kamis yang sangat drastis yaitu sebesar 0,0001161. Sedangkan pada akhir pekan, tepatnya hari Jumat, rata-rata return


(59)

yang terjadi pada hari Selasa. Agar memberikan gambaran yang lebih jelas, maka akan disajikan fluktuasi rata-rata return harian pada Gambar 4.1, sebagai berikut:

Sumber: LQ-45 yang diolah, Lampiran 3

Gambar 4.1 Fluktuasi Rata-rata Return Saham Harian Indeks LQ-45 Periode

2012-2013 di BEI

Dari gambar 4.1 ini kita dapat melihat dengan jelas bahwa rata-rata return

saham Indeks LQ-45 periode 2012-2013 pada hari Senin adalah yang terendah dan negatif sedangkan rata-rata return yang tertinggi terjadi pada hari Selasa dimana nilai standar deviasi yang terbesar juga terjadi pada hari Selasa yaitu sebesar 0,03919878. Hal ini dapat diartikan bahwa hari Selasa memiliki resiko tertinggi dibandingkan hari perdagangan lainnya, dimana ini dapat dibuktikan dengan melihat selisih minimum rata-rata return (-0,03672) dan maksimum rata-rata return (0,37203) pada hari Selasa yang sangat besar. Dan standar deviasi terendah terjadi pada hari Kamis yaitu sebesar 0,01161544 dan hal ini menunjukkan bahwa resiko hari Kamis adalah paling kecil dibandingkan dengan hari perdagangan lainnya dan hari Kamis juga memiliki selisih minimum rata-rata

return (-0,03123) dan maksimum rata-rata return (0,04551) yang kecil.

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat -0,004 -0,002 0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 R at a -R at a Retur n Periode

Fluktuasi Rata-Rata ReturnSaham Harian


(60)

Dengan melihat besar kecilnya resiko yang akan dihadapi maka dapat diartikan bahwa pada hari Selasa seorang investor bisa saja mendapatkan keuntungan yang sangat besar jika tepat mengambil keputusan atau kerugian yang sangat besar juga jika salah mengambil keputusan. Hal ini berkebalikan dengan hari Kamis dimana pada hari tersebut seorang investor tidak akan mendapatkan resiko yang terlalu besar dimana keuntungan maupun kerugian yang didapat pada hari Kamis tidaklah besar.

Dalam penelitian ini juga dilakukan pengamatan bulanan terhadap 27 saham yang dijadikan sampel penelitian dan pengamatan tersebut akan ditampilkan dalam analisis deskriptif return saham bulanan perusahaan Indeks LQ-45 periode 2012-2013 pada tabel 4.2, sebagai berikut:

Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Return Saham Bulanan Indeks LQ-45 Periode

2012-2013 di BEI

Bulan N Mean Std.

Deviation

Minimum Maximum

Januari 41 0,0017587 0,01005808 -0,02098 0,02523 Febuari 41 0,0023871 0,00924702 -0,01701 0,02816 Maret 40 0,0009849 0,00936892 -0,02287 0,01989 April 42 0,0006235 0,00501971 -0,00914 0,00919 Mei 43 -0,0017970 0,01157573 -0,02611 0,02412 Juni 40 0,0095003 0,06273433 -0,05229 0,37203 Juli 45 -0,0007406 0,01407377 -0,04470 0,02463 Agustus 36 -0,0013274 0,01798345 -0,06677 0,03118 September 41 0,0012367 0,01756785 -0,03935 0,04551 Oktober 43 0,0019663 0,00886875 -0,01763 0,01762 November 40 -0,0021751 0,00931183 -0,02654 0,01780 Desember 39 0,0011938 0,00934722 -0,02163 0,02225

Total 491 0,0136112 0,18515666 -0,36502 0,63761


(61)

Dari tabel diatas kita dapat melihat bahwa total rata-rata return saham Indeks LQ-45 periode 2012-2013 adalah positif yaitu sebesar 0,0136112 dengan rata-rata return saham tertinggi terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 0,0095003 dan rata-rata return saham yang terendah terjadi pada bulan November dimana rata-rata return saham menunjukkan nilai yang negatif yaitu sebesar -0,0021751. Agar memberikan gambaran yang lebih jelas, maka akan disajikan fluktuasi rata-rata return saham bulanan pada Gambar 4.2, sebagai berikut:

Sumber: LQ-45 yang diolah, Lampiran 3

Gambar 4.2 Fluktuasi Rata-rata Return Saham Bulanan Indeks LQ-45

Periode 2012-2013 di BEI

Dari Gambar 4.2 diatas kita dapat melihat dengan jelas fluktuasi rata-rata

return saham bulanan pada Indeks LQ-45 periode 2012-2013. Dimana rata-rata

return pada bulan Juni adalah yang tertinggi dan yang terendah adalah bulan Oktober. Sedangkan jika kita melihat berdasarkan standar deviasinya maka kita akan menemukan bahwa nilai standar deviasi yang tertinggi terjadi pada bulan

JANUARI FEBUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBEROKTOBER NOVEMBER DESEMBER -0,004 -0,002 0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 R AT A -R AT A RE T URN BULAN

Fluktuasi Rata-Rata

Return

Saham Bulanan


(1)

Rabu -0.03086 -0.0367 0 -0.04545 -0.04255 -0.03016 -0.01205 Kamis -0.05096 -0.02857 0.01471 -0.04762 0.03492 0.01473 0.00407

Jumat 0.00671 0.02941 0 -0.005 0 0.02903 0.01619

Senin 0.00667 0.02857 0.01087 0.04271 0.03067 0.00313 0.0757

Selasa -0.0596 0 -0.09677 0.06024 0.0119 0.03125 0.07407

Rabu 0.01408 -0.01852 0.04365 -0.01136 0.02353 0 -0.05172

Kamis -0.00694 -0.0283 0 0.02299 -0.00575 -0.06515 -0.02545 Jumat -0.03497 0.01942 -0.01901 -0.01124 -0.03757 -0.00486 0.00746 Senin 0.00725 0.02857 0.00775 0.01136 0.02102 0.04723 0.07407

Selasa 0 -0.00926 0.02692 0.01124 0 -0.02022 -0.0069

Rabu 0.01439 -0.01869 -0.01873 -0.01111 0.00294 -0.02381 -0.02083 Kamis 0.02128 0.0381 0.05725 0.06742 0.03812 0.02764 0.07801

Jumat -0.02778 0 0 -0.02105 -0.0226 0.01266 -0.00987


(2)

Selasa -0.02878 -0.02752 -0.05714 -0.03297 -0.01729 -0.01408 -0.04248 Rabu -0.02222 -0.04717 -0.01515 -0.02273 0.00293 0 -0.02389

Kamis 0.00758 0.0198 -0.01538 0 0 -0.02222 -0.02797

Jumat 0 0.01942 0.00391 0.01163 -0.0117 0.00487 -0.00719

Senin -0.04511 -0.00952 -0.00778 -0.03448 -0.0355 -0.02585 -0.05797 OKTOBER

Selasa 0 0.01923 -0.02745 0.02381 0.00613 0.00498 0.02308

Rabu 0 0.00943 -0.01613 0.02326 0.0122 0.0231 0

Kamis 0.00787 -0.00935 0.0123 0.01136 0.03943 -0.00323 0.01504 Jumat -0.00781 -0.00943 0 0.01124 0.00585 -0.00647 -0.04444

Senin -0.0315 0.00952 0.01619 0 0 -0.01303 -0.00775

Selasa 0.13008 0.00943 0.00797 -0.01111 0 0.00495 0.02734

Rabu 0.01439 -0.01869 0.03557 0.02247 0.05814 -0.00657 0.03422


(3)

Jumat 0.01399 0.01869 0.02652 0 0.02747 0.01485 0.02888

Rabu 0 -0.00917 -0.01107 -0.02151 0 -0.02114 -0.02105

Kamis 0.01379 0.00926 0.03731 0.02198 -0.03209 0.01661 0.02151

Jumat 0 -0.01835 0.00719 0.01075 0.00552 0.00654 0.03158

Senin 0.02721 0.01869 -0.02143 -0.01064 -0.00275 0.02273 -0.01361 Selasa 0.03974 -0.02752 0.01095 -0.03226 -0.02479 -0.02222 -0.03793

Rabu 0 -0.01887 -0.01444 0 -0.0113 0.02922 0.01434

Kamis 0.01274 -0.00962 -0.01099 -0.01111 0.00857 0.0142 0.0106 Jumat 0.01258 -0.03398 -0.01481 -0.02247 0 -0.00311 0.00699 Senin -0.01242 0.01508 -0.01128 0.04598 0.01983 -0.00156 -0.00694 Selasa -0.03774 0.0198 -0.01521 0.01099 -0.02222 -0.00625 0

Rabu 0.02614 0 -0.02317 0 0.03977 -0.0173 0.0035

Kamis 0.01911 -0.00971 -0.03953 0.02174 -0.04372 -0.04 0


(4)

Jumat 0.00625 -0.02451 -0.04527 -0.02128 0 -0.00667 -0.03136

Senin 0.02484 -0.00503 -0.00431 0.01087 0 0.00168 0.0036

Rabu 0.00606 0.00505 0.00433 -0.02151 0.04571 0.03183 -0.00358

Kamis 0.03614 0.00503 0.0431 0 0.04918 -0.01948 -0.0036

Jumat 0 -0.015 0.00826 0 0.00781 -0.00166 -0.01805

Senin -0.01163 0.00508 0.02869 -0.02198 0.00775 -0.01161 -0.00735

Selasa 0.00588 0.0202 -0.0239 0 -0.01282 0 -0.0037

Rabu 0 -0.0099 -0.02449 -0.04494 -0.02338 -0.00671 -0.04089

Kamis 0.06433 -0.015 0 0.02353 0.0133 0.01014 0.01163

Jumat 0 -0.01523 -0.02092 0 -0.01312 -0.0301 -0.00766

Senin -0.03846 0.01546 0.03846 0.02299 0.04521 0.01724 0.01544 Selasa 0.04 -0.00508 -0.01646 0.02247 0.02545 -0.01017 0.0076 Rabu 0.00549 -0.04082 -0.01255 -0.02198 0 -0.01712 -0.02642


(5)

Jumat 0.00556 0.02674 -0.00429 -0.03371 0.0125 -0.00363 0.00388

Senin -0.01657 -0.01042 0.0431 0 0.0321 0.01275 -0.00772

Selasa -0.02247 -0.06316 0.00413 -0.05814 -0.06938 -0.06475 -0.01946 Rabu 0.01149 0.0618 -0.02058 0.04938 -0.00257 0.02692 0.02381 Kamis 0.01136 0.02116 -0.0084 0.01176 -0.05412 -0.00187 -0.00388 Jumat 0.03371 0.00518 0.01695 0.01163 -0.00545 -0.00188 -0.00389 DESEMBER

Senin 0.02174 0.01031 0 0.01149 0.0274 0.01692 0.02734

Selasa -0.02128 0 -0.025 -0.02273 -0.008 -0.01941 -0.0076

Rabu 0.02174 -0.0051 0 -0.02326 0 -0.01714 -0.01916

Kamis 0.03191 0 0.00427 -0.02381 0.01613 -0.01163 -0.00391

Jumat 0.02577 -0.00513 -0.00851 -0.02439 0 0 0

Senin 0.00503 -0.00515 -0.00429 0.0125 0.00265 0.02941 0.00392


(6)

Rabu -0.015 0.00515 0.01732 0.03704 0.01042 -0.00746 0.0076 Kamis -0.00508 -0.02564 -0.01277 -0.0119 -0.02835 -0.00376 -0.01509 Jumat -0.04082 -0.02632 0.00431 0 -0.02122 -0.02075 -0.00383 Senin -0.06383 -0.03243 -0.03433 0 -0.01355 -0.00771 -0.00769 Selasa 0.02273 0.01117 -0.00444 -0.01205 0.01099 0.00971 0.01938 Rabu 0.01667 0.01657 0.00446 0.0122 -0.01359 -0.00385 0.02662

Kamis 0.01093 -0.00543 -0.01333 0.0241 0.02479 0 0.02963

Jumat 0.03243 -0.01639 -0.04505 -0.01176 0.00538 0.00386 0.0036 Senin -0.01571 0 -0.02358 -0.0119 0.00267 -0.01731 0.00358

Selasa 0.01064 -0.00556 -0.00483 0.0241 0 0.02153 0

Jumat 0 -0.01676 -0.00971 0 0 0.01916 0.00357

Senin 0.01579 0.01705 0 0.01176 0.01333 -0.02256 0.00712