dan ukuran perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Handayani 2008. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini diberi judul:
“Pengaruh Umur Perusahaan, Persentase Penawaran Saham dan Ukuran Perusahaan Terhadap Underpricing Saat IPO Studi Kasus Perusahaan Yang
Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012”.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah umur perusahaan, persentase penawaran saham
dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap underpricing baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2010-
2012.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan terhadap
underpricing baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2010-2012.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
menambah referensi bagi perusahaan dalam menentukan harga saham pada saat IPO,
2. dapat dijadikan sebagai referensi dalam membuat keputusan investasi bagi
investor yang ingin melakukan investasi di pasar modal, 3.
menambah referensi bagi peneliti yang akan membuat penelitian khususnya mengenai masalah underpricing di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pasar Modal
Perusahaan yang membutuhkan dana atau ingin menambah dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar
modal merupakan pasar seperti pada umumnya, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan kegiatan jual beli. Penentuan harga
dalam pasar modal juga merupakan hasil dari permintaan dan penawaran. Namun, yang membedakan pasar modal dengan pasar-pasar pada umumnya
adalah barang yang dijual di pasar modal merupakan sekuritas dan surat-surat berharga.
Menurut Jogiyanto 1998:10 pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan
menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar modal dapat dikatakan sebagai pasar yang abstract karena yang diperjual belikan adalah dana dana
jangka panjang, yaitu dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun Lubis, 2008:7. Pasar modal juga dipandang sebagai sarana yang
efektif untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian akan disalurkan ke sektor-sektor yang lebih produktif Indriyo dan Basri, 2002:239.
Pada umumnya pasar modal dapat dibagi menjadi empat jenis, antara lain pasar perdana, pasar sekunder, pasar ketiga dan pasar keempat.
Universitas Sumatera Utara
1. Pasar Perdana Primary Market
Tempat untuk menjual surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan yang melibatkan banker investasi. Surat berharga yang baru
dijual dapat berupa penawaran perdana ke publik atau dapat berupa tambahan surat berharga baru jika perusahaan sudah go public seasoned
new issues. 2.
Pasar Sekunder Secondary Market Setelah sekuritas baru selesai dijual di pasar perdana melalui
underwriter sekuritas tersebut akan diperdagangkan untuk publik di pasar sekunder. Pasar sekunder merupakan tempat perdagangan sekuritas dan
surat-surat berharga yang telah beredar. 3.
Pasar Ketiga Third Market Pasar ketiga merupakan pasar perdagangan surat berharga pada
saat pasar kedua tutup. Pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup.
4. Pasar keempat Fourth Market
Pasar keempat merupakan pasar modal yang dilakukan antara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker. Pasar
keempat umumnya menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Saham
Saham dapat diartikan sebagai hak kepemilkan terhadap suatu perusahaan. Dengan memiliki saham maka secara otomatis kita memiliki
kepentingan dalam perusahaan tersebut dan memiliki hak suara dalam RUPS serta berhak atas deviden. Secara umum saham dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu saham biasa common stock dan saham preferen preferred stock.
1. Saham Biasa common stock
Saham dapat didefinisikan sebagai penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan Lubis, 2008:59.
2. Saham Preferen preferred stock
Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa Jogiyanto, 1998:53.
2.1.3 Initial Public Offering IPO
Untuk memperoleh tambahan dana, yang akan dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasionalnya, perusahaan dapat memanfaatkan pasar
modal dengan mengeluarkan saham untuk publik go public. Perusahaan yang baru pertama kali menawarkan saham perusahaannya untuk publik
disebut melakukan penawaran umum perdana atau disebut IPO. Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 mengenai Pasar Modal didefinisikan
bahwa “Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya.”
Initial Public Offerring IPO merupakan satu dari beberapa alternatif yang paling diminati oleh perusahaan karena banyaknya keuntungan yang
akan diterima oleh perusahaan. Menurut Indriyo dan Basri 2002:240 keuntungan menjadi perusahaan publik antara lain jumlah dana yang dihimpun
berjumlah besar, dana dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana tutup, mempertinggi solvabilitas serta ketergantungan kepada bank relative kecil.
Keputusan menjadi perusahaan publik go public atau tetap menjadi perusahaan privat merupakan keputusan yang harus dipikirkan matang-
matang.
2.1.4 Penjamin Emisi Underwriter
Pada saat melakukan IPO perusahaan biasanya akan menggunakan jasa banker investasi atau penjamin emisi underwriter untuk menjual sahamnya
di pasar perdana primary market. Underwriter merupakan pihak yang membeli saham atau sekuritas lain yang nantinya akan dijual kembali ke
publik Jogiyanto, 1998:16. Underwriter juga merupakan pihak yang akan menanggung resiko apabila saham tersebut tidak laku terjual dengan cara
membeli seluruh saham yang tidak laku tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa tipe underwriter menurut Lubis 2008:42, antara lain adalah kesanggupan penuh, kesanggupan yang terbaik, kesanggupan siaga dan
kesanggupan semua atau tidak sama sekali. 1.
Kesanggupan Penuh Full Commitment Underwriter akan mengambil resiko dalam menjual saham baru. Apabila
saham tidak terjual semua, maka underwriter akan menanggung seluruh resiko dengan membeli semua sisa saham.
2. Kesanggupan yang Terbaik Best Effort Commitment
Underwriter akan berusaha sebaik mungkin untuk menjual saham tersebut. Apabila tidak semua saham laku terjual maka saham tersebut akan
dikembalikan kepada perusahaan. 3.
Kesanggupan Siaga Standby Commitment Apabila saham tidak laku sampai batas waktu yang telah ditentukan, maka
underwriter bersedia untuk membeli saham yang tidak laku tersebut. Hanya saja harga saham yang dibeli oleh underwriter tidak sama dengan
harga pada penawaran umum, biasanya dibawah harga penawaran umum. 4.
Kesanggupan Semua atau Tidak Sama Sekali All or None Commitment Underwriter akan berusaha menjual semua saham tersebut. Apabila tidak
semua saham terjual, maka perjanjian akan batal dan semua saham akan
Universitas Sumatera Utara
dikembalikan kepada perusahaan. Hal ini dilakukan karena biasanya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu.
2.1.5 Underpricing
Penetapan harga saham pada pasar perdana merupakan kesepakatan yang dibuat oleh perusahaan dengan penjamin emisi underwriter. Sebagai
pihak yang mengetahui pasar modal lebih baik, underwriter cenderung akan membuat harga saham perusahaan tersebut lebih murah. Hal ini dilakukan
underwriter agar saham tersebut laku terjual yang pada akhirnya akan mengurangi resiko yang ditanggung oleh underwriter tersebut. Kondisi ini
akan menimbulkan harga saham menjadi underpricing. Underpricing merupakan kondisi dimana harga saham di pasar sekunder pada hari pertama
perdagangan saham secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan harga penawaran di pasar perdana Sulistio,2005.
Underpricing dapat terjadi karena adanya asimetri informasi atau keterbatasan informasi antara pelaku IPO yaitu perusahaan yang IPO,
underwriter maupun investor. Perusahaan yang IPO belum mengetahui bagaimana kondisi pasar modal sehingga perusahaan akan meminta bantuan
kepada underwriter untuk menentukan harga yang terbaik untuk menjual sahamnya di pasar perdana. Namun, pada umumnya penawaran saham di
pasar perdana sulit dilakukan dengan harga tinggi karena harga pasar saham perusahaan belum diketahui.
Universitas Sumatera Utara
Bagi perusahaan, underpricing merupakan kondisi yang sebisa mungkin harus dihindari karena perusahaan sebagai pihak yang membutuhkan
dana tidak dapat menghimpun dana secara maksimal. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan sengaja untuk menetapkan harga saham yang
cenderung lebih murah. Hal ini dilakukan perusahaan agar minat investor terhadap saham yang dijual oleh perusahaan menjadi tinggi sehingga saham
tersebut laku terjual di pasar modal. Setiap investor pasti akan berupaya untuk memaksimalkan return yang
akan diterima dari seluruh investasi yang dilakukannya. Sehingga pihak investor akan lebih mengharapkan tingginya underpricing yang terjadi pada
saham yang dibelinya. Apabila terjadi underpricing investor akan menerima initial return, yaitu persentase selisih harga saham di pasar sekunder
dibandingkan dengan harga saham pada penawaran perdana Sulistio, 2005.
2.1.6 Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Underpricing
Di dalam penelitian ini beberapa faktor yang diduga mempengaruhi underpricing antara lain umur perusahaaan, persentase penawaran saham dan
ukuran perusahaan. 1.
Umur Perusahaan Sebuah perusahaan yang telah lama berdiri umumnya mempunyai
pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi kondisi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dibandingkan dengan perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
baru berdiri. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan perusahaan untuk tetap bertahan survive dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Semakin lama perusahaan berdiri, maka semakin banyak juga informasi yang dapat dihimpun oleh investor sehingga dapat mengurangi asimetri
informasi. Semakin sedikit asimetri informasi tentang perusahaan tersebut maka akan semakin kecil pula tingkat ketidakpastian perusahaan tersebut
dan pada akhirnya akan berdampak pada semakin kecilnya underpricing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang lebih lama berdiri
diduga memiliki underpricing yang lebih kecil. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Beatty 1989 menyatakan
bahwa umur perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap initial return underpricing. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Rosyati dan Sabeni 2002 yang memperlihatkan hasil bahwa umur perusahaan mempunyai pengaruh negatif yang signifikan
terhadap underpricing.
2.
Persentase Penawaran Saham
Persentase penawaran saham merupakan banyak jumlah saham yang ditawarkan oleh perusahaan kepada publik. Dengan kata lain
persentase penawaran saham menunjukan seberapa besar porsi kepemilikan yang akan dikuasai oleh publik. Semakin besar jumlah saham
yang ditawarkan kepada publik maka akan semakin sedikit private
Universitas Sumatera Utara
information perusahaan. Semakin sedikit private information perusahaan, para investor akan lebih banyak mendapatkan informasi tentang
perusahaan sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian terhadap perusahaan dan pada akhirnya akan mengurangi underpricing. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin besar persentase penawaran saham yang ditawarkan kepada publik maka akan semakin kecil underpricing
yang terjadi pada perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Nasirwan 2000 memperlihatkan
hasil bahwa persentase penawaran saham berpengaruh negatif terhadap initial return underpricing. Hasil yang sama diperlihatkan dari penelitian
yang dilakukan oleh Handayani 2008. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara persentase
penawaran saham terhadap underpricing,
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan besarnya aktiva yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Perusahaan yang besar umumnya memiliki jumlah
aktiva yang besar pula. Semakin besar perusahaan maka informasi mengenai perusahaan tersebut juga akan semakin banyak karena pada
umumnya semakin besar perusahaan akan semakin dikenal oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Dengan banyaknya informasi yang diperoleh, investor akan mudah menilai resiko yang akan dihadapinya apabila berinvestasi pada sebuah
perusahaan. Kejelasan informasi mengenai perusahaan akan meningkatkan penilaian terhadap perusahaan, mengurangi tingkat ketidakpastian dan
meminimalkan resiko dan tingkat underpricing Sulistio, 2005. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan maka
underpricing yang terjadi akan semakin kecil pula. Penelitian yang dilakukan oleh Yolana dan Martani 2005
memperlihatkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap underpricing. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2008 yang membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan
terhadap underpricing.
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Underpricing merupakan fenomena yang lazim ditemui pada saat perusahaan melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering
IPO. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menentukan faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi underprcing, baik penelitian yang
dilakukan di dalam negeri maupun di luar negeri. Ringkasan penelitian- penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat dilihat pada tabel 2.1
dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Variable Teknik
Analisis Hasil Penelitian
Dependent Independent
Nasirwan 2000
Initial return, return 15 hari
setelah IPO dan return 1 tahun
setelah IPO Reputasi auditor,
reputasi underwriter, umur perusahaan,
ukuran perusahan, persentase
penawaran saham, nilai penawaran
saham, dan deviasi standar return.
Regresi Linier
Berganda Reputasi
underwriter berpengaruh positif
signifikan terhadap return awal, return 15
hari setelah IPO dan return 1 tahun setelah
IPO. Persentase penawaran saham dan
nilai penawaran saham berpengaruh negatif
terhadap return 15 hari setelah IPO. Sedangkan
deviasi standar return berpengaruh positif
terhadap return awal dan return 15 hari
setelah IPO.
Daljono 2000
Initial return Reputasi auditor,
reputasi underwriter, persentase
penawaran saham, umur perusahaan,
ROA,
financial leverage dan
solvability ratio. Regresi
Linier Berganda
Reputasi underwriter
dan financial leverage berpengaruh positif
secara signifikan terhadap initial return.
Sedangkan reputasi auditor, persentase
penawaran saham, umur perusahaan, ROA
dan solvabilitas ratio tidak terbukti
mempengaruhi
initial return.
Rosyati dan Sabeni
2002 Underpricing
Kondisi pasar, umur perusahaan, reputasi
auditor dan reputasi penjamin emisi.
Regresi Linier
Berganda Reputasi penjamin
emisi dan umur perusahaan
mempengaruhi underpricing secara
signifikan dengan korelasi kearah negatif.
Sedangkan reputasi auditor dan kondisi
pasar tidak brpengaruh secara signifikan
terhadap underpricing.
Sumber: Berbagai jurnal yang diolah
Universitas Sumatera Utara
Nama Peneliti
Variable Teknik
Analisis Hasil Penelitian
Dependent Independent
Ardiansyah 2003
Initial return dan return 15
hari setelah IPO ROA,
financial leverage, EPS, CR,
Procced, pertumbuhan laba,
reputasi underwriter, reputasi auditor,
umur perusahaan, jenis industri dan
kondisi perekonomian
Regresi Linier
Berganda EPS memiliki pengaruh
negatif secara signifikan terhadap
initial return. Kondisi perekonomian
berpengaruh secara signifikan dengan
korelasi positif terhadap initial return.
Variabel lainnya tidak terbukti berpengaruh
terhadap initial return.
Yolana dan Martani
2005 Underpricing
reputasi penjamin emisi, rata-rata kurs,
ukuran perusahaan, ROE dan jenis
industry Regresi
Linier Berganda
Rata-rata kurs dan ROE terbukti mempengaruhi
underpricing secara signifikan dengan
korelasi positif. Ukuran perusahaan dan jenis
industri terbukti mempengaruhi
underpricing secara signifikan dengan
korelasi negatif. Reputasi penjamin
emisi tidak terbukti mempengaruhi
underpricing.
Sulistio 2005
Initial return Ukuran perusahaan,
EPS, PER, leverage, persentase
pemegang saham lam, reputasi auditor
dan reputasi underwriter.
Regresi Linier
Berganda Tingkat
leverage mempengaruhi
initial return secara signifikan
dengan arah negatif dan persentase pemegang
saham lama mempengaruhi
initial return secara signifikan
kearah positif. Ukuran perusahaan, EPS, PER,
reputasi auditor dan reputasi
underwriter tidak mempengaruhi
initial return. Handayani
2008 Underpricing
DER, ROA, EPS, umur perusahaan,
ukuran perusahaan, persentase
penawaran saham. Regresi
Linier Berganda
Variabel EPS, Ukuran Perusahaan dan
Persentase Penawaran Saham berpengaruh
terhadap Underpricing. Variabel lainnya,
seperti DER, ROA, dan Umur perusahaan tidak
terbukti mempengaruhi underpricing.
Sumber: Berbagai jurnal yang diolah
Universitas Sumatera Utara
Penelitian oleh Nasirwan 2000 dilakukan pada periode 1989-1996. Penelitiannya menganalisis pengaruh reputasi auditor, reputasi underwriter,
umur perusahaan, ukuran perusahan, persentase penawaran saham, nilai penawaran saham, dan deviasi standar return terhadap return awal, return 15
hari setelah IPO dan return 1 tahun setelah IPO. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dan mean adjusted model untuk mengukur
return. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa reputasi underwriter berpengaruh positif signifikan terhadap return awal, return 15 hari setelah IPO
dan return 1 tahun setelah IPO. Persentase penawaran saham dan nilai penawaran saham berpengaruh negatif terhadap return 15 hari setelah IPO.
Variabel deviasi standar return berpengaruh positif terhadap return awal dan return 15 hari setelah IPO.
Daljono 2000 melakukan penelitian pada periode 1990-1997 terhadap initial return dengan reputasi auditor, reputasi underwriter,
persentase penawaran saham, umur perusahaan, ROA, financial leverage dan solvability ratio sebagai variabel independen. Analisis regresi linier berganda
digunakan dalam penelitian ini untuk meneliti hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Penelitian ini menyatakan bahwa
reputasi underwriter dan financial leverage berpengaruh positif secara signifikan terhadap initial return. Variabel reputasi auditor, persentase
penawaran saham, umur perusahaan, ROA dan solvabilitas ratio tidak terbukti mempengaruhi initial return.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan oleh Rosyati dan Sabeni 2002 dengan data yang digunakan tahun 1997-2000 menganalisis pengaruh variabel kondisi
pasar, umur perusahaan, reputasi auditor dan reputasi penjamin emisi terhadap underpricing dengan regresi linier berganda sebagai teknik analisis yang
digunakan. Penelitian mereka menyatakan bahwa reputasi penjamin emisi dan umur perusahaan mempengaruhi underpricing secara signifikan dengan
korelasi kearah negatif. Variabel reputasi auditor dan kondisi pasar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap underpricing.
Penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah 2003 menggunakan ROA, financial leverage, EPS, CR, Procced, pertumbuhan laba, reputasi
underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, jenis industri dan kondisi perekonomian sebagai variabel independent dengan menggunakan data
perusahaan yang IPO antara 1995-2000. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dan berhasil membuktikan bahwa variabel EPS
memiliki pengaruh negatif secara signifikan terhadap initial return. Variabel kondisi perekonomian berpengaruh secara signifikan dengan korelasi positif
terhadap initial return. Variabel lainnya tidak terbukti berpengaruh terhadap initial return.
Yolana dan Martani 2005 meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi underpricing pada saat penawaran perdana. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan data yang digunakan dalam penelitian diambil dari tahun 1994-2001.
Penelitian ini menggunakan variabel reputasi penjamin emisi, rata-rata kurs,
Universitas Sumatera Utara
ukuran perusahaan, ROE dan jenis industry sebagai variabel independen. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa rata-rata kurs dan ROE terbukti
mempengaruhi underpricing secara signifikan dengan korelasi positif. Variabel ukuran perusahaan dan jenis industri terbukti mempengaruhi
underpricing secara signifikan dengan korelasi negatif. Variabel reputasi penjamin emisi tidak terbukti mempengaruhi underpricing.
Penelitian oleh Sulistio 2005 mengambil data tahun 1998-2003 dengan menggunakan ukuran perusahaan, EPS, PER, leverage, persentase
pemegang saham lama, reputasi auditor dan reputasi underwriter sebagai variabel independen dan initial return sebagai variabel dependen. Penelitian
ini menggunakan analisis regresi linier berganda dan menghasilkan kesimpulan bahwa 1 variabel tingkat leverage mempengaruhi initial return
secara signifikan dengan arah negatif dan 2 persentase pemegang saham lama mempengaruhi initial return secara signifikan kearah positif. Variabel
ukuran perusahaan, EPS, PER, reputasi auditor dan reputasi underwriter tidak terbukti mempengaruhi initial return.
Handayani 2008 melakukan penelitian terhadap perusahaan- perusahaan keuangan yang melakukan IPO pada tahun 2000-2006 dengan
menggunakan variabel independen DER, ROA, EPS, umur perusahaan, ukuran perusahaan, persentase penawaran saham dan Underpricing sebagai
variabel dependen. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel EPS, ukuran
perusahaan dan persentase penawaran saham berpengaruh terhadap
Universitas Sumatera Utara
underpricing. Variabel lainnya, DER, ROA, umur perusahaan, tidak terbukti mempengaruhi underpricing.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2008 adalah sebagai berikut:
1. informasi keuangan yang digunakan dalam penelitian ini hanya ukuran
perusahaan Total Aktiva dan informasi non keuangan yang digunakan adalah umur perusahaan dan persentase penawaran saham,
2. penelitian ini menggunakan data dari perusahaan yang melakukan
penawaran umum perdana IPO antara tahun 2010-2012.
2.3 Kerangka Konseptual