Latar Belakang Masalah Pengaruh Umur Perusahaan, Persentase Penawaran Saham dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing saat Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Modal merupakan hal yang paling dibutuhkan oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan yang dialami perusahaan, kebutuhan akan modal juga akan bertambah. Namun, permasalahan yang sering timbul adalah perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan modalnya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan akan modalnya tersebut, perusahaan akan mencari tambahan modal dari pihak luar, yaitu dengan cara menjual saham perusahaan kepada masyarakat melalui pasar modal go public. Pasar modal merupakan wadah yang dapat dimanfaatkan baik oleh pihak yang kelebihan dana investor maupun oleh pihak yang membutuhkan dana perusahaan. Bagi investor pasar modal dapat digunakan sebagai alat untuk menyalurkan dana yang tidak terpakai untuk berinvestasi guna memperoleh keuntungan. Bagi perusahaan sendiri, pasar modal merupakan alternatif untuk mendapatkan sumber dana yang cukup besar disamping melalui lembaga perbankan. Universitas Sumatera Utara Perusahaan yang untuk pertama kalinya menawarkan sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal disebut sebagai penawaran umum perdana atau disebut Initial Public Offering IPO. Perusahaan cenderung melakukan IPO karena banyak keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Beberapa keuntungan tersebut antara lain adalah kemudahan untuk meningkatkan modal di masa mendatang, meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham serta nilai perusahaan akan diketahui Jogiyanto, 1998:14. Pada umumnya perusahaan akan menyerahkan permasalahan yang berhubungan dengan IPO kepada banker investasi invesment banker. Banker investasi merupakan pihak yang mempunyai keahlian dalam penjualan sekuritas-sekuritas baru. Banker investasi mempunyai peran sebagai pemberi saran advisory function, sebagai pembeli saham underwriting function, dan berfungsi sebagai pemasar saham kepada investor marketing function Jogiyanto, 1998:16. Perusahaan yang melakukan go public sebelumnya merupakan sebuah perusahaan privat dimana tidak ada keharusan bagi perusahaan untuk menyedikan informasi mengenai perusahaannya kepada masyarakat sehingga private information sangat sulit untuk didapatkan. Keterbatasan informasi ini tentu menyulitkan investor untuk menentukan keuntungan dan resiko dari harga saham perusahaan IPO. Investor hanya memperoleh informasi dari propektus yang disertakan perusahaan sebelum melakukan penawaran perdana. Propektus merupakan dokumen yang berisi informasi tentang Universitas Sumatera Utara perusahaan penerbit sekuritas dan informasi lain yang berkaitan tentang sekuritas yang ditawarkan Jogiyanto, 1998:17. Sebelum saham tersebut diperjual belikan di bursa efek pasar sekunder terlebih dahulu saham tersebut akan dijual di pasar perdana. Harga saham pada penawaran perdana di pasar perdana primary market umumnya merupakan kesepakatan antara perusahaan dan underwriter penjamin emisi sedangkan harga saham di pasar sekunder secondary market ditentukan berdasarkan permintaan dan penawaran. Namun, penentuan harga saham pada IPO sangat sulit dilakukan karena tidak ada harga pasar sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menetapkan besarnya penawaran. Harga saham dari perusahaan yang melakukan IPO belum pernah tercatat di lantai bursa oleh karena itu underwriter akan menanggung segala resiko untuk menjual saham ini. Kondisi ini mendorong underwriter cenderung akan menjual saham tersebut dengan harga yang lebih murah untuk mengurangi resiko yang ditanggungnya. Apabila harga saham pada saat IPO lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder dihari pertama, maka terjadi underpricing. Underpricing merupakan selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham pada saat penutupan di pasar perdana pada hari pertama Yolana dan Martani, 2005. Kondisi underpricing sangat merugikan bagi perusahaan yang sangat membutuhkan dana karena dana yang diterima menjadi tidak maksimum. Namun, bagi investor kondisi ini sangat menguntungkan karena investor akan menerima Initial Return return awal Universitas Sumatera Utara atas pembelian saham yang dilakukannya. Initial Return adalah return yang diterima pemegang saham karena perbedaan harga saham antara pasar perdana dengan pasar sekunder pada saat IPO. Fenomena underpricing tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi terjadi hampir di seluruh negara-negara di dunia seperti Amerika Serikat Ritter, 1991, Australia How, 1995, Bangladesh Aminul, 2010, Korea Kim et al, 1995 serta Perancis Mezhoud, 2011. Meskipun telah banyak penelitian yang dilakukan, tetapi banyak terdapat perbedaan hasil dari penelitian-penelitian terebut. Sehingga, masalah mengenai underpricing masih menjadi topik yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Perusahaan yang telah lama beroperasi dianggap lebih memiliki banyak pengalaman dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri. Semakin berpengalaman perusahaan tersebut, maka kepercayaan investor untuk berivestasi dalam perusahaan tersebut akan semakin besar. Besarnya kepercayaan investor mengindikasikan bahwa tingkat ketidakpastian pada perusahaan tesebut kecil. Semakin kecil ketidakpastian maka akan semakin kecil pula underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Rosyati dan Sabeni 2002 memperlihatkan hasil bahwa umur perusahaan mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap underpricing. Hasil yang berbeda diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2008. Penelitian ini menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Universitas Sumatera Utara Jumlah saham yang ditawarkan perusahaan mengindikasikan sedikit banyaknya private information perusahaan. Semakin banyak jumlah saham yang ditawarkan perusahaan maka akan semakin besar informasi yang diterima investor mengenai perusahaan tersebut sehingga akan mempengaruhi underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Nasirwan 2000 memperlihatkan hasil bahwa persentase penawaran saham memiliki pengaruh negatif terhadap underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Daljono 2000 memperlihatkan hasil bahwa persentase penawaran saham tidak memiliki pengaruh terhadap underpricing. Perusahaan-perusahaan besar umumnya lebih dikenal masyarakat daripada perusahaan-perusahaan kecil sehingga informasi mengenai perusahaan besar akan lebih banyak. Dengan informasi yang lebih banyak akan mengurangi tingkat ketidakpastian dari perusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Yolana dan Martani 2005 memperlihatkan hasil bahwa ukuraan perusahaan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap tingkat underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah 2003 memperlihatkan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap initial return underpricing. Perbedaan hasil dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi underpricing pada saat IPO mendorong penulis untuk kembali melakukan penelitian dengan mengambil variabel bebas independent variable yaitu umur perusahaan, persentase penawaran saham Universitas Sumatera Utara dan ukuran perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Handayani 2008. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini diberi judul: “Pengaruh Umur Perusahaan, Persentase Penawaran Saham dan Ukuran Perusahaan Terhadap Underpricing Saat IPO Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012”.

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ownership Retention,Underpricing,Investment,Dan Firm Size Terhadap Nilai Perusahaan Yang Melakukan IPO Di Bursa Efek Indonesia(BEI)

0 3 128

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN UMUM PERDANA YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 2 26

ANALISIS UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA PERUSAHAAN KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN Analisis Underpricing pada Penawaran Saham Perdana Perusahaan Keuangan dan Non-Keuangan di Bursa Efek Indonesia.

0 0 15

PENGARUH PROFITABILITAS (ROE), UKURAN PERUSAHAAN, JENIS INDUSTRI DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK TNDONESTA (2003-2007).

0 0 6

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Saat Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010 (Studi Kasus pada Perusahaan yang Listing di BEI Selama Tahun 2008 Sampai Dengan Tahun 2010).

0 0 18

PENGARUH ASSET TURNOVER, CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TERJADINYA UNDERPRICING SAHAM PADA PERUSAHAAN DI PASAR PENAWARAN SAHAM PERDANA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal - Pengaruh Umur Perusahaan, Persentase Penawaran Saham dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing saat Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-20

0 0 18

ANALISIS TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN SAHAM PERDANA (IPO) DI BEI PERIODE 2012-2016 (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016) - Unissula Repository

0 0 13

Analisis pengaruh profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan terhadap tingkat underpricing saham pada penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia : studi empiris pada perusahaan yang - USD Repository

0 1 75

ANALISIS PENGARUH REPUTASI UNDERWRITER, ROE, ROA DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING PADA PENAWARAN UMUM PERDANA

0 0 98