Pengaruh Umur Perusahaan, Persentase Penawaran Saham dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing saat Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012)

(1)

SKRIPSI

PENGARUH UMUR PERUSAHAAN, PERSENTASE PENAWARAN SAHAM DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP UNDERPRICING SAAT IPO

(STUDY KASUS PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2012)

OLEH :

Norman Jaya Hutabarat 100503160

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Underpricing merupakan kondisi dimana harga saham di pasar sekunder lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham di pasar perdana. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel bebas terhadap underpricing yang terjadi pada perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) periode 2010-2012. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan.

Data dalam penelitian data sekunder yang dianalisis menggunakan metode regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik. Hipotesis diuji menggunakan uji F (simultan) dan uji t (parsial). Metode purposive sampling digunakan untuk menentukan besarnya sampel yaitu 59 perusahaan dari 70 perusahaan yang mengalami underpricing pada periode tersebut.

Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap

underpricing. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel ukuran perusahaan saja yang memiliki pengaruh terhadap underpricing. Sedangkan variabel umur perusahaan dan persentase penawaran saham tidak terbukti mempengaruhi underpricing.

Kata kunci : Underpricing, Penawaran Umum Perdana, IPO, Umur Perusahaan, Persentase Penawaran Saham, Ukuran Perusahaan.


(3)

ABSTRACT

Underpricing is a condition in which the stock price in the secondary market is higher than closing price in the primary market. The objective of this study is to analyze independent variables that affect the level of underpricing that occur in the company that do the Initial Public Offering (IPO) during period 2010-2012. The variable which is used in this studies are company age, percentage of offering and company size.

The data in this study were analyzed using multiple linear regression method with the classical assumption test. The hypothesis was tested using the F test (simultaneous) and t test (partial). Purposive sampling method is used to determine the sample size is 59 companies from 70 companies experienced underpricing in that period.

Results of simultan test showed that company age, percentage of offering and company size has no effect on underpricing. Partial test results showed that the only variable sized companies who have an influence on underpricing. While company age and percentage of offering proven not affect underpricing.

Key word : Underpricing, Initial Public Offering, IPO, Company Age, Percentage of Offering, Company Size.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skirpsi yang berjudul “Pengaruh Umur Perusahaan, Persentase Penawaran Saham dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing saat Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012)” yang disusun guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, bantuan, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih, yaitu kepada:

1. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan hingga skripsi ini terselesaikan.

2. Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan untuk skripsi ini.

3. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh Bapak/ Ibu dosen serta seluruh pegawai yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan selama penulis menempuh pendidikan Strata-1 di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Kedua orang tua dan kakak tercinta yang selalu memberikan dukungan serta semangat selama penulisan skripsi ini.

6. Teman-teman satu angkatan, khususnya Bobby, Hashfi, Tuppal, Juliver, Harry, Rifal, Romi, yang selalu menemani penulis selama menempuh pendidikan dan penulisan skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang juga telah memberikan bantuan hingga terselesaikannya skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, baik bagi para pembaca maupun bagi penulis sendiri.

Medan, Desember 2013


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ………. ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ………. vii

DAFTAR GAMBAR ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ………. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah ………. 1

1.2 P erumusahan Masalah ……… 6

1.3 T ujuan Penelitian ……… 6

1.4 M anfaat Penelitian ………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ……… 8

2.1.1 Pasar Modal ……… 8

2.1.2 Saham ………. 10

2.1.3 Initial Public Offering (IPO)…….……….. 10

2.1.4 Penjamin Emisi (Underwriter)……… 11

2.1.5 Underpricing ……….. 13

2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing …… 14

2.2 Review Penelitian Terdahulu……… 17

2.4 K erangka Konseptual ……….. 23

2.4 Hipotesis ……… 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ……… 26

3.2 Metode Pengumpulan Data ………. 26

3.3 Populasi dan Sampel ……… 27

3.4 Definisi Operasional ……… 30


(7)

3.4.2 Variabel Independen ……….. 31

3.5 Teknik Analisis Data……… 32

3.5.1 Analisis Regresi Linier Berganda ……….. 32

3.5.2 Uji Asumsi Klasik ……… 33

3.5.3 Uji Hipotesis ……….. 37

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1 Gambarab Umum Penelitian……… 39

4.2 Hasil Penelitian ……… 39

4.2.1 Statistik Deskriptif Variabel……… 39

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ……… 41

4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda ………. 47

4.2.4 Pengujian Hipotesis ……… 49

4.2.5 Koefisien Determinasi ……… 53

4.3 Pembahasan ……… 54

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ………. 56

5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran ………. 57

DAFTAR PUSTAKA ……….. 58


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Daftar Penelitian Terdahulu …….………. 18

3.1 Daftar Perusahaan Sampel ………. 28

3.2 Ringkasan Definisi Operasional Variabel ………. 32

4.1 Statistik Deskriptif Variabel ….………. 40

4.2 Uji kolmogorov-Smirnov Data Awal ..………. 42

4.3 Uji kolmogorov-Smirnov Data Hasil Transformasi ……….. 42

4.4 Hasil Pengujian Multikolinieritas ………. 45

4.5 Pengujian Autokorelasi Durbin-Watson ……….. 47

4.6 Hasil Perhitungan Regresi ………. 48

4.7 Uji F (Uji Simultan) ……….. 49

4.8 Uji t (Uji Parsial) ….……….. 50


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ………. 24

4.1 Histogram Display Normal Curve ……… 43

4.2 Kurva Normal P-Plot ……… 44


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Awal Perusahaan Sampel ……….. 61 Lampiran 2 Data Hasil Transformasi ………. 64 Lampiran 3 Hasil Regresi Berganda Ln Underpricing……… 67  


(11)

ABSTRAK

Underpricing merupakan kondisi dimana harga saham di pasar sekunder lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham di pasar perdana. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel bebas terhadap underpricing yang terjadi pada perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) periode 2010-2012. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan.

Data dalam penelitian data sekunder yang dianalisis menggunakan metode regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik. Hipotesis diuji menggunakan uji F (simultan) dan uji t (parsial). Metode purposive sampling digunakan untuk menentukan besarnya sampel yaitu 59 perusahaan dari 70 perusahaan yang mengalami underpricing pada periode tersebut.

Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap

underpricing. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel ukuran perusahaan saja yang memiliki pengaruh terhadap underpricing. Sedangkan variabel umur perusahaan dan persentase penawaran saham tidak terbukti mempengaruhi underpricing.

Kata kunci : Underpricing, Penawaran Umum Perdana, IPO, Umur Perusahaan, Persentase Penawaran Saham, Ukuran Perusahaan.


(12)

ABSTRACT

Underpricing is a condition in which the stock price in the secondary market is higher than closing price in the primary market. The objective of this study is to analyze independent variables that affect the level of underpricing that occur in the company that do the Initial Public Offering (IPO) during period 2010-2012. The variable which is used in this studies are company age, percentage of offering and company size.

The data in this study were analyzed using multiple linear regression method with the classical assumption test. The hypothesis was tested using the F test (simultaneous) and t test (partial). Purposive sampling method is used to determine the sample size is 59 companies from 70 companies experienced underpricing in that period.

Results of simultan test showed that company age, percentage of offering and company size has no effect on underpricing. Partial test results showed that the only variable sized companies who have an influence on underpricing. While company age and percentage of offering proven not affect underpricing.

Key word : Underpricing, Initial Public Offering, IPO, Company Age, Percentage of Offering, Company Size.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Modal merupakan hal yang paling dibutuhkan oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan yang dialami perusahaan, kebutuhan akan modal juga akan bertambah. Namun, permasalahan yang sering timbul adalah perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan modalnya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan akan modalnya tersebut, perusahaan akan mencari tambahan modal dari pihak luar, yaitu dengan cara menjual saham perusahaan kepada masyarakat melalui pasar modal (go public).

Pasar modal merupakan wadah yang dapat dimanfaatkan baik oleh pihak yang kelebihan dana (investor) maupun oleh pihak yang membutuhkan dana (perusahaan). Bagi investor pasar modal dapat digunakan sebagai alat untuk menyalurkan dana yang tidak terpakai untuk berinvestasi guna memperoleh keuntungan. Bagi perusahaan sendiri, pasar modal merupakan alternatif untuk mendapatkan sumber dana yang cukup besar disamping melalui lembaga perbankan.


(14)

Perusahaan yang untuk pertama kalinya menawarkan sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal disebut sebagai penawaran umum perdana atau disebut Initial Public Offering (IPO). Perusahaan cenderung melakukan IPO karena banyak keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Beberapa keuntungan tersebut antara lain adalah kemudahan untuk meningkatkan modal di masa mendatang, meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham serta nilai perusahaan akan diketahui (Jogiyanto, 1998:14).

Pada umumnya perusahaan akan menyerahkan permasalahan yang berhubungan dengan IPO kepada banker investasi (invesment banker). Banker investasi merupakan pihak yang mempunyai keahlian dalam penjualan sekuritas-sekuritas baru. Banker investasi mempunyai peran sebagai pemberi saran (advisory function), sebagai pembeli saham (underwriting function), dan berfungsi sebagai pemasar saham kepada investor (marketing function) (Jogiyanto, 1998:16).

Perusahaan yang melakukan go public sebelumnya merupakan sebuah perusahaan privat dimana tidak ada keharusan bagi perusahaan untuk menyedikan informasi mengenai perusahaannya kepada masyarakat sehingga

private information sangat sulit untuk didapatkan. Keterbatasan informasi ini tentu menyulitkan investor untuk menentukan keuntungan dan resiko dari harga saham perusahaan IPO. Investor hanya memperoleh informasi dari propektus yang disertakan perusahaan sebelum melakukan penawaran perdana. Propektus merupakan dokumen yang berisi informasi tentang


(15)

perusahaan penerbit sekuritas dan informasi lain yang berkaitan tentang sekuritas yang ditawarkan (Jogiyanto, 1998:17).

Sebelum saham tersebut diperjual belikan di bursa efek (pasar sekunder) terlebih dahulu saham tersebut akan dijual di pasar perdana. Harga saham pada penawaran perdana di pasar perdana (primary market) umumnya merupakan kesepakatan antara perusahaan dan underwriter (penjamin emisi) sedangkan harga saham di pasar sekunder (secondary market) ditentukan berdasarkan permintaan dan penawaran. Namun, penentuan harga saham pada IPO sangat sulit dilakukan karena tidak ada harga pasar sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menetapkan besarnya penawaran. Harga saham dari perusahaan yang melakukan IPO belum pernah tercatat di lantai bursa oleh karena itu underwriter akan menanggung segala resiko untuk menjual saham ini. Kondisi ini mendorong underwriter cenderung akan menjual saham tersebut dengan harga yang lebih murah untuk mengurangi resiko yang ditanggungnya. Apabila harga saham pada saat IPO lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder dihari pertama, maka terjadi underpricing.

Underpricing merupakan selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham pada saat penutupan di pasar perdana pada hari pertama (Yolana dan Martani, 2005). Kondisi underpricing sangat merugikan bagi perusahaan yang sangat membutuhkan dana karena dana yang diterima menjadi tidak maksimum. Namun, bagi investor kondisi ini sangat


(16)

atas pembelian saham yang dilakukannya. Initial Return adalah return yang diterima pemegang saham karena perbedaan harga saham antara pasar perdana dengan pasar sekunder pada saat IPO.

Fenomena underpricing tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi terjadi hampir di seluruh negara-negara di dunia seperti Amerika Serikat (Ritter, 1991), Australia (How, 1995), Bangladesh (Aminul, 2010), Korea (Kim et al, 1995) serta Perancis (Mezhoud, 2011). Meskipun telah banyak penelitian yang dilakukan, tetapi banyak terdapat perbedaan hasil dari penelitian-penelitian terebut. Sehingga, masalah mengenai underpricing masih menjadi topik yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Perusahaan yang telah lama beroperasi dianggap lebih memiliki banyak pengalaman dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri. Semakin berpengalaman perusahaan tersebut, maka kepercayaan investor untuk berivestasi dalam perusahaan tersebut akan semakin besar. Besarnya kepercayaan investor mengindikasikan bahwa tingkat ketidakpastian pada perusahaan tesebut kecil. Semakin kecil ketidakpastian maka akan semakin kecil pula underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Rosyati dan Sabeni (2002) memperlihatkan hasil bahwa umur perusahaan mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap underpricing. Hasil yang berbeda diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008). Penelitian ini menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.


(17)

Jumlah saham yang ditawarkan perusahaan mengindikasikan sedikit banyaknya private information perusahaan. Semakin banyak jumlah saham yang ditawarkan perusahaan maka akan semakin besar informasi yang diterima investor mengenai perusahaan tersebut sehingga akan mempengaruhi

underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Nasirwan (2000) memperlihatkan hasil bahwa persentase penawaran saham memiliki pengaruh negatif terhadap underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Daljono (2000) memperlihatkan hasil bahwa persentase penawaran saham tidak memiliki pengaruh terhadap underpricing.

Perusahaan-perusahaan besar umumnya lebih dikenal masyarakat daripada perusahaan-perusahaan kecil sehingga informasi mengenai perusahaan besar akan lebih banyak. Dengan informasi yang lebih banyak akan mengurangi tingkat ketidakpastian dari perusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Yolana dan Martani (2005) memperlihatkan hasil bahwa ukuraan perusahaan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap tingkat underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah (2003) memperlihatkan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap initial return

(underpricing).

Perbedaan hasil dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing pada saat IPO mendorong penulis untuk kembali melakukan penelitian dengan mengambil variabel bebas


(18)

dan ukuran perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Handayani (2008). Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini diberi judul: “Pengaruh Umur Perusahaan, Persentase Penawaran Saham dan Ukuran Perusahaan Terhadap Underpricing Saat IPO (Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012)”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap underpricing baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2010-2012.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan terhadap

underpricing baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2010-2012.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. menambah referensi bagi perusahaan dalam menentukan harga saham pada saat IPO,

2. dapat dijadikan sebagai referensi dalam membuat keputusan investasi bagi investor yang ingin melakukan investasi di pasar modal,

3. menambah referensi bagi peneliti yang akan membuat penelitian khususnya mengenai masalah underpricing di masa yang akan datang.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal

Perusahaan yang membutuhkan dana atau ingin menambah dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar modal merupakan pasar seperti pada umumnya, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan kegiatan jual beli. Penentuan harga dalam pasar modal juga merupakan hasil dari permintaan dan penawaran. Namun, yang membedakan pasar modal dengan pasar-pasar pada umumnya adalah barang yang dijual di pasar modal merupakan sekuritas dan surat-surat berharga.

Menurut Jogiyanto (1998:10) pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar modal dapat dikatakan sebagai pasar yang abstract karena yang diperjual belikan adalah dana dana jangka panjang, yaitu dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun (Lubis, 2008:7). Pasar modal juga dipandang sebagai sarana yang efektif untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian akan disalurkan ke sektor-sektor yang lebih produktif (Indriyo dan Basri, 2002:239).

Pada umumnya pasar modal dapat dibagi menjadi empat jenis, antara lain pasar perdana, pasar sekunder, pasar ketiga dan pasar keempat.


(21)

1. Pasar Perdana (Primary Market)

Tempat untuk menjual surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan yang melibatkan banker investasi. Surat berharga yang baru dijual dapat berupa penawaran perdana ke publik atau dapat berupa tambahan surat berharga baru jika perusahaan sudah go public (seasoned new issues).

2. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Setelah sekuritas baru selesai dijual di pasar perdana melalui

underwriter sekuritas tersebut akan diperdagangkan untuk publik di pasar sekunder. Pasar sekunder merupakan tempat perdagangan sekuritas dan surat-surat berharga yang telah beredar.

3. Pasar Ketiga (Third Market)

Pasar ketiga merupakan pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar kedua tutup. Pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup.

4. Pasar keempat (Fourth Market)

Pasar keempat merupakan pasar modal yang dilakukan antara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker. Pasar keempat umumnya menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar.


(22)

2.1.2 Saham

Saham dapat diartikan sebagai hak kepemilkan terhadap suatu perusahaan. Dengan memiliki saham maka secara otomatis kita memiliki kepentingan dalam perusahaan tersebut dan memiliki hak suara dalam RUPS serta berhak atas deviden. Secara umum saham dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock).

1. Saham Biasa (common stock)

Saham dapat didefinisikan sebagai penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan (Lubis, 2008:59).

2. Saham Preferen (preferred stock)

Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa (Jogiyanto, 1998:53).

2.1.3 Initial Public Offering (IPO)

Untuk memperoleh tambahan dana, yang akan dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasionalnya, perusahaan dapat memanfaatkan pasar modal dengan mengeluarkan saham untuk publik (go public). Perusahaan yang baru pertama kali menawarkan saham perusahaannya untuk publik disebut melakukan penawaran umum perdana atau disebut IPO. Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 mengenai Pasar Modal didefinisikan bahwa “Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan


(23)

oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya.”

Initial Public Offerring (IPO) merupakan satu dari beberapa alternatif yang paling diminati oleh perusahaan karena banyaknya keuntungan yang akan diterima oleh perusahaan. Menurut Indriyo dan Basri (2002:240) keuntungan menjadi perusahaan publik antara lain jumlah dana yang dihimpun berjumlah besar, dana dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana tutup, mempertinggi solvabilitas serta ketergantungan kepada bank relative kecil. Keputusan menjadi perusahaan publik (go public) atau tetap menjadi perusahaan privat merupakan keputusan yang harus dipikirkan matang-matang.

2.1.4 Penjamin Emisi (Underwriter)

Pada saat melakukan IPO perusahaan biasanya akan menggunakan jasa banker investasi atau penjamin emisi (underwriter) untuk menjual sahamnya di pasar perdana (primary market). Underwriter merupakan pihak yang membeli saham atau sekuritas lain yang nantinya akan dijual kembali ke publik (Jogiyanto, 1998:16). Underwriter juga merupakan pihak yang akan menanggung resiko apabila saham tersebut tidak laku terjual dengan cara membeli seluruh saham yang tidak laku tersebut.


(24)

Beberapa tipe underwriter menurut Lubis (2008:42), antara lain adalah kesanggupan penuh, kesanggupan yang terbaik, kesanggupan siaga dan kesanggupan semua atau tidak sama sekali.

1. Kesanggupan Penuh (Full Commitment)

Underwriter akan mengambil resiko dalam menjual saham baru. Apabila saham tidak terjual semua, maka underwriter akan menanggung seluruh resiko dengan membeli semua sisa saham.

2. Kesanggupan yang Terbaik (Best Effort Commitment)

Underwriter akan berusaha sebaik mungkin untuk menjual saham tersebut. Apabila tidak semua saham laku terjual maka saham tersebut akan dikembalikan kepada perusahaan.

3. Kesanggupan Siaga (Standby Commitment)

Apabila saham tidak laku sampai batas waktu yang telah ditentukan, maka

underwriter bersedia untuk membeli saham yang tidak laku tersebut. Hanya saja harga saham yang dibeli oleh underwriter tidak sama dengan harga pada penawaran umum, biasanya dibawah harga penawaran umum. 4. Kesanggupan Semua atau Tidak Sama Sekali (All or None Commitment)

Underwriter akan berusaha menjual semua saham tersebut. Apabila tidak semua saham terjual, maka perjanjian akan batal dan semua saham akan


(25)

dikembalikan kepada perusahaan. Hal ini dilakukan karena biasanya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu.

2.1.5 Underpricing

Penetapan harga saham pada pasar perdana merupakan kesepakatan yang dibuat oleh perusahaan dengan penjamin emisi (underwriter). Sebagai pihak yang mengetahui pasar modal lebih baik, underwriter cenderung akan membuat harga saham perusahaan tersebut lebih murah. Hal ini dilakukan

underwriter agar saham tersebut laku terjual yang pada akhirnya akan mengurangi resiko yang ditanggung oleh underwriter tersebut. Kondisi ini akan menimbulkan harga saham menjadi underpricing. Underpricing

merupakan kondisi dimana harga saham di pasar sekunder pada hari pertama perdagangan saham secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan harga penawaran di pasar perdana (Sulistio,2005).

Underpricing dapat terjadi karena adanya asimetri informasi atau keterbatasan informasi antara pelaku IPO yaitu perusahaan yang IPO,

underwriter maupun investor. Perusahaan yang IPO belum mengetahui bagaimana kondisi pasar modal sehingga perusahaan akan meminta bantuan kepada underwriter untuk menentukan harga yang terbaik untuk menjual sahamnya di pasar perdana. Namun, pada umumnya penawaran saham di pasar perdana sulit dilakukan dengan harga tinggi karena harga pasar saham perusahaan belum diketahui.


(26)

Bagi perusahaan, underpricing merupakan kondisi yang sebisa mungkin harus dihindari karena perusahaan sebagai pihak yang membutuhkan dana tidak dapat menghimpun dana secara maksimal. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan sengaja untuk menetapkan harga saham yang cenderung lebih murah. Hal ini dilakukan perusahaan agar minat investor terhadap saham yang dijual oleh perusahaan menjadi tinggi sehingga saham tersebut laku terjual di pasar modal.

Setiap investor pasti akan berupaya untuk memaksimalkan return yang akan diterima dari seluruh investasi yang dilakukannya. Sehingga pihak investor akan lebih mengharapkan tingginya underpricing yang terjadi pada saham yang dibelinya. Apabila terjadi underpricing investor akan menerima

initial return, yaitu persentase selisih harga saham di pasar sekunder dibandingkan dengan harga saham pada penawaran perdana (Sulistio, 2005).

2.1.6 Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Underpricing

Di dalam penelitian ini beberapa faktor yang diduga mempengaruhi

underpricing antara lain umur perusahaaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan.

1. Umur Perusahaan

Sebuah perusahaan yang telah lama berdiri umumnya mempunyai pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi kondisi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dibandingkan dengan perusahaan yang


(27)

baru berdiri. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan perusahaan untuk tetap bertahan (survive) dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Semakin lama perusahaan berdiri, maka semakin banyak juga informasi yang dapat dihimpun oleh investor sehingga dapat mengurangi asimetri informasi. Semakin sedikit asimetri informasi tentang perusahaan tersebut maka akan semakin kecil pula tingkat ketidakpastian perusahaan tersebut dan pada akhirnya akan berdampak pada semakin kecilnya underpricing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang lebih lama berdiri diduga memiliki underpricing yang lebih kecil.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Beatty (1989) menyatakan bahwa umur perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap initial return

(underpricing). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rosyati dan Sabeni (2002) yang memperlihatkan hasil bahwa umur perusahaan mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap underpricing.

2. Persentase Penawaran Saham

Persentase penawaran saham merupakan banyak jumlah saham yang ditawarkan oleh perusahaan kepada publik. Dengan kata lain persentase penawaran saham menunjukan seberapa besar porsi kepemilikan yang akan dikuasai oleh publik. Semakin besar jumlah saham yang ditawarkan kepada publik maka akan semakin sedikit private


(28)

information perusahaan. Semakin sedikit private information perusahaan, para investor akan lebih banyak mendapatkan informasi tentang perusahaan sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian terhadap perusahaan dan pada akhirnya akan mengurangi underpricing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar persentase penawaran saham yang ditawarkan kepada publik maka akan semakin kecil underpricing

yang terjadi pada perusahaan tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Nasirwan (2000) memperlihatkan hasil bahwa persentase penawaran saham berpengaruh negatif terhadap

initial return (underpricing). Hasil yang sama diperlihatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara persentase penawaran saham terhadap underpricing,

 

3. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan besarnya aktiva yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Perusahaan yang besar umumnya memiliki jumlah aktiva yang besar pula. Semakin besar perusahaan maka informasi mengenai perusahaan tersebut juga akan semakin banyak karena pada umumnya semakin besar perusahaan akan semakin dikenal oleh masyarakat.


(29)

Dengan banyaknya informasi yang diperoleh, investor akan mudah menilai resiko yang akan dihadapinya apabila berinvestasi pada sebuah perusahaan. Kejelasan informasi mengenai perusahaan akan meningkatkan penilaian terhadap perusahaan, mengurangi tingkat ketidakpastian dan meminimalkan resiko dan tingkat underpricing (Sulistio, 2005). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan maka

underpricing yang terjadi akan semakin kecil pula.

Penelitian yang dilakukan oleh Yolana dan Martani (2005) memperlihatkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap underpricing. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008) yang membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap underpricing.

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Underpricing merupakan fenomena yang lazim ditemui pada saat perusahaan melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering

(IPO). Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi underprcing, baik penelitian yang dilakukan di dalam negeri maupun di luar negeri. Ringkasan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini.


(30)

Tabel 2.1

Daftar Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti

Variable Teknik

Analisis Hasil Penelitian Dependent Independent

Nasirwan (2000)

Initial return, return 15 hari setelah IPO dan return 1 tahun setelah IPO

Reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, ukuran perusahan, persentase

penawaran saham, nilai penawaran saham, dan deviasi standarreturn.

Regresi Linier Berganda

Reputasi underwriter berpengaruh positif signifikan terhadap return awal, return 15 hari setelah IPO dan return 1 tahun setelah IPO. Persentase penawaran saham dan nilai penawaran saham berpengaruh negatif terhadap return 15 hari setelah IPO. Sedangkan deviasi standar return berpengaruh positif terhadap return awal dan return 15 hari setelah IPO.

Daljono (2000)

Initial return Reputasi auditor, reputasi underwriter, persentase

penawaran saham, umur perusahaan, ROA, financial

leverage dan

solvability ratio.

Regresi Linier Berganda

Reputasi underwriter dan financial leverage berpengaruh positif secara signifikan terhadap initial return. Sedangkan reputasi auditor, persentase penawaran saham, umur perusahaan, ROA dan solvabilitas ratio

tidak terbukti mempengaruhi initial

return. Rosyati dan

Sabeni (2002)

Underpricing Kondisi pasar, umur perusahaan, reputasi auditor dan reputasi penjamin emisi.

Regresi Linier Berganda

Reputasi penjamin emisi dan umur perusahaan

mempengaruhi

underpricing secara signifikan dengan korelasi kearah negatif. Sedangkan reputasi auditor dan kondisi pasar tidak brpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Sumber: Berbagai jurnal yang diolah


(31)

Nama Peneliti

Variable Teknik

Analisis Hasil Penelitian Dependent Independent

Ardiansyah (2003)

Initial return dan return 15 hari setelah IPO

ROA, financial leverage, EPS, CR, Procced,

pertumbuhan laba, reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, jenis industri dan kondisi

perekonomian

Regresi Linier Berganda

EPS memiliki pengaruh

negatif secara signifikan terhadap initial return. Kondisi perekonomian

berpengaruh secara signifikan dengan korelasi positif terhadap initial return.

Variabel lainnya tidak terbukti berpengaruh terhadap initial return. Yolana dan

Martani (2005)

Underpricing reputasi penjamin emisi, rata-rata kurs, ukuran perusahaan, ROE dan jenis industry

Regresi Linier Berganda

Rata-rata kurs dan ROE terbukti mempengaruhi underpricing secara signifikan dengan korelasi positif. Ukuran perusahaan dan jenis industri terbukti mempengaruhi

underpricing secara signifikan dengan korelasi negatif. Reputasi penjamin emisi tidak terbukti mempengaruhi

underpricing. Sulistio

(2005)

Initial return Ukuran perusahaan, EPS, PER, leverage, persentase

pemegang saham lam, reputasi auditor

dan reputasi underwriter.

Regresi Linier Berganda

Tingkat leverage mempengaruhi initial return secara signifikan dengan arah negatif dan persentase pemegang

saham lama mempengaruhi initial

return secara signifikan kearah positif. Ukuran perusahaan, EPS, PER, reputasi auditor dan reputasi underwriter tidak mempengaruhi initial return.

Handayani (2008)

Underpricing DER, ROA, EPS, umur perusahaan, ukuran perusahaan, persentase penawaran saham. Regresi Linier Berganda

Variabel EPS, Ukuran Perusahaan dan Persentase Penawaran Saham berpengaruh terhadap Underpricing. Variabel lainnya, seperti DER, ROA, dan Umur perusahaan tidak terbukti mempengaruhi underpricing.


(32)

Penelitian oleh Nasirwan (2000) dilakukan pada periode 1989-1996. Penelitiannya menganalisis pengaruh reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, ukuran perusahan, persentase penawaran saham, nilai penawaran saham, dan deviasi standarreturn terhadap return awal, return 15 hari setelah IPO dan return 1 tahun setelah IPO. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dan mean adjusted model untuk mengukur

return. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa reputasi underwriter

berpengaruh positif signifikan terhadap return awal, return 15 hari setelah IPO dan return 1 tahun setelah IPO. Persentase penawaran saham dan nilai penawaran saham berpengaruh negatif terhadap return 15 hari setelah IPO. Variabel deviasi standar return berpengaruh positif terhadap return awal dan

return 15 hari setelah IPO.

Daljono (2000) melakukan penelitian pada periode 1990-1997 terhadap initial return dengan reputasi auditor, reputasi underwriter, persentase penawaran saham, umur perusahaan, ROA, financial leverage dan

solvability ratio sebagai variabel independen. Analisis regresi linier berganda digunakan dalam penelitian ini untuk meneliti hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Penelitian ini menyatakan bahwa reputasi underwriter dan financial leverage berpengaruh positif secara signifikan terhadap initial return. Variabel reputasi auditor, persentase penawaran saham, umur perusahaan, ROA dan solvabilitas ratio tidak terbukti mempengaruhi initial return.


(33)

Penelitian yang dilakukan oleh Rosyati dan Sabeni (2002) dengan data yang digunakan tahun 1997-2000 menganalisis pengaruh variabel kondisi pasar, umur perusahaan, reputasi auditor dan reputasi penjamin emisi terhadap

underpricing dengan regresi linier berganda sebagai teknik analisis yang digunakan. Penelitian mereka menyatakan bahwa reputasi penjamin emisi dan umur perusahaan mempengaruhi underpricing secara signifikan dengan korelasi kearah negatif. Variabel reputasi auditor dan kondisi pasar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap underpricing.

Penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah (2003) menggunakan ROA, financial leverage, EPS, CR, Procced, pertumbuhan laba, reputasi

underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, jenis industri dan kondisi perekonomian sebagai variabel independent dengan menggunakan data perusahaan yang IPO antara 1995-2000. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dan berhasil membuktikan bahwa variabel EPS memiliki pengaruh negatif secara signifikan terhadap initial return. Variabel kondisi perekonomian berpengaruh secara signifikan dengan korelasi positif terhadap initial return. Variabel lainnya tidak terbukti berpengaruh terhadap

initial return.

Yolana dan Martani (2005) meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi underpricing pada saat penawaran perdana. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan data yang digunakan dalam penelitian diambil dari tahun 1994-2001.


(34)

ukuran perusahaan, ROE dan jenis industry sebagai variabel independen. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa rata-rata kurs dan ROE terbukti mempengaruhi underpricing secara signifikan dengan korelasi positif. Variabel ukuran perusahaan dan jenis industri terbukti mempengaruhi

underpricing secara signifikan dengan korelasi negatif. Variabel reputasi penjamin emisi tidak terbukti mempengaruhi underpricing.

Penelitian oleh Sulistio (2005) mengambil data tahun 1998-2003 dengan menggunakan ukuran perusahaan, EPS, PER, leverage, persentase pemegang saham lama, reputasi auditor dan reputasi underwriter sebagai variabel independen dan initial return sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dan menghasilkan kesimpulan bahwa (1) variabel tingkat leverage mempengaruhi initial return

secara signifikan dengan arah negatif dan (2) persentase pemegang saham lama mempengaruhi initial return secara signifikan kearah positif. Variabel ukuran perusahaan, EPS, PER, reputasi auditor dan reputasi underwriter tidak terbukti mempengaruhi initial return.

Handayani (2008) melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan keuangan yang melakukan IPO pada tahun 2000-2006 dengan menggunakan variabel independen DER, ROA, EPS, umur perusahaan, ukuran perusahaan, persentase penawaran saham dan Underpricing sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel EPS, ukuran perusahaan dan persentase penawaran saham berpengaruh terhadap


(35)

underpricing. Variabel lainnya, DER, ROA, umur perusahaan, tidak terbukti mempengaruhi underpricing.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008) adalah sebagai berikut:

1. informasi keuangan yang digunakan dalam penelitian ini hanya ukuran perusahaan (Total Aktiva) dan informasi non keuangan yang digunakan adalah umur perusahaan dan persentase penawaran saham, 2. penelitian ini menggunakan data dari perusahaan yang melakukan

penawaran umum perdana (IPO) antara tahun 2010-2012.

2.3 Kerangka Konseptual

Informasi keuangan dan non keuangan perusahaan yang melakukan IPO akan mempengaruhi besarnya underpricing yang terjadi. Hal ini dikarenakan bahwa investor, sebagai pihak yang menanamkan modalnya dalam perusahaan, akan menggunakan informasi tersebut untuk mengukur besarnya keuntungan dan tingkat resiko apabila melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Semakin besar informasi yang dimiliki oleh investor maka akan semakin kecil asimetri informasi yang terjadi, semakin kecil asimetri informasi maka akan semakin kecil pula underpricing yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut dapat digambarkan kerangka konseptual seperti di bawah ini.


(36)

  Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Perusahaan yang telah lama berdiri akan memudahkan investor mendapatkan informasi tentang perusahaan tersebut. Dengan bertambahnya informasi yang dimiliki investor maka besarnya asimetri informasi tentang perusahaan tersebut juga akan berkurang dan pada akhirnya akan mengurangi besarnya underpricing yang terjadi. Sehingga dapat disimpulkan umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing.

Banyaknya saham yang ditawarkan oleh perusahaan kepada publik mengindiasikan bahwa semakin sedikit private information tersebut. Semakin kecil private information maka asimetri informasi juga akan semakin kecil. Dengan semakin kecilnya asimetri informasi maka underpricing juga akan semakin kecil. Sehingga dapat disimpulkan persentase penawaran saham berpengaruh negatif terhadap underpricing.

Umur Perusahaan (X1)

Persentase Penawaran Saham (X2)

Ukuran Perusahaan (X3)


(37)

Ukuran perusahaan merupakan satu dari beberapa faktor utama yang dipertimbangkan investor dalam berinvestasi. Semakin besar ukuran perusahaan tingkat kepercayaan investor akan semakin besar. Hal ini dikarenakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin dikenal masyarakat sehingga investor akan semakin mudah mendapatkan informasi menggenai perusahaan tersebut. Semakin banyak informasi yang dimiliki investor tentu akan mengurangi asimetri informasi dan pada akhirnya akan mengurangi besarnya underpricing. Sehingga dapat disimpulkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual diatas, hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap underpricing baik secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2010-2012.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan serta dari sumber-sumber lain yang mendukung. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa nama perusahaan yang IPO pada periode 2010-2012 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, tanggal perusahaan berdiri, tanggal IPO perusahaan, harga saham perdana, harga penutupan saham hari pertama di pasar sekunder, umur perusahaan, persentase saham yang ditawarkan kepada publik dan ukuran perusahaan (total aktiva). Data tersebut diperoleh melalui

http://www.idx.co.id, http://www.e-bursa.com serta sumber lainnya yang mendukung penelitian ini.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan metode dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan pencatatan maupun menelaah dokumen-dokumen atau literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.


(39)

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada periode 2010-2012 dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling, yaitu sampel yang akan digunakan harus memenuhi syarat-syarat atau kriteria tertentu yang telah ditetapkan dalam penelitian ini.

Kriteria atau syarat-syarat perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 

1. perusahaan yang melakukan IPO pada periode Januari 2010 sampai Desember 2012 dan tercatat di dalam Bursa Efek Indonesia,

2. perusahaan tersebut tidak delisting,

3. saham perusahaan mengalami underpricing pada hari pertama di pasar sekunder.

Dari kriteria atau syarat-syarat diatas didapatkan hasil sebagai berikut: 1. terdapat 70 perusahaan yang melakukan IPO pada periode Januari

2010 sampai Desember 2012,

2. tidak terdapat perusahaan yang mengalami delisting,

3. terdapat 11 perusahaan yang tidak mengalami underpricing.


(40)

dijadikan sampel dalam penelitian ini. Daftar nama perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan Sampel No Kode Nama Perusahaan Tanggal

IPO

IPO Price

Closing

Price Keterangan 1  EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk 12/01/10 720 730 Underpricing 2  PTPP PT PP (PERSERO) Tbk 09/02/10 560 580 Underpricing 3  BIPI Benakat Petrolium Energy Tbk 11/02/10 140 191 Underpricing 4  TOWR Sarana Meara Nusantara Tbk 08/03/10 1050 1570 Underpricing 5  ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk 28/06/10 1275 1490 Underpricing 6  GOLD PT Golden Retailindo Tbk 07/07/10 350 520 Underpricing 7  SKYB Skybee Tbk 07/07/10 375 560 Underpricing 8  BJBR Bank Jabar Banten 08/07/10 600 900 Underpricing 9  IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk 09/07/10 210 235 Underpricing 10  GREN PT Evergreen Invesco Tbk 09/07/10 105 178 Underpricing 11  BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk 12/07/10 260 310 Underpricing 12  BRAU Berau Coal Energy Tbk 19/08/10 400 445 Underpricing 13  HRUM Harum Energi Tbk 06/10/10 5200 5450 Underpricing 14  ICBP Indofood CBP Sukses Makmur

Tbk 07/10/10 5395 5950 Underpricing

15  TBIG Tower Bersama Infrastructure

Tbk 26/10/10 2025 2400 Underpricing

16  KRAS Krakatau Steel Tbk 10/11/10 850 1270 Underpricing 17  APLN Agung Podomoro Land Tbk 11/11/10 365 410 Underpricing 18  BORN Borneo Lumbung Energi Dan

Metal Tbk 26/11/10 1170 1280 Underpricing 19  WINS Wintermar Pffshore Marine Tbk 29/11/10 380 355 Overpricing 20  MIDI Midi utama Indonesia Tbk 30/11/10 275 410 Underpricing 21  BRMS Bumi Resource Mineral Tbk 09/12/10 635 700 Underpricing 22  BSIM Bank Sinar Mas Tbk 13/12/10 150 255 Underpricing 23  MFMI Multifiling Mitra Indonesia Tbk 29/12/10 200 340 Underpricing 24  EMDE Megapolitan Developments Tbk 12/01/11 250  210 Overpricing 25  MBTO Martina Berto Tbk 13/01/11 740  660 Overpricing 26  GIAA Garuda Indonesia (Persero) Tbk 11/02/11 750  620 Overpricing 27  MBSS Mitrabahtera Segara Sejati Tbk 06/04/11 1600  1780 Underpricing 28  SRAJ Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk 11/04/11 120  200 Underpricing 29  HDFA HD Finance Tbk 10/05/11 200  230 Underpricing 30  BULL Buana Listya Tama Tbk 23/05/11 155  166 Underpricing 31  JAWA Jaya Agra Wattie Tbk 30/05/11 500  495 Overpricing 32  SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk 09/06/11 1100  1250 Underpricing


(41)

33  MTLA Metropolitan Land Tbk 20/06/11 240  240 Wajar 34  TIFA Tifa Finance Tbk 08/07/11 200  310 Underpricing 35  ALDO Alkindo Naratama Tbk 12/07/11 225  250 Underpricing 36  SDMU Sidomulyo Selaras Tbk 12/07/11 225  240 Underpricing 37  PTIS Indo Straits Tbk 12/07/11 950  1000 Underpricing 38  STAR Star Petrcohem Tbk 13/07/11 102  138 Underpricing 39  SMRU SMR Utama Tbk 10/10/11 600  650 Underpricing 40  SUPR Solusi Tunas Pratama Tbk 11/10/11 3400  3650 Underpricing 41  ARII Atlas Resources Tbk 08/11/11 1500  1540 Underpricing 42  GEMS Golden Energy Mines Tbk 17/11/11 2500  2725 Underpricing 43  VIVA PT Visi Media Asia Tbk 21/11/11 300  450 Underpricing 44  CASS Cardig Aero Services Tbk 05/12/11 400  395 Overpricing 45  ABMM ABM Investama Tbk 06/12/11 3750  3825 Underpricing 46  ERAA Erajaya Swasembada Tbk 14/12/11 1000  990 Overpricing 47  BAJA Saranacentral Bajatama Tbk 21/12/11 250  340 Underpricing 48  GWSA Greenwood Sejahtera Tbk 23/12/11 250  205 Overpricing 49  PADI Minna Padi Investama Tbk 09/01/12 395 550 Underpricing 50  TELE Tifone Mobile Tbk 12/01/12 310 325 Underpricing 51  ESSA Surya Eka Perkasa Tbk 01/02/12 610 910 Underpricing 52  BEST Bekasi Fajar industrial Estate

Tbk 10/04/12 170 285 Underpricing

53  RANC Supra Boga Lestari Tbk 07/06/12 500 670 Underpricing 54  TRIS Trisula international Tbk 28/06/12 300 320 Underpricing 55  KOBX Kobexindo Tractors Tbk 05/07/12 400 460 Underpricing 56  TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk 06/07/12 1900 2125 Underpricing 57  MSKY MNC Sky Vision Tbk 09/07/12 1520 1540 Underpricing 58  ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 10/07/12 210 315 Underpricing 59  GLOB Global Teleshop Tbk 10/07/12 1150 1150 Wajar 60  GAMA Gading Development Tbk 11/07/12 105 178 Underpricing 61  BJTM BPD Jawa Timur Tbk 12/07/12 430 440 Underpricing 62  IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk 31/08/12 1000  1500 Underpricing 63  NIRO Nirvana Development Tbk 13/09/12 105  178 Underpricing 64  PALM Provident Agro Tbk 08/10/12 450  470 Underpricing 65  NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk 11/10/12 168  205 Underpricing 66  TAXI Express Transindo Utama Tbk 02/11/12 560  590 Underpricing 67  BSSR Baramulti Suksessarana Tbk 02/11/12 1950  1940 Overpricing 68  ASSA Adi Sarana Armada Tbk 12/11/12 390  490 Underpricing 69  WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk 18/11/12 650  800 Underpricing 70  WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 19/12/12 380  445 Underpricing Sumber : idx dan e-bursa


(42)

3.4 Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah underpricing

sebagai variabel dependen dan umur perusahaan, persentase penawaran saham serta ukuran perusahaan sebagai variabel independen. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai cara pengukuran variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam penelitian. Variabel ini dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Erlina dan Mulyani, 2007:33). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah underpricing.

1. Underpricing (UP)

Underpricing adalah selisih positif antara harga penutupan saham di pasar sekunder pada hari pertama dengan harga saham di pasar perdana atau saat IPO. Cara untuk menghitung besarnya underpricing yang terjadi dapat menggunakan rumus sebagai berikut.


(43)

Dimana :

UP = Underpricing

P1 = Harga saham penutupan hari pertama di pasar sekunder P0 = Harga saham saat IPO

3.4.2 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen (Erlina dan Mulyani, 2007:34). Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan.

1. Umur Perusahaan (AGE)

Variabel ini diukur berdasarkan tanggal berdirinya perusahaan (sesuai akte berdiri) sampai dengan perusahaan tersebut melakukan IPO. 2. Persentase Penawaran Saham (PPS)

Variabel ini diukur berdasarkan banyak lembar saham yang ditawarkan kepada publik pada saat perusahaan IPO.

3. Ukuran Perusahaan (SIZE)

Variabel ini diukur berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan.


(44)

Ringkasan mengenai definisi operasional variabel beserta cara pengukurannya dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2

Ringkasan Definisi Operasional Variabel

No Varabel Definisi atau Rumus Pengukuran Skala

1 Underpricing UP= Persentase Rasio

2 Umur

AGE = tangal perusahaan didirikan sampai IPO

Tahun Rasio

3

Persentase Penawaran Saham

PPS = jumlah saham yang ditawarkan kepada publik

Persentase Rasio

4 Ukuran Perusahaan

SIZE = total aktiva

perusahaan Rupiah Rasio

 

3.5 Teknik Analisis Data

Data penelitian ini merupakan data sekunder yang akan dianalisis menggunakan alat statistik, antara lain sebagai berikut.

3.5.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier berganda (multiple regression analysis) yang digunakan untuk mengukur hubungan antara variabel dependen dengan variabel-variabel independen. Persamaan model ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(45)

UP = α + β1AGE+ β2PPS+ β3SIZE+ e

Dimana :

UP = Underpricing α = Konstanta

β1-β3 = Koefisien regresi tiap variabel independen

AGE = Umur perusahaan

PPS = Persentase Penawaran Saham SIZE = Ukuran Perusahaan

e = error

Model analisis regresi linier berganda dapat digunakan apabila model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan harus terbebas dari asumsi-asumsi klasik stastistik, yaitu tidak terdapat multikolinieritas, tidak terjadi autokorelasi maupun tidak heteroskedastisitas.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji ini berguna untuk tahap awal pemilihan metode analisis data dan menghindari adanya bias. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel dependen maupun variabel independen terdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F diasumsikan bahwa nilai residual


(46)

mengikuti distibusi normal (Erlina dan Sri Mulyani, 2007: 103). Jika asumsi ini tidak terpenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid. Beberapa cara untuk untuk melihat data terdistribusi normal atau tidak antara lain Kolmogorov-Smirnov, Histogram Display Normal Curve dan Kurva Normal P-Plot.

a. Kolmogorov-Smirnov

Untuk melihat apakah suatu data mempunyai distribusi normal atau tidak dapat menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, yaitu dengan melihat nilai residualnya. Apabila nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal. Sebaliknya, apabila nilai signifikannya lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi secara normal.

b. Histogram Display Normal Curve

Data dikatakan normal jika bentuk kurva histogram memiliki kemiringan yang cenderung seimbang antara sisi kiri maupun kanan, atau tidak condong ke kiri maupun kanan, dan bentuk kurva menyerupai lonceng yang hampisr sempurna.

c. Kurva Normal Probability Plot

Data yang dikatakan dalam keadaan normal apabila distribusi data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal kurva Normal Probabilty Plot.


(47)

2. Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi atar variabel-variabel indenpenden. Multikolinieritas terjadi apabila terdapat korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi diantara sesama variabel independen konsekuensinya adalah koefisien regresi tidak dapat ditaksir dan nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga (Erlina dan Mulyani, 2007:107).

Ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas menurut Lubis et all (2007:32), yaitu:

a. Jika nilai Variance Inflation Faktor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai

Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka dapat dikatakan model bebas dari Multikolinieritas. Apabila nilai VIF lebih dari 10 dan nilai

Tolerance kurang dari 0,1 maka terjadi Multikolinieritas.

b. Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,7, maka model dapat dinyatakan bebas dari Multikolinieritas. Jika lebih dari 0,7, maka diasumsikan terjadi Multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,


(48)

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Erlina dan Mulyani, 2007:108).

Untuk menentukan terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas dapat menggunakan Scatterplot model, yaitu:

a. apabila penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, maka tidak terjadi heteroskedastisitas,

b. apabila titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0, maka tidak terjadi hetoskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode satu dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melihat model regresi linier berganda, apabila nilai Durbin Watson berada dibawah angka 2 maka tidak ada autokorelasi (Lubis et all, 2007:33). Cara lainya adalah dengan uji Durbin Waston (DW).

Menurut Ghozali (2001) dalam Erlina dan Mulyani (2007:109), pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: 


(49)

a. apabila nilai DW terletak antara batas atas atau Upper Bound (DU) dan (4-DU), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi,

b. apabila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau Lower Bound (DL), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif,

c. apabila nilai DW lebih besar dari (4-DL), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif,

d. apabila DW terletak diantara batas atas (DU) dan batas bawah (DL) atau DW terletak antara (4-DU) dan (4-DL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3.5.3 Uji Hipotesis 1. Uji F (Uji Simultan)

Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel independen dapat dilihat dari besarnya sig F. Apabila nilai sig F lebih kecil dari tingkat alpa (α = 0,05), maka variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila nilai sig F lebih besar dari tingkat alpha maka variabel independen secara simultan tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.


(50)

Dengan besar taraf signifikan sebesar 5% (α =0,05), maka ditentukan: a. apabila nilai sig F < α (5%) maka variabel independen secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen,

b. apabila sig F > α (5%) maka variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2. Uji t (Uji Parsial)

Uji t bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen (Lubis et all, 2007:51). Untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel independen dapat dilihat dari besarnya sig t. Apabila nilai sig t lebih kecil dari tingkat alpa (α = 0,05), maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila nilai sig t lebih besar dari tingkat alpha maka variabel independen tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

Dengan besar taraf signifikan sebesar 5% (α =0,05), maka ditentukan: a. apabila sig t < α (5%) maka variabel independen berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen,

b. apabila sig t > α (5%) maka variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

Penelititan ini menggunakan data-data mengenai perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2012. Selama periode tersebut terdapat 70 perusahaan yang melakukan IPO, namun hanya 59 perusahaan saja yang harga sahamnya mengalami underpricing dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Seluruh data dalam penelitian ini diolah menggunakan bantuan program aplikasi SPSS versi 17. Pengolahan data tersebut bertujuan untuk menguji hubungan umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan terhadap

underpricing.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Statistik Deskriptif Variabel

Setelah dilakukan pengolahan terhadap data dari 59 perusahaan yang harga sahamnya mengalami underpricing saat melakukan IPO pada periode 2010-2012, maka diperoleh statistik deskriptif variabel yang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.


(52)

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Variabel

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Underpricing 59 1.32 70 26.8265 22.80961

AGE 59 1.08 56.37 16.3339 13.40899

PPS 59 3 49 21.2143 9.59060

SIZE 59 70005131296 43445700000000 4866594854967 7.847E12

Valid N (listwise)

59

Sumber : data yang diolah

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa underpricing yang terjadi memiliki nilai rata-rata sebesar 26,83%. Underpricing terendah yaitu sebesar 1,32% dialami oleh PT. MNC Sky Vision Tbk dan underpricing tertinggi yaitu sebesar 70% dialami oleh dua perusahaan yaitu PT. Bank Sinar Mas Tbk dan PT. Multifiling Mitra Indonesia Tbk.

Nilai rata-rata dari umur 59 perusahaan yang melakukan IPO pada periode 2010-2012 adalah 16,33 tahun. Perusahaan dengan umur terendah adalah PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dengan umur 1,08 tahun. Perusahaan dengan umur tertua adalah PT. PP (Persero) Tbk dengan umur 56,37 tahun.

Persentase penawaran saham oleh perusahaan kepada publik memiliki rata-rata sebesar 21,21%, dengan nilai persentase penawaran terendah sebesar 3% yaitu PT Golden Energy Mines Tbk. Persentase penawaran saham terbesar dilakukan oleh PT. Express Transindo Utama Tbk yaitu sebanyak 49%.


(53)

Rata-rata ukuran perusahaan yang melakukan IPO periode 2010-2012 adalah 4.866.594.854.967 rupiah. Perusahaan dengan ukuran terbesar adalah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk dengan total aktiva sebesar 43.445.700.000.000 rupiah. Perusahaan dengan ukuran terkecil adalah PT. Golden Retailindo Tbk dengan total aktiva sebesar 70.005.131.296 rupiah.

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah data yang digunakan dalam penelitian ini layak untuk dianalisis atau tidak. Pengujian yang dilakukan antara lain adalah uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

1. Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah data yang dipergunakan dalam model regresi linier berganda terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov menunjukan bahwa nilai residual data tidak terdistribusi secara normal karena nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05. Untuk membuat variabel terdistribusi secara normal perlu dilakukan transformasi data kedalam bentuk Logaritma Natural (LN). Data yang telah ditransformasi kedalam bentuk LN menunjukan bahwa seluruh variabel telah terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukan dari nilai signifikan residual data lebih besar dari 0,05.


(54)

Hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov data awal dan data yang telah ditransformasikan kedalam bentuk LN dapat dilihat pada tabel 4.2 dan tabel 4.3.

Tabel 4.2

Uji Kolmogorof-Smirnov Data Awal

Unstandardized Residual

N 59

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 22.57781709

Most Extreme Differences Absolute .203

Positive .203

Negative -.122

Kolmogorov-Smirnov Z 1.558

Asymp. Sig. (2-tailed) .016

a. Test distribution is Normal. b. Calculate from data Sumber : data yang diolah

Tabel 4.3

Uji Kolmogorof-Smirnov Data Hasil Transformasi Unstandardized Residual

N 59

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.05277124

Most Extreme Differences Absolute .077

Positive .074

Negative -.077

Kolmogorov-Smirnov Z 0.592

Asymp. Sig. (2-tailed) .874

a. Test distribution is Normal. b. Calculate from data Sumber : data yang diolah


(55)

Hasil uji normalitas menggunakan histogram display normal curve

dan kurva P-Plot memperlihatkan seluruh variabel telah terdistribusi secara normal. Hal ini ditandai dengan histogram memiliki kemiringan yang cenderung seimbang dan bentuk kurva menyerupai lonceng yang hampir sempurna. Demikian pula kurva normal P-Plot yang memperlihatkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal. Uji normalitas menggunakan histogram dan kurva P-Plot dapat dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2.

Gambar 4.1


(56)

Gambar 4.2 Kurva Normal P-Plot

2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah keadaan dimana antara variabel independen saling berkorelasi satu dengan yang lainnya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari suatu variabel independen. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukan bahwa adanya gejala multikolinieritas dalam model regresi.

Hasil pengujian terhadap multikolinieritas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh variabel terbebas dari gejala multikolinieritas. Hal ini ditandai dengan nilai VIF variabel independen tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Hasil


(57)

pengujian multikolinieritas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4

Hasil Pengujian Multikolinieritas  

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

LNSIZE .998 1.002

LNAGE .996 1.005

LNPPS .994 1.006

Sumber : data yang diolah

3. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian mengenai heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan grafik Scatter Plot. Untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu dalam grafik Scatter Plot. Apabila ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Apabila tidak ada pola tertentu, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hasil pengujian menunjukan bahwa titik-titik dalam grafik tersebut tidak membentuk pola yang jelas, melainkan titik-titik dalam grafik tersebut menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0. Dengan


(58)

demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model regresi dapat digunakan dalam penelitian ini. Grafik Scatter Plot pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.3 di bawah ini.

Gambar 4.3 Grafik Scatter Plot

4. Uji Autokorelasi

Untuk menguji apakah terdapat autokorelasi atau tidak dalam penelitian ini digunakan pendeteksian menggunakan Durbin Watson (DW). Apabila nilai Durbin Watson berada dibawah angka 2 maka tidak ada autokorelasi (Lubis et all, 2007:33). Pengujian autokorelasi


(59)

menggunakan Durbin Watson dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai DW data adalah sebesar 1,946. Hal ini menunjukkan bahwa variabel terbebas dari Autokorelasi karena nilai tersebut berada dibawah angka 2. Hasil uji autokorelasi dengan Durbin Watson dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.

Tabel 4.5

Pengujian Autokorelasi menggunakan Durbin-Watson

Model Durbin-Watson

1 1.946

Sumber : data yang diolah

4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan terhadap underpricing. Setelah dilakukan pengujian normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi terhadap data dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa data terbebas dari asumsi-asumsi klasik sehingga model regresi linier dapat dilakukan. Hasil perhitungan regresi linier berganda dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini.


(60)

Tabel 4.6

Hasil Perhitungan Regresi Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 7.954 2.958 2.689 .009

LNAGE -.111 .164 -.087 -.678 .500 .996 1.005

LNPPS .250 .276 .117 .907 .368 .994 1.006

LNSIZE -.198 .098 -.260 -2.019 .048 .998 1.002

a. Dependent Variable: LNUNDERPRICING Sumber : data yang diolah

Dalam persamaan regresi maka hasil tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

LNUnderpricing = 7,954 – 0,111 LNAGE + 0,25 LNPPS – 0,198 LNSIZE + e

Penjelasan dari persamaan regresi linier berganda diatas adalah sebagai berikut:

1. konstanta memiliki nilai 7,954 yang berarti bahwa apabila seluruh variabel independen dianggap tidak ada atau 0, maka underpricing

yang terjadi adalah sebesar 7,954,

2. β1 memiliki nilai –0,111 yang berarti bahwa apabila terjadi penambahan variabel umur perusahaan sebanyak satu satuan, maka


(61)

3. β2 memiliki nilai 0,25 yang berarti bahwa apabila terjadi penambahan variabel persentase penawaran saham sebanyak satu satuan, maka

underpricing akan mengalami penambahan sebanyak 0,25,

4. β3 memiliki nilai –0,198 yang berarti bahwa apabila terjadi penambahan variabel ukuran perusahaan sebanyak satu satuan, maka

underpricing akan mengalami penurunan sebesar 0,198.  

4.2.4 Pengujian Hipotesis 1. Uji F (Uji Simultan)

Uji F atau pengujian hipotesis secara simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan secara bersama-sama mempengaruhi

underpricing. Hasil pengujian hipotesis secara simultan dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini.

Tabel 4.7 Uji F (Uji Simultan)

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.288 3 2.096 1.793 .159a

Residual 64.283 55 1.169

Total 70.571 58


(62)

Hasil pengujian hipotesis secara simultan menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,159. Hal ini menunjukkan bahwa variabel umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) tidak berpengaruh terhadap underpricing karena nilai dari sig F (0,159) lebih besar dari α (5%). Hasil ini mengindikasikan bahwa investor kemungkinan lebih memperhatikan situasi perekonomian dan keadaan pasar dalam pengambilan keputusan untuk membeli saham perusahaan IPO.

2. Uji t (Uji Parsial)

Uji t atau pengujian hipotesis secara parsial bertujuan untuk mengetahui apakah variabel umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh secara individual terhadap underpricing. Hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji t) dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8 Uji t (Uji Parsial)

Model t Sig.

1 (Constant) 2.689 .009

LNAGE -.678 .500

LNPPS .907 .368

LNSIZE -2.019 .048


(63)

a. Variabel Umur Perusahaan (LN AGE)

Variabel LN AGE memiliki tingkat signifikan sebesar 0,500. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel umur perusahaan terhadap underpricing karena nilai dari sig t (0,500) lebih besar dari α (5%). Hasil ini mengindikasikan bahwa investor menganggap perusahaan yang telah lama berdiri belum tentu akan memberikan keuntungan yang lebih baik daripada perusahaan yang baru berdiri. Perusahaan yang baru berdiri mungkin lebih memiliki prospek yang baik apabila dibandingkan dengan perusahaan yang telah lama berdiri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ardiansyah (2003) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur perusahaan terhadap underpricing. Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Rosyati dan Sabeni (2002) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur perusahaan terhadap underpricing dengan arah korelasi negatif.

b. Variabel Persentase Penawaran Saham (LN PPS)

Variabel LN PPS memiliki tingkat signifikan sebesar 0,368. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel persentase penawaran saham terhadap underpricing karena nilai


(64)

investor menganggap persentase jumlah saham yang ditawarkan kepada publik, tidak akan mengurangi besarnya resiko yang akan timbul apabila berinvestasi pada perusahaan tersebut.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Daljono (2000) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persentase penawaran saham terhadap underpricing. Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penilitian Nasirwan (2000) dan Handayani (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara persentase penawaran saham terhadap

underpricing.

c. Variabel Ukuran Perusahaan (LN SIZE)

Variabel LN SIZE memiliki tingkat signifikan sebesar 0,048. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel ukuran perusahaan terhadap underpricing dengan arah korelasi negatif karena nilai dari sig t (0,048) lebih kecil dari α (5%). Hasil ini mengindikasikan bahwa investor cenderung memilih perusahaan dengan ukuran yang lebih besar untuk berinvestasi, karena perusahan dengan ukuran besar memiliki resiko yang cenderung lebih kecil apabila dibandingkan dengan perusahaan yang ukurannya lebih kecil.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Yolana dan Martani (2005) serta Handayani (2008) yang menyatakan bahwa terdapat


(65)

hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap underpricing ke arah negatif. Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Sulistio (2005) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara ukuran perusahaan terhadap underpricing.

4.2.5 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen (Lubis et al, 2007:48). Koefisien determinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah adjusted R2 karena nilai tersebut telah disesuaikan dengan banyaknya variabel independen yang terdapat dalam penelitian ini. Nilai

adjusted R2 dapat bertambah atau berkurang apabila variabel independen ditambah atau dikurangi.

Tabel 4.9

Nilai Koefisien Determinasi LN UNDERPRICING

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .298a .089 .039 1.08110198

a. Predictors: (Constant), LNPPS, LNSIZE, LNAGE

b. Dependent Variable: LNUNDERPRICING Sumber : data yang diolah


(66)

Nilai koefisien determinasi adjusted R2 dari hasil regresi

underpricing dalam penelitian ini adalah sebesar 0,039 atau sebesar 3,9%. Nilai ini menunjukan bahwa variabel independen umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan hanya mampu menjelaskan underpricing sebesar 3,9%. Sedangkan sisanya, yaitu 96,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

4.3 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan terhadap underpricing baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan yang IPO tahun 2010-2012 di BEI. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling

dimana hanya 59 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dari 70 perusahaan yang melakukan IPO pada periode tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisi regresi linier berganda.

Sesuai dengan hasil analisis regresi untuk penelitian ini, pengujian hipotesis secara simultan (uji F) memperlihatkan hasil bahwa variabel umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan tidak terbukti mempengaruhi variabel dependen yaitu underpricing. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji F mempunyai signifikan sebesar 0,159 yang


(67)

berarti nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 0,05.

Hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji t) terhadap data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hanya variabel ukuran perusahaan saja yang memiliki pengaruh terhadap underpricing. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t variabel ukuran perusahaan mempunyai signifikan sebesar 0,048 yang lebih kecil dari taraf signifikan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 0,05. Hubungan ukuran perusahaan terhadap underpricing adalah kearah negatif. Variabel lain seperti variabel umur perusahaan dan persentase penawaran saham tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap


(68)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap beberapa variabel yang mempengaruhi underpricing, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka diperoleh 5 buah kesimpulan.

1. Underpricing yang terjadi dalam penelitian ini cukup tinggi, yaitu sebesar 26,83%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO mengalami underpricing harga saham.

2. Variabel ukuran perusahaan terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap underpricing ke arah negatif. Hubungan yang negatif antara ukuran perusahaan terhadap underpricing menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan tersebut maka akan semakin rendah underpricing

yang terjadi pada perusahaan tersebut.

3. Variabel umur perusahaan dan persentase penawaran saham tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

4. Variabel umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap

underpricing.

5. Nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini cukup rendah, yaitu 3,9%. Hal ini berarti underpricing yang terjadi dipengaruhi oleh variabel umur perusahaan, persentase penawaran saham dan ukuran perusahaan sebesar


(69)

3,9%, sedangkan sisanya 96,1% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.

5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran

Adapun beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :

1. variabel yang digunakan dalam penelitian ini relative sedikit. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah variabel yang diduga mempengaruhi

underpricing,

2. sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari periode 2010-2012 saja, oleh karena itu disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menggunakan sampel penelitian yang diambil dari periodesasi yang lebih lama agar mendapatkan hasil lebih akurat,

3. penulis tidak memperhatikan faktor-faktor makro yang mempengaruhi

underpricing, seperti keadaan ekonomi, tingkat suku bunga dan tingkat inflasi. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperhatikan faktor-faktor tersebut.


(70)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Misnen, 2003. “Pengaruh Variabel Keuangan Terhadap Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi VI: 360-382.

Beatty, Randolph P., 1989 , “Auditor Reputation and the Pricing of Initial Public Offerings”, Accounting Review, Vol.46 , No.4: 693-709.

Daljono, 2000. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Initial Return Saham yang Listing di BEJ Tahun 1990 – 1997”, Simposium Nasional Akuntansi III: 556-572.

Erlina, dan Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi 1, USU Press. Medan

Gitosudarmo, H. Indriyo dan H. Basri, 2002. Manajemen Keuangan, Edisi 4, BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Handayani, Sri Retno, 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan Keuangan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2006). Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Islam, Md. Aminul, 2010, An Empirical Investigation of the Underpricing of

Initial Public Offering in the Chittagong Stock Exchange, International Journal if Economic and Finance, Vol. 2, No. 4: 36-46.

Jogiyanto, 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi pertama, BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta

Kim, Joeng-Bon , Itzhak Krinsky & Jason Lee , 1995 , “The Role of Financial Variables in the Pricing of Korean IPO”, Pacific-Business Finance Journal, Vol. 3, No. 4: 449-464.

Lubis, Ade Fatma, 2008. Pasar Modal. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarata.

Lubis, Ade Fatma, Arifin Akhmad dan Firman Syarif, 2007. Aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solution) untuk Penyusunan Skripsi & Tesis, Edisi pertama, USU Press. Medan.


(1)

LAMPIRAN 3

HASIL REGRESI BERGANDA LNUNDERPRICING

(Menggunakan SPSS v 17)

Descriptive Statistics

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Underpricing

59

1.32

70

26.8265

22.80961

AGE

59

1.08

56.37

16.3339

13.40899

PPS

59

3

49

21.2143

9.59060

SIZE

59 70005131296 43445700000000 4866594854967

7.847E12

Valid N

(listwise)

59

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 LNPPS, LNSIZE, LNAGEa . Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .298a .089 .039 1.08110198 1.946

a. Predictors: (Constant), LNPPS, LNSIZE, LNAGE b. Dependent Variable: LNUNDERPRICING


(2)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.288 3 2.096 1.793 .159a

Residual 64.283 55 1.169

Total 70.571 58

a. Predictors: (Constant), LNPPS, LNSIZE, LNAGE b. Dependent Variable: LNUNDERPRICING

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 7.954 2.958 2.689 .009

LNSIZE -.198 .098 -.260 -2.019 .048 .998 1.002

LNAGE -.111 .164 -.087 -.678 .500 .996 1.005

LNPPS .250 .276 .117 .907 .368 .994 1.006

a. Dependent Variable: LNUNDERPRICING

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant) LNSIZE LNAGE LNPPS

1 1 3.894 1.000 .00 .00 .01 .00

2 .084 6.791 .00 .00 .97 .04

3 .020 13.876 .02 .03 .01 .92

4 .001 56.314 .98 .97 .01 .04


(3)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 2.1016498 3.4247437 2.8083434 .32925024 59

Residual -2.27410007 1.81729913 .00000000 1.05277124 59

Std. Predicted Value -2.146 1.872 .000 1.000 59

Std. Residual -2.104 1.681 .000 .974 59


(4)

(5)

 

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 59

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 22.57781709

Most Extreme Differences Absolute .203

Positive .203

Negative -.122

Kolmogorov-Smirnov Z 1.558

Asymp. Sig. (2-tailed) .016

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

 

 

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 59

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.05277124

Most Extreme Differences Absolute .077

Positive .074

Negative -.077

Kolmogorov-Smirnov Z .592

Asymp. Sig. (2-tailed) .874

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ownership Retention,Underpricing,Investment,Dan Firm Size Terhadap Nilai Perusahaan Yang Melakukan IPO Di Bursa Efek Indonesia(BEI)

0 3 128

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN UMUM PERDANA YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 2 26

ANALISIS UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA PERUSAHAAN KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN Analisis Underpricing pada Penawaran Saham Perdana Perusahaan Keuangan dan Non-Keuangan di Bursa Efek Indonesia.

0 0 15

PENGARUH PROFITABILITAS (ROE), UKURAN PERUSAHAAN, JENIS INDUSTRI DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK TNDONESTA (2003-2007).

0 0 6

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Saat Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010 (Studi Kasus pada Perusahaan yang Listing di BEI Selama Tahun 2008 Sampai Dengan Tahun 2010).

0 0 18

PENGARUH ASSET TURNOVER, CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TERJADINYA UNDERPRICING SAHAM PADA PERUSAHAAN DI PASAR PENAWARAN SAHAM PERDANA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal - Pengaruh Umur Perusahaan, Persentase Penawaran Saham dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing saat Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-20

0 0 18

ANALISIS TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN SAHAM PERDANA (IPO) DI BEI PERIODE 2012-2016 (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016) - Unissula Repository

0 0 13

Analisis pengaruh profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan terhadap tingkat underpricing saham pada penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia : studi empiris pada perusahaan yang - USD Repository

0 1 75

ANALISIS PENGARUH REPUTASI UNDERWRITER, ROE, ROA DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING PADA PENAWARAN UMUM PERDANA

0 0 98