35
disebut sangat peduli dengan pembangunan berkelanjutan sustainable development.
3. Teori yang memberi penekanan kepada kelembagaan dalam proses pengambilan keputusan di tingkat lokal, sehingga kajian teori ini terfokus kepada good
governance yang bisa bertanggungjawab responsible dan berkinerja bagus. 4. Teori yang perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal
di suatu lokasi people prosperity. Beragam paradigma teori pengembangan wilayah di atas, bukan saling bertentangan, namun dalam penggunaannya dapat
bersinergi. Hal ini sejalan dengan prinsip dasar yang terkandung dalam Undang- Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang Nasional UUPR, yang
mengandung muatan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, serta pengendaliannya. Konsep dasar penataan ruang wilayah dan kota dengan
pendekatan pengembangan wilayah pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjamin lingkungan hidup yang berkelanjutan
dengan memperhatikan comparative advantage di suatu wilayah, serta mengeleminir kesenjangan pembangunan dengan mengurangi kawasan-kawasan
yang miskin, kumuh dan tertinggal.
2.5. Revitalisasi Peran Sektor Informal dalam Pengembangan Wilayah
Purnomosidi dalam Hermansyur, 1996, mengatakan bahwa pengembangan wilayah secara realistis cenderung memperhatikan tuntutan angkatan kerja yang
seimbang antara sektor-sektor formal maupun informal, sehingga mendorong aktivitas perekonomian dapat berjalan dengan baik, akibatnya kesejahteraan
Universitas Sumatera Utara
36
masyarakat akan semakin meningkat. Strategi pengembangan wilayah mempunyai prinsip dasar; bahwa pembangunan berasal dari masyarakat untuk masyarakat dan
oleh masyarakat. Untuk merealisir target dan tujuan pengembangan wilayah, prosesnya harus berakar pada kemampuan sumberdaya dan kreativitas seluruh pelaku
pembangunan. Maka seluruh usaha yang menjurus pada perbaikan kesejahteraan hidup masyarakat, dapat dipandang sebagai penyebab berlangsungnya proses
berkembangnya wilayah. Siagian 1982, mengatakan bahwa pengembangan wilayah merupakan suatu
rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana, dilaksanakan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernisasi dalam rangka
pembinaan masyarakat. Oleh karenanya konsepsi peningkatan jaringan struktur ekonomi, sosial dan budaya pekerja sektor informal dapat dipahami sebagai upaya
pengembangan wilayah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.
Salah satu kegiatan pengembangan wilayah dapat tercipta, bilamana seluruh elemen masyarakat termasuk pekerja sektor informal didorong memiliki aksesibilitas
yang sama dalam penggunaan faktor-faktor produksi, pengolahan dan pemasaran. Selanjutnya dengan sumberdaya yang ada, pengetahuan dan keterampilan masyarakat
perlu ditingkatkan. Pekerja sektor informal, pemerintah serta seluruh elemen masyarakat, melalui kinerjanya masing-masing bersimbiosis mengoptimalisasi
perannya dalam rangka mendorong percepatan pengembangan wilayah.
Universitas Sumatera Utara
37
Umumnya ahli sepakat menyimpulkan bahwa keberadaan sektor informal sangat besar jasanya dalam menyerap arus migran yang setiap saat terus bertambah di
wilayah kota Manning dan Effendi, 1985. Sektor ini memberikan andil cukup besar di sektor ketenagakerjaan karena mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak
yang tidak tertampung di sektor formal, sekaligus meningkatkan pendapatan rata-rata penduduk. Hasil penelitian Geertz 1976, menunjukkan adanya perekonomian bazaar
sektor informal, yang sebetulnya dapat membuat kota memiliki kapasitas luar biasa untuk menyerap tiap migran baru. Benar, mungkin dari segi pendapatan yang
diperoleh tidak terlampau besar akibat harus dibagi banyak orang shared poverty. Tetapi, dengan adanya jaringan kerja bertingkat-tingkat dan mekanisme involutif
yang renik membuat sektor informal menjadi begitu lentur dan fleksibel dalam menyerap tenaga kerja dari kualifikasi dan kalangan manapun.
Tidak peduli apakah tenaga kerja baru yang masuk kurang berpendidikan atau tidak memiliki keahlian khusus, asal mau berbagi kemiskinan shared poverty,
umumnya mereka dengan mudah segera akan tertampung dan terlibat dalam perekonomian sektor informal. Bahwa kelebihan sektor informal memang bukan pada
perolehan keuntungan yang sebanyak-banyaknya, tetapi yang terpenting adalah sekedar diperolehnya pendapatan untuk hidup dan kesempatan bekerja yang sangat
fleksibel. Untuk mewujudkan pengembangan kota bukan bararti meminggirkan pekerja
sektor informal. Kebijakan dan penyelesaian masalah harus dilakukan dengan berbagai macam pendekatan, terutama dari sisi affordability atau pendekatan yang
Universitas Sumatera Utara
38
mengandalkan kemampuan rakyat sendiri. Berbeda dengan pendekatan yang selama ini digunakan yang terlalu berorientasi pada produk dan target, pendekatan
affordabiltiy lebih memusatkan bagaimana merangsang munculnya kemandirian masyarakat pekerja sektor informal untuk keluar dari garis kemiskinan menuju
kepada kehidupan yang lebih layak dan mumpuni. Peran pemerintah dalam hal ini tidak lebih sebagai motivator dan fasilitator saja.
Sumodiningrat 1985, mengemukakan bahwa kerangka pembangunan perlu memberdayakan masyarakat melalui; Pertama, penciptaan suasana atau iklim yang
memungkinkan masyarakat berkembang. Kedua, peningkatan kemampuan masyarakat dalam membangun melalui bantuan dana, pelatihan, pembangunan
prasarana dan sarana fisik dan sosial serta pengemangan kelembagaan di daerah. Ketiga, perlindungan melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah
persaingan tidak sehat dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan. Pihak pemerintah harus segera menyadari bahwa rakyat miskin yang selama
ini dilihat dengan nada minor, penganggu ketertiban, bisul pembangunan, dan ungkapan sejenis lainnya, sesungguhnya memiliki potensi swadaya yang sangat
berharga jika diarahkan dengan baik. Jika usaha membuat kota menjadi metropolis dengan jalan mengeliminasi ruang gerak masyarakat miskin, bukan saja dapat
mematikan potensi kemandirian itu, tetapi pada saat yang sama sesungguhnya hal itu dapat menjadi bumerang yang menghancurkan pengembangan kota itu sendiri.
Peran dan eksistensi sektor informal tidak dapat diabaikan dengan alasan bahwa sektor ini dapat menampung pertambahan tenaga kerja yang tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
39
terserap di industri modern atau sektor formal. Bahkan dalam masa-masa ekonomi sulit, sektor ini berperan sebagai katup pengaman sosial. Sektor ini merupakan
jembatan bagi sektor modern yang menjadi penampung pertama aliran pekerja dari sektor pertanian.
Berdasarkan kenyataan di atas, salah satu pilihan dan kebijakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan di bidang ini adalah melakukan pembinaan dan
perbaikan kondisi usaha atau tindakan yang mengarah kepada terciptanya iklim usaha yang kondusif dengan memberikan kelonggaran serta meminimumkan pembatasan
terhadap sektor informal. Pekerja sektor informal ini perlu dibina dengan baik supaya memberikan manfaat yang wajar bagi mereka sendiri dan tidak menimbulkan
kerugian sosial bagi masyarakat.
2.6. Konsep Pendapatan dan Pembelian