Pengaturan Makanan Balita Makanan bergizi bagi balita.

- Vitamin B6 proses pertumbuhan dan kerja urat saraf. Vitamin C Sebagai aktivator macam- macam fermen perombak protein dan lemak dalam oksidasi dan dehidrasi dalam sel, penting dalam pembentukan trombosit. Vitamin D Mengatur kadar dan fosfor dalam tubuh bersama-sama kelenjar gondok dan mempengaruhi kelenjar endokrin. Vitamin K Berperan dalam pembentukan protrombin yang berarti penting dalam pembekuan darah. e Mineral Berfungsi sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sabagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan. Bayi membutuhan kurang lebih 150 ml kg BB air maupun cairan lainnya hal ini untuk mencegah bayi yang mudah mengalami dehidrasi maupun diare.

1.5.1 Pengaturan Makanan Balita

Semakin bertambahnya usia bayianak, kebutuhan akan zat gizi akan semakin bertambah pula. Pemberian makan pada balita harus dilakukan secara bertahap sesuai Universitas Sumatera Utara dengan usia balita, dimulai dari air susu ibu hingga makanan padat seperti makanan orang dewasa Aswar, 2000. Pengaturan makanan balita berdasarkan umur di bagi atas; a Usia 0-6 Bulan ASI merupakan makanan yang paling ideal bagi bayi, karena mengandung cukup energi dan zat gizi esensial yang cukup Pudjiati, 2000. Asi sebaiknya diberi segara setelah lahir kolostrum karena mengandung banyak protein tinggi dan zat anti bodi. Asi diberikan tanpa jadwal karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya pada saat lambungnya kosong. Asi adalah emulsi lemak yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi dan balita. Asi mengandung berbagai komposisi zat gizi, yaitu protein, karbohidrat glukosa, galaktosa, dan glukosamin, lemak, mineral, vitamin, dan air. Asi diberikan segera setelah bayi lahir. Bayi usia lahir sampai usia 4 bulan hanya diberi Asi tanpa makanan tambahan Aswar, 2000. Sebaiknya bayi disusui tanpa jadwal, karena kebutuhan makanan ditentukan oleh bayi sendiri. b Usia 6-8 bulan Pada usia 4 bulan asi masih dibutuhkan, akan tetapi pada usia 5 bulan produksi asi akan mengalami penurunan sehingga bayi membutuhkan makanan tambahan dari bentuk makanan yang lain yaitu MP-ASI Pengenalan dan pemberia MP-ASI ini dilakukan secara bertahap, baik bentuk jumlah maupun macamnya Aritonang, 1996. Menurut Aswar, 2000 makanan yang diberikan pada usia ini adalah makana yang Universitas Sumatera Utara berbentuk lumat halus, yaitu makanan yang dihancurkan dibuat dari tepung. Contohnya adalah bubur susu, sepotong pepaya atau pisang yang dihaluskan dan disaring. c Usia 8-10 bulan Pada usia ini makanan yanag dibentuk berupa makan yanag lumat, yaitu makanan yang disaring tampak kurang merata. Contohnya adalah nasi tim saring yang ditambahkan dengan sedikit santan atau margarine. Makanan lumat ini diberikan 2 kali sehari. Jika bayi 6 bulan diberi 6 sendok sekali beri, jika 7 bulan 7 sendok, 8 bulan 8 sendok dan 9 bulan 9 sendok Aswar, 2000 d Usia 10-12 bulan Makanan yang diberika pada bayi usia 9-12 bulan adalah makanan yanag berbentuk lunak. Contohnya adalah bubur nasi yang ditambah dengan lauk pauk, bubur ayam, bubur kacang hijau, diberika 3 kali sehari. Pada usia ini terjadi penambahan berat badan 3 kali berat badan waktu lahir. Makanan lunak ini sudah merupakan makanan utama bagi bayi 9 bulan, karena berat badan anak sudah menjadi 3 kali lebih berat dari berat badan lahir. Sementara itu ASI sudah tidak dapat lagi diandalkan karena produksinya yang semakain menurun Moehji, 1988 e Usia 1-5 tahun Pada usia ini sistem pencernaan sudah mulai matang, biasanya usia 12- 24 bulan sudah bisa makan setengah porsi orang dewasa dan pemberian Asi masih tetap diteruskan. Biasanya anak makan 3 kali sehari Kozier, Universitas Sumatera Utara 2004, Azwar, 2000.Tetapi pada saat usia 18 bulan mereka sudah mulai malas makan dan milih-milih makanan yang disukai. Anak pada usia ini biasanya sangat aktif, biasanya mereka buru- buru ketika sedang makan untuk pergi bermain kembali bersama temannya Kozier, 2004. Sebaiknya makanan disajikan dengan menarik sehingga menambah nafsu makanannya, anak usia ini akan suka mencoba hal yang baru. Walaupun nafsu makan dan komsumsi makanan tidak menentu, anak dapat menikmati makanan yang disajikan dengan baik dan menarik. Makanan yang belum mereka kenal biasanya mereka tidak mau memakannya, untuk itu makanan harus disajikan menarik dan dengan cara yang menarik pula. Anak- anak akan sering mencoba hal yang baru, oleh karena itu metode panyajian makanan merupakan hal yang penting dalam pemberian makanan pada usia ini Wong Hockenberry, 2003

1.5.2 Angka kecakupan gizi balita

Dokumen yang terkait

Gambaran Penyediaan Pangan dan Status Gizi Balita pada Keluarga petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.

6 60 72

Pengaruh Pola Asuh Ibu terhadap Status Gizi Balita Keluarga Miskin di Kecamatan Panyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011

3 53 96

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG GIZI DAN PARTISIPASI IBU KE POSYANDU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI KEPADA ANAK BALITA DI KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN

1 5 88

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN BALITA DENGAN STATUS Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita, Asupan Energi Dan Protein Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyudono I Kabupaten Boyolal

0 2 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA MALANGJIWAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan

0 2 11

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar.

0 2 16

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar.

0 2 4

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar.

0 4 5

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYUSUNAN MENU BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA KEMIRI, KECAMATAN KALORAN, KABUPATEN TEMANGGUNG.

0 2 249

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DAN POLA MAKAN BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN SRIHARDONO KECAMATAN PUNDONG.

1 6 174