gizi buruk, buku rujukan yang digunakan adalah WHO–NHCS Word Health Organization – National Centre for Statistics dengan indeks berat badan menurut
usia Supariasa, dkk,200. Berat badan adalah suatu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan- perubahan
yang mendadak, misalnya terinfeksi penyakit. Baku tentang Antropometri ada beberapa macam, yaitu baku Boston dan Harverd, baku Tunner, dan baku NCHS.
Akan tetapi yang direkomendasikan oleh WHO adalah baku NCHS National Center for Health Statistik, karena pengumpulan datanya lebih menggambarkan
populasi yang sebenarnya. Pada baku NCHS juga dibedakan untuk anak laki-laki dan perempuan.
Table 3. Klasifikasi status gizi masyarakat direktorat Bina Gizi masyarakat Depkes RI tahun 1999 Supariasa, dkk, 2001 hal 76
Katagori Ambang Batas
Gizi lebih 120 median BB U baku WHO - NHCS
Gizi baik 80 - 120 median BB U baku WHO - NHCS
Gisi sedang 70 - 79,9 median BB U baku WHO - NHCS
Gizi kurang 60 - 69,9 median BB U baku WHO - NHCS
Gizi buruk 60 median BB U baku WHO - NHCS
2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi
2.3.1 Pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
Apabila seorang ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang cara memelihara gizi serta mengatur makanan kejadian gizi kurang akan dapat dihindari. Kurangnya
pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum disetiap negara. Hal ini didukung juga dengan penelitian yang dilakukan
Sandjaja 2000 yang melaporkan bahwa sebagian besar anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi
sehingga mampu tumbuh dan kembang, salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan.
2.3.2 Sosial Ekonomi
Di negara berkembang seperti Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian besar adalah golongan ekonomi rendah dan menengah sehingga akan
berdampak kepada pemenuhan bahan makanan terutama mkanan yang bergizi. Keterbatasan ekonomi yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang
berkualitas baik, maka pemenuhan gizi juga akan terganggu.
2.3.3 Sosial budaya
Pada dasarnya kebiasaan makan seseorang tidak didasarkan akan keperluan fisik akan zat-zat yangterkandung dalam makanan. Kebiasaan ini berasal dari pola
makan yang didasarkan pada budaya kelompok dan diajarkan pada seluruh anggota keluarga.Beberapa budaya masyarakat tertentu masih menganut adanya makanan
tertentu yang dianggap sebagai pantangan atau kepercayaan tahayul. Orang-orang Indonesia masih banyak yang beranggapan ada beberapa makanan yang harus
dhindari atau menjadi pantangan terutama pada kondisi tertentu, misalnya pada ibu hamil. Dikalimantan masih banyak orang beranggapan bahwa ibu hamil harus
Universitas Sumatera Utara
menghindari makan 27 jenis ikan, padahal ikan adalah sumber utama protein yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan akan berdampak pada kesehatan dan
status nutrisi anak kelak setelah lahir.
2.3.4 Status kesehatan
Apabila seseorang mengalami kondisi yang kurang sehat atau mengalami suatu penyakit tertentu maka berpengaruh terhadap selera makannya dan pola diet
sehingga terganggu pemenuhan kebutuhan gizi untuk energi dan pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatannya. Misalnya orang yang mengalami gangguan
dalam saluran pencernaan infeksi lambung, kanker kolon, dll yang harus mengikuti program diet dari dokter dan hal ini akan berdampak pada status nutrisinya. Massa
tubuh sangat sensitif terhadap perubahan- perubahan yang mendadak, misalnya terinfeksi penyakit, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan
yang dikomsumsi Supariasa,dkk, 2001.
2.3.5. Pola makan pemberian makan