BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Pemeriksaan
Secara garis besar dapat dikatakan dengan suatu aktivitas membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Setiap pemeriksaan
bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan sudah selaras dengan yang digariskan. Karena itu ada dua unsur yang ditemukan dalam pemeriksaan yaitu
kondisi dan kriteria. Kondisi adalah kenyataan yang ada atau keadaan yang melekat pada objek yang diperiksa, sedangkan kriteria biasa disebut standar,
adalah hal yang seharusnya dikerjakan atau adalah hal yang seharusnya melekat pada objek yang diperiksa, kriteria adalah bahan pembanding sehingga auditor
dapat menentukan apakah kondisi meyimpang atau tidak. Menurut Arens dan Loebbecke 2000: 9“auditing is the accumulation and
evaluation of evidence about information to determine and report on degrees of coresspondense between the information and estabilished criteria, auditing
should be done by a competent, independent person”. Pengertian yang berikut, menurut Mulyadi 2002: 9 :
Pemeriksaan adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang keadaan dan
kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian
hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Universitas Sumatera Utara
Dari definisi tersebut dapat diketahui adanya beberapa karateristik yang umumnya terdapat dalam definisi pemeriksaan, antara lain suatu proses
sistematik, evaluasi bukti secara objektif, pernyataan mengenai kegiatan serta kejadian ekonomi, menetapkan tingkat kesesuaian, kriteria yang ditetapkan dan
penyampaian hasil. a. Suatu proses sistematik
Pemeriksaan merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa rangkaian langkah atau prosedur yang logis terencana, terorganisir dan bertujuan.
b. Untuk memperoleh evaluasi bukti yang secara objektif Proses sistematik tersebut bertujuan untuk memperoleh bukti yang
mendasari pernyataan individu atau badan usaha, serta mengevaluasi tanpa memihak dan berperasangka buruk terhadap bukti tersebut.
c. Pernyataan mengenai kegiatan serta kejadian ekonomi Adalah hasil proses yang terdiri dari pengidentifikasian, pengukuran dan
penyampaian informasi ekonomi. d. Menetapkan tingkat kesesuaian
Pengumpulan bukti mengenai pernyataan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang di tetapkan. e. Kriteria yang ditetapkan
Kriteria yang dipakai digunakan sebagai standar dalam menilai pernyataan.
Universitas Sumatera Utara
f. Penyampaian hasil. Penyampaian hasil dilaporkan secara tertulis dalam bentuk laporan audit
yang harus memuat informasi mengenai kesesuaian antara informasi yang diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan.
2. Pengertian Audit Operasional. Menurut Arens dan Loebbecke 2000: 12 “an operasional audit is a review
of any part of organization’s operating procedures and method for purpose of evaluating efficiency and affectiveness”. Pengertian berikutnya menurut Intitute
of Internal Auditing IIA sebagai mana dikutip Boyton, Jhonson dan Kell 2002: 498 “auditing operasional adalah suatu proses sistematis yang mengevaluasi
efektivitas, efisiensi dan kehematan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang yang tepat hasil evaluasi
tersebut beserta rekomendasi perbaikan”. Setelah mempelajari definisi diatas terlihat beberapa hal yang merupakan inti. beberapa hal yang merupakan inti dari
pengertian audit operasional sebagai berikut : a. audit operasional merupakan penelaahan yang sistematis atas kegiatan
atau keadaan pada suatu organisasi dengan tujuan untuk memeriksa efficiency dan effectivitas suatu kegiatan,
b. audit operasional bertujuan untuk menilai cara pengelolaan yang diterapkan dalam objek audit operasional berupa kegiatan program, unit
atau fungsi yang menjadi bagian organisasi sudah berjalan dengan baik,
Universitas Sumatera Utara
c. tujuan pokok diadakannya audit operasional adalah untuk menilai efisiensi, efektivitas dan kehematan, mengidentifikasi kemungkinan
perbaikan. sesuai dengan tujuan kemungkinan terjadinya peningkatan dan perbaikan maka
audit tidak bertujuan mencari kesalahaan dimasa lalu, melainkan lebih berorientasi ke masa yang akan datang untuk lebih membantu manajemen dalam
mengingkatkan efisiensi, meningkatkan efektivitas serta mengurangi pemborosan. 3. Jenis – jenis Audit Operasional
Menurut Arens dan Loebbecke 2000: 799 – 800 audit operasional dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu fungsional, organisasional dan
penugasan khusus. a. Fungsional
Seperti yang tersirat dalam namanya, audit fungsional bersangkutan dengan satu fungsi atau lebih dalam suatu organisasi. Misalnya : fungsi
pembayaran, fungsi pemasaran, fungsi penggajian suatu divisi atau untuk perusahaan secara keseluruhan. Auditor fungsional adalah
memungkinkan adanya spesialisasi oleh auditor. Kekurangan audit fungsional adalah tidak dievaluasinya fungsi yang saling berkaitan.
b. Organisasional Audit operasional atas suatu organisasi mencakup keseluruhan unit
organisasional seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan dalam suatu audit organisasional adalah seberapa efisien dan
efektif fungsi – fungsi yang saling berinteraksi. Rencana organisasi dan metode – metode untuk mengkoordinasikan aktivitas – aktivitas
khususnya penting dalam audit jenis ini.
c. Penugasan Khusus Penugasan auditing operasional khusus timbul atas permintaan
manajemen. Ada banyak variasi dalam audit seperti ini. Contoh – contoh penentuan penyebab tidak efektifnya suatu sistem EDP, penyelidikan
kemungkinan kecurangan dalam suatu divisi dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu barang.
Universitas Sumatera Utara
4. Ruang Lingkup Audit Operasional Perbedaan pokok antara audit operasional dengan audit keuangan terletak
pada ruang lingkupnya. Audit keuangan bertujuan memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan dan menekankan terselenggaranya pengendalian
intern perusahaan dan hasil audit perusahaan seringkali dilaporkan kepada pihak luar perusahaan seperti pemegang saham, masyarakat, juga manajemen sedangkan
audit operasional bertujuan pada untuk mengetahui kegiatan, mengidentifikasi kemungkinan terjadinya perbaikan atau peningkatan atau rekomendasi perbaikan
kagiatan yang sedang berlangsung dan biasanya hasil audit operasional dilaporkan pada manajemen perusahaan. Audit operasional memiliki cakupan yang lebih luas
dari audit keuangan, pada audit keuangan penelaahan dilakukan terhadap aktivitas langsung yang mempengaruhi kewajaran laporan keuangan, sedangkan audit
operasional tidak hanya pada masalah – masalah keuangan tetapi juga masalah – masalah diluar keuangan yang memerlukan rekomendasi dalam rangka
peningkatan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Ruang lingkup audit operasional untuk suatu perusahaan harus berdasarkan keputusan manajemen dengan
memperhatikan pertimbangan – pertimbangan tertentu, para pelaksana audit harus memperhatikan tujuan manajemen perusahaan mengadakan audit ini. Arens dan
Loebbecke 2000: 803 – 804 menyebutkan beberapa kriteria yang dapat digunakan pada audit operasional, yaitu historical performance, comparable
performance, engineered standart, discussion and aggreement. a. Historical performance
Merupakan hasil aktual yang didapat dari hasil aktual periode sebelumnya. Dalam hal ini prestasi kerja periode berjalan dibandingkan
dengan periode kerja tahun sebelumnya, kriteria ini seringkali tidak
Universitas Sumatera Utara
memberikan keadaan yang tepat mengenai organisasi yang sesungguhnya, karena kemungkinan adanya perubahaan pada dua periode
sebelumnya.
b. Comparable performance Merupakan hasil yang diterapkan melalui hasil dari organisasi yang
sejenis. c. Engineered standart
Merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan standart rekayasa. Seperti penggunaan time and motion studi untuk menentukan banyaknya
output yang harus diproduksi, kriteria ini efektif untuk menyelesaikan masalah operasional yang penting akan tetapi pembuatan kriteria ini
menekan biaya dan waktu yang cukup tinggi karena memerlukan suatu keahlian khusus.
d. Discussion an aggrement Merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil diskusi dan tujuan
bersama antara manajemen dan pihak – pihak lain yang terlibat dalam audit operasional kriteria umum ini digunakan karena pembuatan kriteri
lainnya seringkali sulit dan membutuhkan biaya tinggi.
5. Tujuan Audit Operasional Menurut Guy Dan M, Wayne A dan Alan J 2003: 421 tujuan audit
operasional sebagai berikut : a. menilai kinerja setiap audit operasional meliputi penilaian kinerja
organisasiseperti penilaian tujuan, kebijakan standar dan sasaran organisasi yang ditetapkan manajemen atau pihak yang menugaskan,
serta kriteria lain yang sesuai,
b. mengidentifikasi peluang perbaikan efektivitas, efisiensi dan ekonomi merupakan kategori yang luas dan pengklasifikasian sebagian besar
perbaikan, auditor dapat mengidentifikasikan peluang perbaikan tertentu dengan mewawancarai individu apakah didalam atau luar organisasi
,mengobservasi operasi, menelaah laporan masa lalu atau laporan masa berjalan, mempelajari transaksi, membandingkan dengan standar
industri, menggunakan pertimbangan professional berdasarkan pengalaman atau menggunkan sarana atau cara lainnya yang sesuai,
c. mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut sifat dan luas rekomendasi akan berkembang secara beragam selama
pelaksanaan operasional. Dalam banyak hal auditor dapat memberikan rokendasi tertentu. Dalam kasus lainnya mungkin memerlukan studi
lebih lanjut diluas ruang lingkup penugasan dimana auditor dapat menyebutkan alasan mengapa studi lebih lanjut pada bidang tertentu
dianggap tepat.
Universitas Sumatera Utara
audit operasional menekankan pada efisiensi dan efektivitas, kemudian audit operasional juga berorientasi pada kinerja operasi pada masa yang akan datang
yang akan dicapai oleh perusahaan. 6. Keterbatasan Audit Operasional
Hal ini yang membatasi kegiatan audit operasional menurut Widjaja T 2008: 43 yaitu “waktu, pengetahuan, biaya, data, standar, orang dan entitas”.
Tiga keterbatasan audit operasional menurut Widjayanto 1985: 24 yaitu waktu, keahlian auditor dan biaya.
a. Waktu Waktu menjadi faktor yang sangat membatasi, karena auditor harus
memberikan informasi kepada manajemen secara cepat setidaknya tepat waktu untuk memecahkan suatu masalah, sebaiknya audit dilakukan
secara teratur untuk menjamin bahwa permasalahan yang penting tidak menjadi kronis dalam perusahaan.
b. Keahlian auditor Kurangnya pengetahuan banyak dikeluhkan oleh auditor operasional
karena tidak mungkin bagi seorang auditor dapat menguasai berbagai disiplin bisnis.
c. Biaya Biaya merupakan salah satu faktor pembatas karena tentu biaya audit
harus lebih kecil daripada jumlah uang dapat dihemat, oleh karena itu auditor harus mengabaikan masalah kecil yang memungkinkan dapat
memakan biaya jika diselidiki lebih lanjut.
7. Tahap – Tahap Audit Operasional Audit operasional memerlukan kerangka tugas sebagi pedoman kerja, karena
tanpa adanya kerangka yang tersusun dengan baik auditor, audior akan banyak mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya mengingat kegiatan
struktur perusahaan telah semakin maju dan rumit. Menurut Arens dan Loebbecke 2000: 760 - 762 tahap – tahap audit operasional adalah sebagai berikut
“planning, evidence accumulation and evalution, reporting and follow-up”.
Universitas Sumatera Utara
Tahap audit operasional selanjutnya menurut Widjayanto 1985: 29 terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pendahuluan, tahap audit mendalam dan tahap pelaporan.
Ketiga tahapan tersebut akan membantu auditor untuk berkerja secara aktif, sistematis dan teratur baik satu maupun seluruh audit.
a. Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan memungkingkan terselenggaranya perencanaan dan
pelaksanaan pekerjaan secara teratur. Tahap ini dapat digunakan untuk memanfaatkan sumber – sumber daya audit yang langka untuk mencapai hasil
yang terbaik. Ruang lingkup dan waktu yang diperlukan dalam tahapan ini banyak dipengaruhi pada keahlian dan pengalaman auditor, pengetahuan atas bidang yang
diperiksa, ukuran kerumitan atas aktivitas atau program, tipe audit yang diperiksa, daerah geografis kegiatan organisasi serta sifat penugasannya apakah merupakan
penugasan baru atau penugasan yang berlanjut. Dari tahap pendahuluan auditor akan memperoleh informasi umum atau informasi latar belakang dalam waktu
yang relatif singkat dalam semua aspek perusahaan, aktivitas, program dan sistem objek yang periksanya. Tahap pendahuluan dapat meliputi kegiatan antara lain
pengamatan atas fasilitas fisik, mencari data tertulis, wawancara dengan personil manajemen dan kegiatan analisis.
1 Pengamatan Atas Fasilitas Fisik
Pengamatan fisik keseluruh bagian auditor dapat memperoleh kesempatan untuk meninjau bagian perusahaan serta mendapatkan gambaran nyata tentang
aktivitas perusahaan. Auditor biasanya menggunakan kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu sesuai dengan tekanan permasalahan yang dihadapi.
Universitas Sumatera Utara
Dengan pengamatan fasilitas fisik ke seluruh bagian, auditor dapat memperoleh kesempatan, untuk meninjau seluruh bagian kegiatan dan mendapatkan gambaran
nyata mengenai perusahaan.
2 Mencari Data Tertulis
Tujuan pada tahapan ini apakah perusahaan menerapkan praktek manajemen yang konsisten, untuk itu auditor harus mendapatkan dokumen tertulis yang
dijadikan bahan perbandingan dengan data departemen. Dokumen tertulis tersebut adalah sasaran dan tujuan perusahaan yang tertulis, petunjuk kebijaksanaan serta
prosedur perusahaan, uraian tugas, bagan organisasi, laporan intern perdepartemen, laporan keuangan bagan arus yang dibuat auditor ekstern dan
sebaginya. 3 Wawancara Dengan Personil Manajemen
Pada tahap wawancara auditor memahami apa yang dirasakan karyawan perusahaan dan bagaimana pandangan mereka terhadap masalah tertentu. Orang
yang ahli dalam suatu perusahaan adalah mereka yang menjalankan perusahaan, karenanya auditor dapat memperoleh informasi yang paling baik dengan cara
mewawancarai manajer yang relevan dalam mengidentifikasi permasalahan.
4 Kegiatan Analisis
Tahap terakhir dari perkerjaan pendahuluan menganalisa yang dilakukan pemeriksa. Dokumentasi yang diperlukan dalam analisa harus sudah terlengkapi
dalam tahap pengumpulan data. Hasil dari tahap pendahuluan ini kemudian disimpulkan dalam satu laporan pemeriksaan pendahuluan yang lazim disebut
memorandum survei. Memoramdum survei ini tidak boleh diserahkan kepada
Universitas Sumatera Utara
pihak lain tetapi semata – mata digunakan bagi pemeriksa untuk digunakan untuk menetapkan daerah – daerah atau bagian mana yang kiranya memerlukan
pemeriksaan yang mendalam. b. Tahap Audit Mendalam
Tahap audit mendalam meliputi kegiatan mengevaluasi terhadap temuan audit, membandingkan dengan kriteria yang seharusnya serta melakukan penilaian dari
hasil perbandingan. Pada tahap akhir ini auditor akan menyusun kesimpulan audit serta mengembangkan rekomendasi mengenai berbagai tindakan perbaikan yang
diperlukan dalam menyelesaikan masalah yang ada. Informasi tersebut dapat digunakan dalam menyusun laporan audit. Tahap audit mendalam mencakup
kegiatan antara lain studi lapangan dan analisis yang meliputi penghubung dan perbandingan berbagai data yang dikumpulkan dengan kriteria pengukuran.
1 Studi Lapangan
Kegiatan yang dilakukan pada studi lapangan ini antara lain adalah wawancara dengan pegawai inti setiap tingkat organisasi, mewawancarai sumber
ekstern yang dianggap penting tanpa melanggar kerahasiaan penugasan, abservasi aktivitas operasional dan fungsi manajemen, penelitian pengendalian intern,
penelitian arus transaksi, penelitian penempatan pegawai, peralatan formulir dan laporan, penelitian aspek – aspek inti aktivitas operasional dengan menggunakan
kuesioner khusus, pendiskusian dan pengusulan penggunaan kriteria pengukuran pegawai yang sesuai.
2 Analisis Penghubungan dan Perbandingan Berbagai Data Dengan Kriteria Pengukuran
Universitas Sumatera Utara
Penilaian resiko dan infesiensi perusahaan untuk menentukan bidang dan aktivitas yang dapat ditingkatkan, pendokumentasian temuan hasil audit dan
manfaat hasil potensial, penegasan kembali kriteria pengukuran, pendiskusian temuan audit serta saran perbaikan yang diperlukan, pengembangan berbagai
alternatif perbaikan, rekomendasi dan saran. c. Tahap Pelaporan
Setelah tahap audit mendalam selesai, auditor bertanggungjawab melaporkan
hasil temuan auditnya kepada manajemen atau pihak lain yang memberikan penugasan melalui laporan hasil audit, dengan demikian pihak perusahaan akan
dapat bertanggungjawab dan dapat segera mengambil tindakan koreksi yang dibutuhkan. Bentuk sifat laporan akan tergantung pada permintaan pihak yang
memberikan penugasan atau kebijaksanaan auditor. Suatu laporan biasanya mengandung uraian mengenai kegiatan apa yang dikerjakan dalam audit, daerah
mana yang perlu mendapatkan perbaikan dan rekomendasi yang diusulkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Isi laporan audit operasional
berbeda antara satu dengan lainnya, tergantung pada sifat perusahaan yang diperiksa dan tipe masalah yang ditelaah. Namun secara umum, laporan hasil
audit operasional akan memuat hal – hal sebagai berikut : 1 tujuan dan lingkup audit,
2 prosedur audit yang digunakan auditor, 3 temuan khusus hasil audit,
4 rekomendasi tindakan perbaikan.
Universitas Sumatera Utara
8. Pengertian Efektivitas dan Efesiensi Pemeriksaan Operasional dikenal sebagai pemeriksaan yang
berkonsentrasi pada efektivitas dan efesiensi organisasi. Efektivitas mengukur seberapa berhasil suatu organisasi mencapai tujuan dan sasarannya. Efisiensi
mengukur seberapa baik suatu entitas menggunakan sumber dayanya dalam mencapai tujuannya. Sebagai contoh, seorang auditor dapat memeriksa badan
federal untuk menentukan apakah badan tersebut telah mencapai tujuannya seperti yang ditetapkan oleh kongres efektivitas dan menggunakan sumber daya
keuangannya secara benar efisiensi. Pembahasan mengenai ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas akan lebuh mudah dipahami jika dibahas dalam kerangka
Input – Proses – Output. a. Efisiensi
Efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya, sehingga dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki.
Efisiensi berhubungan dengan metode kerja operasi. Dalam hubungannya dengan konsep input-proses-output, efisiensi adalah rasio antara output dan input.
Seberapa besar output yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah tertentu input yang dimiliki perusahaan. Metode Kerja yang baik akan dapat memandu
proses operasi berjalan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Jadi, efisiensi merupakan ukuran proses yang
menghubungkan antara input dan output dalam operasional
perusahaan.Bayangkara, 2008:13
Universitas Sumatera Utara
b. Efektivitas Dibandingkan dengan efisiensi, yang ditentukan oleh hubungan antara
input dan output, efektivitas ditentukan oleh hubungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggung jawab dengan tujuannya. Semakin besar
output yang dikontribusikan terhadap tujuan, maka semakin efektivlah unit tersebut. Efektivitas cenderung dinyatakan dalam istilah – istilah yang subjektif
dan nonalitis, seperti kinerja kampus A adalah yang terbaik, tetapi kampus B telah agak menurun dalam tahun – tahun terakhir Anthony, 2005:174. Efisiensi dan
efektivitas berkaitan satu sama lain, setiap pusat tanggung jawab harus efektif dan efesien dimana organisasi harus mencapai tujuannya dengan cara yang optimal.
Suatu pusat tanggung jawab yang menjalankan tugasnya dengan konsumsi terendah atas sumber daya, mungkin akan efesien, tetapi jika output yang
dihasilkannya gagal dalam memberikan kontribusi yang memadai dalam pencapaian cita – cita organisasi, maka pusat tanggung jawab tersebut tidaklah
efektifAnthony 2005:174-175 9. Pengertian Fungsi Pemasaran
Fungsi Pemasaran merupakan salah satu kegiatan utama yang dilaksanakan dalam suatu perusahaan sehingga perlu untuk mendapat perhatian
yang cukup besar serta pengelolaan yang sebaik mungkin. Kegagalan dalam aktivitas pemasaran akan sangat berpengaruh terhadap kontinuitas operasi
perusahaan, karena fungsi pemasaran merupakan sumber pendapatan utama perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
B. Kerangka Konseptual