Pemeriksaan Operasional Atas Sistem Pembelian Untuk Meningkatkan Efisiensi Dan Efektivitas Pada PT.PP London Sumatra Indonesia, Tbk Medan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN
SKRIPSI
PEMERIKSAAN OPERASIONAL ATAS SISTEM PEMBELIAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PADA PT.PP
LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk MEDAN OLEH :
NAMA : HERLIN SUSANNA
NIM : 080522126
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Medan 2010
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pemeriksaan
Operasional Atas Sistem Pembelian Untuk Meningkatkan Efisiensi Dan
Efektivitas Pada PT.PP London Sumatra Indonesia, Tbk Medan” adalah benar
hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah
dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh
Universitas Sumatera Utara.
Medan, 2010
Yang membuat pernyataan
Herlin Susanna
(3)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat meneyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Pemeriksaan Operasional Atas Fungsi Pembelian Untuk
Meningkatkan Efisiensi Dan Efektivitas pada PT. PP London Sumatra Indonesia,
Tbk Medan”.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis menyampaiakan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Ketua Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas sumatera Utara, dan selaku dosen
pembimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak dan Bapak Drs. Rustam,
M.Si, Ak selaku dosen pembanding/penguji yang telah memberikan saran dan
kritik bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Seluruh staff pengajar
(4)
pengetahuan yang sangat berguna kepada penulis serta seluruh staff pegawai
dan administrasi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Manajer unit serta seluruh staf pegawai Procurement Departemen PT.
PP London Sumatra Indonesia, Tbk Medan yang telah banyak memberikan
informasi dan data-data kepada penulis selama penelitian.
5. Orang tua yang sangat peulis kasihi. Ayahanda Suharmadi dan Ibunda
Yusnani Lubis yang telah setia, sabar dan tulus mendidik dan membesarkan
penulis, terima kasih atas do’a, pengorbanan, pengertian dan kasih sayangNya
yang tak terhingga.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan yang
terdapat didalamnya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 2010
Hormat Penulis
(5)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemeriksaan operasional atas sistem pembelian. Luasnya lagi, pemeriksaan operasional ini berfungsi dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada perusahaan. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah PT.PP London Sumatra Indonesia, Tbk Medan terutama bagian yang menyangkut masalah pembelian.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan pemeriksaan operasional atas sistem pembelian yang dilakukan oleh internal auditor dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Penelitian ini menggunakan wawancara, studi dokumentasi, dan kuesioner untuk memperkuat hasil penelitian ini.
Kegiatan pembelian telah dilaksanakan secara efektif dan efisien pada perusahaan. Pemeriksaan operasional atas sistem pembelian yang diterapkan pada perusahaan juga telah memadai. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa pemeriksaan operasional atas sistem pembelian dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada PT.PP London Sumatra Indonesia, Tbk Medan.
(6)
ABSTRACT
The objectives of this research is to know the effectiveness of operational audit for the purchasing system. It’s very important in improving effectiveness and efficiency at companies. The object of this research is PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk Medan,especially purchasing department.
Data collection methods used were descriptive qualitative. The research is based on theoretical research that supports the operational audit for the purchasing system performed by internal auditors in improving effectiveness and efficiency at companies. This study uses interviews, documentary studies, and questionnaires to strengthen the result of this research.
The purchase activities have done effectively and efficiency in the company. Operational audit for the purchasing system has done well by the company. Based on the research and discussion shows that the operational audit for the purchasing system can improve efficiency and effectiveness at PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk Medan.
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN………...i
KATA PENGANTAR………ii
ABSTRAK……….iv
ABSTRACT………....v
DAFTAR ISI………..vi
DAFTAR TABEL……….ix
DAFTAR GAMBAR………..x
DAFTAR LAMPIRAN………....xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………1
B. Perumusan Masalah………3
C. Tujuan Penelitian………...3
D. Manfaat Penelitian………..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis………...5
1. Pemeriksaan………..5
a. Definisi Pemeriksaan………..5
b. Jenis Pemeriksaaan……….6
2. Pemeriksaan Operasional………..7
a. Definisi Pemeriksaan Operasional………..7
b. Jenis Pemeriksaan Operasional………...9
c. Tujuan Pemeriksaan Operasional……….10
(8)
e. Tahapan Pemeriksaan Operasional………...12
3. Pembelian………13
a. Definisi Pembelian………13
b. Tujuan Pembelian……….14
c. Sistem Akuntansi Pembelian………14
d. Pengendalian Internal atas Sistem Pembelian………...16
4. Pemeriksaan Operasional Atas Sistem Pembelian Untuk Meningkatkan Efisiensi Dan Efektivitas Perusahaan…..18
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu………..20
C. Kerangka Konseptual………21
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian………...23
B. Jenis Penelitian………..23
C. Jenis Data………..24
D. Prosedur Pengumpulan Data……….24
E. Metode Analisis data……….25
F. Jadwal Penelitian………..27
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian………..28
1. Gambaran Umum Perusahaan……….28
a. Sejarah Singkat Perusahaan………..28
b. Struktur Organisasi Perusahaan………32
(9)
3. Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional Atas Kegiatan
Pembelian………48
a. Pemeriksaan Pendahuluan……..………..49
b. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen…………51
c. Pemeriksaan Lanjutan………...52
d. Pelaporan………...54
e. Tindak lanjut……….55
B. Analisis Hasil Penelitian………...56
1. Analisis deskriptif Kualitatif………...56
2. Analisis Statistik……….61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………...66
B. Saran……….67
DAFTAR PUSTAKA………...68 LAMPIRAN
(10)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemeriksaan operasional atas sistem pembelian. Luasnya lagi, pemeriksaan operasional ini berfungsi dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada perusahaan. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah PT.PP London Sumatra Indonesia, Tbk Medan terutama bagian yang menyangkut masalah pembelian.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan pemeriksaan operasional atas sistem pembelian yang dilakukan oleh internal auditor dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Penelitian ini menggunakan wawancara, studi dokumentasi, dan kuesioner untuk memperkuat hasil penelitian ini.
Kegiatan pembelian telah dilaksanakan secara efektif dan efisien pada perusahaan. Pemeriksaan operasional atas sistem pembelian yang diterapkan pada perusahaan juga telah memadai. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa pemeriksaan operasional atas sistem pembelian dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada PT.PP London Sumatra Indonesia, Tbk Medan.
(11)
ABSTRACT
The objectives of this research is to know the effectiveness of operational audit for the purchasing system. It’s very important in improving effectiveness and efficiency at companies. The object of this research is PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk Medan,especially purchasing department.
Data collection methods used were descriptive qualitative. The research is based on theoretical research that supports the operational audit for the purchasing system performed by internal auditors in improving effectiveness and efficiency at companies. This study uses interviews, documentary studies, and questionnaires to strengthen the result of this research.
The purchase activities have done effectively and efficiency in the company. Operational audit for the purchasing system has done well by the company. Based on the research and discussion shows that the operational audit for the purchasing system can improve efficiency and effectiveness at PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk Medan.
(12)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Sektor yang diharapkan oleh pemerintah untuk mendorong kemajuan
ekonomi diantaranya adalah sektor perdagangan. Hal ini diperlukan dalam rangka
mempersiapkan diri menuju era perdagangan bebas dunia usaha. Saat ini semakin
banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan disebabkan bidang
perdagangan cukup memberikan prospek yang baik. Perkembangan yang pesat
dalam dunia usaha akan berpengaruh terhadap ruang lingkup aktifitas dalam
perusahaan. Keadaan ini mengakibatkan tanggung jawab manajemen semakin
kompleks, sehingga manajemen akan menghadapi kesulitan dalam menjalankan
fungsi pengendalian terhadap setiap tahapan operasi perusahaan.
Sejalan dengan berkembangnya perusahaan menjadi satu kesatuan yang
relatif besar, maka semakin kompleks pula masalah-masalah perusahaan yang
timbul. Dengan semakin banyaknya aktifitas perusahan serta dengan adanya
perluasan dan perkembangan perusahaan maka seorang pemimpin tidak mungkin
mengawasi seluruh aktifitas perusahaan yang dipimpinnya secara langsung.
Aktifitas dalam perusahaan merupakan rangkaian kegiatan-kegiatan baik
penjualan, pembelian, produksi, pembayaran upah/gaji dan sebagainya. Setiap
bidang merupakan integral dari aktifitas perusahaan, sehingga kelemahan disatu
(13)
Keberhasilan suatu perusahaan dalam mendapatkan keuntungan yang
maksimal tidak terlepas dari adanya pengendalian yang efektif atas semua
kegiatan yang ada dalam perusahaan, sebab itu perusahaan harus berusaha untuk
menghindari hal-hal yang dapat membawa kerugian perusahaan. Pengendalian
internal yang memadai dalam suatu perusahaan akan mambantu manajemen
menjaga keamanan harta milik perusahaan dan dapat mencegah serta menemukan
kesalahan-kesalahan dan penggelapan yang dapat merugikan perusahaan.
Pengendalian internal tersebut tidak dimaksudkan untuk meniadakan semua
kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan atau penyelewengan. Jika
kesalahan dan penyelewengan tersebut terjadi maka hal tersebut dapat diketahui
dan diatasi secara cepat.
Pemeriksaan operasional sebagai bagian dari fungsi pengendalian
merupakan suatu alat bagi manajemen untuk mengukur dan mengevaluasi
kegiatan yang telah dilaksanakan. Pemeriksaan operasional dilaksanakan oleh
auditor dengan mengontrol segala yang ada diperusahaan agar semua siklus yang
ada diperusahaan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Pemeriksaan operasional
juga dilakukan dalam aktivitas pembelian, dimana pembelian merupakan aktivitas
awal dari seluruh rangkaian aktivitas perusahaan yang banyak menimbulkan
masalah-masalah yang kompleks.
Dalam penulisan ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada
perusahaan PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk Medan, yaitu perusahaan
yang bergerak dalam bidang perkebunan sebagai penghasil komoditi kelapa sawit,
(14)
terlambatnya proses pengadaan barang, yang mengakibatkan terhambatnya
rangkaian kegiatan proses produksi sesuai jadwal yang ditentukan. Berdasarkan
uraian diatas, perlu diadakan ‘Pemeriksaan Operasional Atas Sistem Pembelian
Untuk Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Pada PT. PP London Sumatra
Indonesia, Tbk Medan”.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah berdasarkan uraian diatas, sehubungan dengan judul
yang diteliti yaitu pemeriksaan operasional atas sistem pembelian adalah sebagai
berikut :
1. bagaimana pelaksanaan sistem manajemen pembelian yang dilakukan
pada PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk ?
2. bagaimana pelaksanaan pemeriksaan operasional atas kegiatan
pembelian agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada PT.
PP London Sumatra Indonesia, Tbk ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah mendapatkan jawaban atas masalah yang ada di
perumusan masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem manajemen pembelian yang
(15)
2. untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pemeriksaan operasional atas
kegiatan pembelian agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada
PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan manfaat untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam mengenai pemeriksaan operasional atas
pembelian,
2. bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang
dapat membantu pihak manajemen dalam menjalankan operasinya dan
memberikan gambaran tentang pentingnya pemeriksaan operasional dalam
menganalisis dan mengevaluasi pelaksanaan aktivitas manajemen dalam
mencapai efisiensi dan efektifitas pembelian,
3. bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi serta dapat digunakan untuk
menambah pengetahuan, wawasan, dan pemahaman mengenai judul yang
(16)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis
1. Pemeriksaan
a. Definisi Pemeriksaan
Secara umum pengertian pemeriksaan adalah proses perbandingan antara
kondisi dan kriteria. Kondisi yang dimaksud disini adalah kenyataan yang ada
atau keadaan yang sebenarnya yang melekat pada objek yang diperiksa. Kriteria
adalah tolak ukur, yaitu hal yang seharusnya terjadi atau hal yang seharusnya
melekat pada objek yang diperiksa. Defenisi pemeriksaan menurut Mulyadi
(2002 ; 40) :
suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuain antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Pemeriksaan dilakukan dalam rangka pengendalian suatu kegiatan yang
dijalankan oleh suatu unit usaha tertentu. Oleh karena itu, pemeriksaan merupakan
bagian dari pengawasan sedangkan pengawasan merupakan bagian dari
pengendalian. Pengawasan terdiri dari pengawasan dan tindak lanjut. Suatu
pengawasan akan menghasilkan temuan-temuan yang memerlukan tindak lanjut.
Apabila keseluruhan tindak lanjut itu dilakksanakan, maka keseluruhan pekerjaan
tersebut merupakkan pengendalian. Akan tetapi bilamana tindak lanjut tidak
dilaksanakan maka tetap dinamakan pengawasan.
(17)
Alvin A. Arens dkk. (2003 : 13-15) dalam bukunya “Auditing And
Assurance Services” membedakan pemeriksaan menjadi 3 jenis. 1) Pemeriksaan Operasional (Operational Audits)
Pemeriksaan operasional adalah salah satu jenis pemeriksaan yang dilakukan terhadap prosedur, metode, dan operasi kegiatan suatu entitas untuk menilai efektivitas dan efesiensi kegiatan entitas tersebut. Pada akhir pemeriksaan operasional diajukan saran-saran/ rekomendasi yang ditujukan kepada pihak manajemen peruasahaan. Tujuannya untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan tersebut. Ruang lingkup pemeriksaan operasional tidak terbatas pada masalah-masalah akuntansi saja, melainkan dapat meliputi evaluasi terhadap struktur organisasi, metode produksi, pemasaran hasil produksi, dan bidang lainnya yang menjadi keahlian pemeriksa.
2) Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audits)
Pemeriksaan ketaatan adalah suatu proses pemeriksaan atas ketaatan perusahaan yang bersangkutan terhadap pelaksanaan peraturan, prosedur, kontrak yang ditetapkan oleh pihak berwenang, baik pemerintah maupun manajemen perusahan itu sendiri. Hasil pemeriksaan ketaatan semuanya dilaporkan kepada pimpinan perusahaan.
3) Pemeriksaan Laporan Keuangan (Financial Statement Audits) Pemeriksaan laporan keuangan adalah proses pemeriksaan yang dilakkukan atas laporan suatu organisasi atau perusahaan dengan tujuan untuk memberikan pendapat atas kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut dimana kriteria yang berlaku adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk Indonesia atau secara internasional dikenal sebagai Generally Accepted Acounting Principles (GAAP).
Selain itu menurut Sukrisno Agoes (2004 : 10-12) membagi pemeriksaan
ke dalam 2 jenis.
1) Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, pemeriksaan dapat dibedakan menjadi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.
a) Pemeriksaan Umum (General Audit)
Merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secar menyeluruh.
b) Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KKAP yang independen, dan pada akhir
(18)
pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. 2) Ditinjau dari jenis pemeriksaan, pemeriksaan dibedakan atas audit
operasional, pemeriksaaan ketaatan, pemeriksaan intern dan komputer audit.
a) Audit Operasional (Management Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijaan akuntansi dan kebijakan operasional yang ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efesien dan ekonomis.
b) Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah menaati peraturan- poeraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan.
c) Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
d) Komputer Audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yyang memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Electonic Data Processing) system.
2. Pemeriksaaan Operasional
a. Definisi Pemeriksaan Operasional
Pemeriksaan operasional merupakan suatu pemeriksaan yang bertujuan
memeriksa efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan yang menilai apakah cara-cara
pengelolaan yang diterapkan dalam kegiatan tersebut telah berjalan dengan baik.
Definisi pemeriksaan operasional menurut Boynton dkk (2003;498) “Suatu proses
sistematis yang mengevaluasi efektivitas, efesiensi, dan kehematan operasi
organisasi yang berada dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada
(19)
Audit operasional menurut Arens dan Loebbecke (2000:12) “An
operational audit is a review of any part of an organization’s operating procedures and method for the purpose of evaluating efficiency and effectiveness.”
Berdasarkan definisi diatas, audit operasional merupakan penelaahan
terhadap metode dan prosedur operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan
efektifitasnya. Setelah audit operasional berakhir auditor memberikan sejumlah
saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan beberapa hal yang menjadi inti dari
pemeriksaan operasional.
1) Pemeriksaan operasional merupakan penelaahan sistematis yang
menentukan bahwa proses pengumpulan dan penganalisaan bukti
dilakukan secara sistematis berdasarkan pengamatan dan analisa yang
objektif.
2) Objek pemeriksaan operasional berupa kegiatan, program, unit atau
fungsi yang menjadi bagian dari suatu organisasi.
3) Tujuan pokok diadakannya pemeriksaan operasional adalah efisiensi
dan efektivitas, dan kehematan serta lebih mengidentifikasi
kemungkinan perbaikan.
4) Pemeriksaan operasional lebih berorientasi kemasa depan, artinya hasil
dari penilaian berbagai kegiatan operasional diharapkan dapat
(20)
berbagai sumber daya yang ada dan meningkatkan efektifitas
pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh organisasi.
5) Pemeriksaan operasional, hasil evaluasi dapat dilaporkan kepada
pihak-pihak yang berwenang dan memberikan rekomendasi yang
berguna bagi peningkatan dan perbaikan kepada pihak manajemen.
b. Jenis Pemeriksaan Operasional
Pengklasifikasian pemeriksaan operasional menurut Arens dan Loebbecke
(2000:799) dibedakan atas pemeriksaan fungsional, pemeriksaan organisasi,
pemeriksaaan khusus.
1) Pemeriksaan Fungsional (Functional Audit), yaitu fungsi yang berhubungan dengan salah satu atau lebih fungsi dalam organisasi, contohnya fungsi penagihan atau fungsi produksi.
2) Pemeriksaan Organisasi (Organizational Audit), yaitu pemeriksaan ini berhubungan dengan unit organisasi secara keseluruhan, seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Pemeriksaan organisasional ini menekankan pada seberapa efekktif dan efisien fungsi yang ada saling berkaitan satu dengan lainnya.
3) Pemeriksaan Khusus (Special Assigment), yaitu dalam pemeriksaan operasional, pemeriksaan ini memiliki tujuan dan ruang lingkup yang khusus. Penugasan khusus ini muncul berdasarkan permintaan dari pihak manajemen untuk menyelidiki masalah dalam organisasi.
c. Tujuan Pemeriksaan Operasional
Tujuan pemeriksaaan operasional menurut IBK. Bayangkara (2008:4)
(21)
1) Kriteria (Criteria)
Merupakan standar (pedoman, norma) bagi setiap individu/kelompok di dalam perusahaan dalam melakukan aktivitasnya.
2) Penyebab (Cause)
Penyebab merupakan tindakan (aktivitas) yang dilakukanoleh setiap individu/kelompok di dalam perusahaan. Penyebab dapat bersifat positif, program/aktifitas berjalan dengan tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih tinggi, atau sebaliknya bersifat negative, program/aktifitas berjalan dengan tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih rendah dari standar yang telah ditetapkan.
3) Akibat (Effect)
Akibat merupakan perbandingan antara penyebab dengan kriteria yang berhubungan dengan penyebab tersebut. Akibat negatif menunjukkan program/aktifitas berjalan dengan tingkat pencapaian yang lebih rendah dari kriteria yang ditetapkan. Sedangkan akibat positif menunjukkan program/aktifitas telah terselenggara secara baik dengan tingkat pencapaian yang lebih tinggi dari kriteria yang ditetapkan.
Tujuan audit harus mengacu pada alasan mengapa audit harus dilakukan,
beberapa alasan yang mendasari diperlukannya audit operasional menurut IBK.
Bayangkara (2008:22) :
1) terjadinya pemborosan dan ketidakefisienan penggunaan sumber daya perusahaan,
2) tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai,
3) adanya alternative yang lebih baik dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan,
4) terjadinya penyimpangan dalam penggunaan sumber daya,
5) adanya penyimpangan terhadap peraturan dan kebijakan perusahaan,
6) sistem informasi dan pelaporan yang kurang baik.
Tujuan audit operasional menurut Mulyadi (2002:32) : 1) mengevaluasi kinerja,
2) mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan,
3) membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan operasional
dilakukan untuk mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
(22)
penyelewengan dan penyimpangan yang terjadi dan kemudian membuat laporan
yang berisi rekomendasi tindakan perbaikan selanjutnya. Audit operasional
merupakan salah satu alat pengendalian yang membantu dalam mengelola
perusahaan dengan penggunaan sumber daya yang ada dalam pencapaian tujuan
perusahaan dengan efektif dan efisien.
d. Kriteria Pemeriksaan Operational
Kesulitan utama yang dihadapi dalam pemeriksaan operasional adalah
menentukan kriteria untuk mengevaluasi apakah efisiensi dan efektivitas telah
tercapai. Adapun beberapa pendekatan untuk menyusun kriteria untuk audit
operasional menurut Arens dan Loebbecke (2000:804) yaitu kinerja masa lampau,
kinerja perusahaan sejenis, standar teknik serta diskusi dan kesepakatan.
1) Kinerja Masa Lampau (Historical Performance)
kriteria ini ditentukan berdasarkan hasil yang aktual dari periode sebelumnya, untuk mengetahui apakah hasil yang dicapai sekarang menjadi lebih baik atau lebih buruk.
2) Kinerja Perusahaan sejenis yang dapat diperbandingkan (Benchmarking or comparable performance)
kriteria ini ditetapkan berdasarkan hasil yang dicapai perusahaan lain yang bergerak dibidang industri yang sama.
3) Standar Teknik (Engineering Standards)
kriteria ini ditetapkan berdasarkan standar teknik, seperti menggunakan time and motion study untuk menentukan tingkat output yang dihasilkan.
4) Diskusi dan Kesepakatan (Discussion and Agreement)
Merupakan criteria yang ditetapkan berdasarkan hasil diskusi dan persetujuan bersama antara manajemen dan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pemeriksaan operasional.
(23)
Beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam pemeriksaan operasional,
menurut IBK. Bayangkara (2008:10) yaitu audit pendahuluan, review dan
pengujian pengendalian manajemen, audit terinci, pelaporan dan tindak lanjut.
1) Audit Pendahuluan
Dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang terhadap objek yang diaudit. Disamping itu, pada audit ini juga dilakukan penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan, dan kebijakan berkaitan dengan aktifitas yang diaudit, serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mengidentifikasi hal-hal yang potensial mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit. Dari informasi latar belakang ini, auditor dapat menentukan beberapa tujuan audit sementara.
2) Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen
Auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen objek audit, dengan tujuan untuk menilai efektifitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Jika dihubungkan dengan tujuan audit sementara yang telah di buat pada audit pendahuluan, hasil pengujian manajemen pengendalian manajemen ini dapat mendukung tujuan audit sementara tersebut menjadi tujuan audit yang sesungguhnya, atau mungkin ada beberapa tujuan audit sementara yang gugur, karena tidak cukup bukti-bukti untuk mendukung tujuan audit tersebut. 3) Audit Terinci
Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukan. Pada tahap ini juga dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan yang lain dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit.
4) Pelaporan
Tahapan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini penting untuk meyakinkan pihak manajemen(objek audit) tentang keabsahan hasil audit dan mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang ditemukan.
5) Tindak Lanjut
Tindak lanjut bertujuan untuk mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut (perbaikan) sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Auditor tidak memiliki wewenang untuk mengharuskan manajemen melaksanakan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Oleh karena itu, rekomendasi yang disajikan dalam laporan audit seharusnya sudah
(24)
merupakan hasil diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan tindakan perbaikan tersebut.
3. Pembelian
a. Definisi Pembelian
Istilah pembelian (purchasing) sinonim dengan pengadaan barang
(procurement) yang mempunyai arti bahwa peran fungsi pembelian adalah untuk
mengadakan material pada kualitas yang tepat dan kuantitas yang tersedia untuk
digunakan dalam operasi pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat.
Pada intinya pembelian merupakan kegiatan yang menyeluruh dan
terfokus pada pengadaan material dan jasa yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan organisasi. Bagian pembelian berfungsi dalam menentukan kebutuhan
memilih pemasok, penerimaan material sesuai waktu, harga, bentuk dan kondisi
yang layak, menerbitkan kontrak atau order dan memastikan pengiriman.
Berdasarkan kebutuhannya, pembelian dapat dibedakan kedalam 3 jenis
sebagai berikut :
1) pembelian barang dagang,
2) pembelian barang kebutuhan kantor,
3) pembelian barang teknik.
Pembelian juga dibedakan kedalam pembelian lokal dan pembelian
(25)
1) Pembelian Lokal, yaitu pembelian dari pemasok dalam negeri.
2) Pembelian Import, yaitu pembelian dari pemasok luar negeri.
b. Tujuan Pembelian
Tujuan dari pembelian adalah memberikan aliran material, persediaan dan
pelayanan yang berkesinambungan yang dibutuhkan dalam menjalankan
perusahaan. Untuk itu terdapat beberapa faktor yang diperlukan dalam melakukan
pembelian, yaitu tenggang waktu, persentase pengiriman tepat waktu, daya tahan
produk, spesifikasi teknik, persaingan harga, serta pengalaman masa lapau
bersama pemasok lainnya.
c. Sistem Akuntansi Pembelian
Sistem akuntansi pembelian digunakan dalam perusahaan untuk
pengadaan barang yang diperlukan oleh perusahaan. Adapun fungsi yang terkait
dalam sistem akuntansi pembelian adalah fungsi gudang, fungsi pembelian, fungsi
penerimaan dan fungsi akuntansi.
1) Fungsi gudang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan
pembelian sesuai dengan posisi persediaan yang ada di gudang dan untuk
menyimpan barang yang diterima oleh fungsi penerimaan.
(26)
Fungsi pembelian memiliki tanggung jawab untuk memperoleh
informasi mengenai harga barang, menentukan pemasok yang dipilih
dalam mengadakan barang, dan mengeluarkan order pembelian kepada
pemasok yang dipilih.
3) Fungsi penerimaan
Fungsi penerimaan bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan
terhadap jenis, mutu dan kualitas. Barang yang diterima dari pemasok
guna menentukan dapat atau tidaknya barang tersebut diterima oleh
perusahaan. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk menerima barang
dari pemebelian yang berasal dari transaksi retur penjualan.
4) Fungsi akuntansi
fungsi akuntansi yang terkait dalam transaksi pembelian adalah fungsi
pencatatan utang dan persediaan. Dalam sistem akuntansi pembelian,
fungsi pencatatan utang bertanggung jawab untuk mencatat transaksi
pembelian kedalam register bukti kas keluar dan untuk menyelenggarakan
arsip dokumen sumber (bukti kas keluar) yang berfungsi sebagai catatan
utang atau penyelenggaraan kartu utang sebagai buku pembantu utang.
Adapun jaringan prosedur yang membentuk sistem akuntansi pembelian,
diuraikan sebagai berikut :
1) fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian ke fungsi pembelian,
(27)
3) fungsi pembelian menerima penawaran harga dari berbagai pemasok dan
melakukan pemilihan pemasok,
4) fungsi pembelian membuat order pembelian kepada pemasok yang dipilih,
5) fungsi penerimaan memeriksa dan menerima barang yang dikirim oleh
pemasok,
6) fungsi penerimaan menyerahkan barang yang diterima kepada fungsi
gudang untuk disimpan,
7) fungsi penerimaan melaporkan penerimaan barang kepada fungsi
akuntansi,
8) fungsi akuntansi menerima faktur tagihan dari pemasok dan atas dasar
faktur dari pemasok tersebut, fungsi akuntansi mencatat kewajiban yang
timbul dari transaksi pembelian.
Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi pembelian adalah :
1) surat permintaan pembelian,
2) surat permintaan penawaran harga,
3) surat order pembelian,
4) laporan penerimaan barang,
5) surat perubahan order,
6) bukti kas keluar.
d. Pengendalian Internal Atas Pembelian
Dalam sistem pembelian terdiri dari dua hal penting, yaitu pengendalian
(28)
pengendalian internal menurut Arens dan Loebbecke (2000;295) terdiri dari
pemisahan tugas yang cukup, otorisasi transaksi dan aktivitas yang tepat,
dokumen dan catatn khusus, pengendalian fisik terhadap aset-aset dan
catatan-catatan, serta tanda-tanda independen dalam pelaksanaan.
1) Pemisahan tugas yang cukup
Bertujuan untuk mencegah kecurangan dan kesalahan yang mampu, arti khusus bagi auditor, meliputi : pemisahan antara pemeliharaan asset dengan akuntansi untuk melindungi perusahaan terhadap tindakan pencurian. Pemisahan antara otorisasi transaksi dengan pemeliharaan yang berhubungan dengan asset untuk mencegah kemungkinan tindakan pencurian dalam organisasi, pemisahan antara tanggung jawab operasi dengan tanggung jawab catatan penyimpanan untuk memastikan informasi yang tidak memihak, serta pemisahan antara tugas teknologi informasi dengan tugas pengguna utama diluar teknologi informasi untuk mengganti kemungkinan tugas ini sangat beruntung pada ukuran organisasi.
2) Otorisasi transaksi dan aktivitas yang tepat
Meliputi otorisasi umum dan otorisasi khusus. Otorisasi umum berarti bahwa manajemen menetapkan kebijakan organisasi untuk dipatuhi, sedangkan otorisasi khusus digunakan untuk transaksi individual. 3) Dokumen dan catatan khusus
Dokumen dan catatan khusus merupakan objek fisik dimana transaksi dimasukkan dan diikhtisarkan, yang meliputi: faktur penjualan (sales invoice), pesanan dan pembelian (purchase order), catatan tambahan (subsidiary records), jurnal-jurnal penjualan (sales journals), dan kartu-kartu waktu karyawan (employee time cards). Dokumen ini harus memberikan jaminan yang cukup bahwa seluruh aset telah di control dengan tepat dan seluruh transaksi telah dicatat dengan benar, dan sebaiknya diberi nomor berurutan untuk memudahkan pengendalian terhadap dokumen yang hilang dan sebagai suatu bantuan dalam menemukan dokumen ketika diperlukan kemudian hari. 4) Pengendalian fisik terhadap aset-aset dan catatan-catatan
Tipe terpenting dari tindakan pencegahan untuk usaha melindungi aset-aset dan catatan-catatan adalah dengan menggunakan tindakan pencegahan secara fisik, karena jika aset-aset tidak dilindungi, maka catatan-catatan tersebut akan dapat dicuri, rusak atau hilang.
5) Tanda-tanda independen dalam pelaksanaan
Karakteritik utama dari orang-orang yang melaksanakan prosedur verifikasi internal adalah independen dari individu-individu yang pada umumnya bertanggung jawab untuk mempersiapkan data, yang berarti adalah pemisahan tugas.
(29)
4. Pemeriksaan Operasional Atas Sistem Pembelian Untuk Meningkatkan Efisiensi Dan Efektivitas Perusahaan
Menurut IBK. Bayangkara dalam bukunya Audit Manajemen (2008:13)
“efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya,
sehingga dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki”.
Pengertian efektivitas menurut IBK. Bayangkara (2008:14) “efektivitas
dipahami sebagai tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai
tujuannya”.
Efektivitas operasi merupakan kegiatan pokok yang penting di dalam suatu
perusahaan, karena dari kegiatan itu sasarannya adalah penghematan (waktu,
tenaga dan biaya) dan pencapaian tujuan perusahaan. Dalam suatu organisasi
yang menerapkan pencapaian tingkat efisiensi yang tinggi, mungkin akan
terhambat dalam hal pencapaian efektivitas atau sebaliknya. Jadi efisiensi dapat
menjadi pelengkap tetapi juga dapat bertentangan dengan efektivitas. Oleh karena
itu diperlukan suatu upaya untuk mengendalikan tingkat efektivitas dalam
pelaksanaannya. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan adanya suatu
pemeriksaan operasional atas suatu kegiatan guna mengetahui tercapai atau
tidaknya efektivitas yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya.
Peranan pemeriksaan operasional atas sistem pembelian dalam
(30)
seluruh aspek dan kegiatan yang bersangkutan dengan pembelian. Tujuan
dilakukannya pemeriksaan operasional atas kegiatan pembelian adalah :
a. menilai pelaksanaan kegiatan pembelian,
b. mencari alternatif dalam usaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelian,
c. memberikan saran perbaikan atas berbagai kelemahan yang ditemukan.
Dalam melakukan penilaian kegiatan pembelian, auditor harus berpegang
pada prinsip bahwa prosedur yang ditetapkan dalam pemeriksaan telah
mengandung pokok-pokok pengendalian yang cukup, sehingga dapat mengurangi
risiko ketidakefisienan dan ketidakefektifan hingga pada tingkat terendah, akan
tetapi auditor harus menyadari bahwa pengendalian yang berlebihan akan
mengakibatkan kegiatan menjadi kurang efisien dan kurang efektif.
Dengan adanya analisa dan pengujian atas aktivitas pembelian, maka
auditor dapat memberikan rekomendasi atau saran-saran bagi perusahaan untuk
mempertahankan prestasi atau menanggulangi kelemahan yang ada dalam upaya
mencapai efektivitas pembelian. Dari rekomendasi atau saran-saran yang
diberikan oleh auditor, perusahaan dapat segera mengambil tindakan untuk
menanggulangi kelemahan dan meningkatkan prestasinya melalui
alternatif-alternatif yang direkomendasikan berdasarkan penilaian kegiatan dan analisa
(31)
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Tahun Penelitian
Hasil Penelitian
1 Melisa Regina 2007
Audit operasional dapat menunjang efektivitas pengendalian internal pembelian.
2 Hanik Silfiah 2008
Prosedur pembelian yang diterapkan oleh PT. Megah Utama Tbk, Gresik telah berjalan dengan efektif dan efisien.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian penulis terletak pada
masalah yang diteliti penulis. Pada penelitian terdahulu masalah yang diteliti
penulis bertujuan :
1. untuk mengetahui apakah pelaksanaan audit operasional berperan dalam
menunjang efektivitas pengendalian internal pembelian,
2. untuk mengetahui apakah prosedur pembelian telah berjalan secara efektif
dan efisien.
Adapun masalah yang diteliti oleh penulis, adalah untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan sistem manajemen pembelian dan mengetahui bagaimana
pelaksanaan pemeriksaan operasional atas kegiatan pembelian agar dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada PT.PP London Sumatra Indonesia,
(32)
Perbedaan lainnya terletak pada metode penelitian, dimana metode
penelitian yang digunakan penulis adalah analisis deskriptif kualitatif dengan
tambahan kuesioner yang digunakan untuk memperkuat hasil analisisnya.
C. Kerangka Konseptual
Berkembangnya suatu perusahaan diikuti dengan kompleksnya aktivitas
yang dijalankan, hal ini menuntut pelaksanaan aktivitas yang efektif untuk
mendukung pencapaian tujuan yang ditetapkan terutama di bidang pembelian,
sedangkan untuk mengetahui perbandingan sampai sejauh mana tujuan yang
ditetapkan tersebut tercapai dibandingkan dengan kondisi yang ada, perlu
dilakukan pemeriksaan operasional.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
EFEKTIF DAN EFISIEN
PEMERIKSAAN OPERASIONAL
SISTEM PEMBELIAN
PENGENDALIAN INTERNAL
(33)
Aktivitas yang efektif memerlukan pengendalian internal yang baik, yang mana
dilakukan oleh sistem manajemen pembelian yang sesuai dengan tugas-tugasnya
dan berpedoman kepada kebijakan perusahaan agar mendapatkan hasil yang
memuaskan.
Proses pemeriksaan operasional adalah evaluasi atas pelaksanaan berbagai
kegiatan operasional perusahaan khususnya aktivitas pembelian dalam
perusahaan. Hasil evaluasi ini berupa efektivitas yang telah dicapai perusahaan.
Sasarannya adalah membantu manajemen dalam meningkatkan kinerja yang
terdiri dari efektivitas. Sasaran ini diwujudkan dalam bentuk rekomendasi yang
bersifat konstruktif. Temuan dari hasil pemeriksaan operasional harus disertai
rekomendasi kepada manajemen dan adanya tindak lanjut oleh perusahaan,
(34)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian
Lokasi objek penelitian dalam penyususan skripsi ini adalah PT.PP
London Sumatra Indonesia, Tbk Medan.
B. Jenis Penelitian
Metode analisa pengujian ini bersifat deskriptif analisis. Data yang
dikumpulkan adalah data kualitatif. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian
yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan pemeriksaan operasional atas
sistem pembelian yang dilakukan oleh internal auditor dalam meningkatkan
efisiensi dan efektivitas.
Analisis juga dilakukan dengan membuat kuesioner untuk memperkuat
hasil analisa, penulis memilih responden yang sesuai dengan perumusan masalah
yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun responden yang dimaksud antara lain
responden untuk variabel independen dan responden untuk variabel dependen.
1. Responden untuk variable independen yaitu Internal Auditor, Manajer
Unit Pembelian dan Staff Bagian Pembelian,
2. Responden untuk variable dependen yaitu Manajer Unit Pembelian,
Bagian Pembelian dan Bagian Gudang.
(35)
Jenisa data ditetapkan untuk menghindari penelitian menyimpang dari
tujuan, serta dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan Adapun data yang
digunakan adalah data primer dan data sekunder.
1. Data primer, merupakan data yang secara langsung diperoleh dari
perusahaan, baik melalui teknik wawancara maupun observasi yang
kemudian akan diolah lebih lanjut oleh penulis.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan sebagai objek
penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi di perusahaan.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpilan data dilakukan untuk mendapatakan data dan bahan yang
sesuai dengan yang diperlukan dalam penulisan. Prosedur ini dilakukan untuk
mempermudah penulis memperoleh data yang diperlukan. Prosedur pengumpulan
data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu teknik observasi, teknik wawancara,
kuesioner dan studi dokumentasi.
1. Teknik observasi, yaitu dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap
objek penelitian. Objek yang diteliti adalah dokumen-dokumen
pemeriksaan operasional atas fungsi pembelian perusahaan. Data yang
dihasilkan dari observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata
mengenai pelaksanaan pemeriksaan operasional dan dapat juga dijadikan
(36)
2. Teknik wawancara, yaitu melakukan Tanya jawab dan diskusi secara
langsung dengan beberapa pihak yang berkompeten dan berwenang dalam
memberikan data yang dibutuhkan.
3. Kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang disiapkan oleh penulis berupa
formulir yang diajukan secara tertulis kepada para pejabat yang berwenang
yang terkait dengan masalah yang diteliti.
4. Studi dokumentasi, yaitu melakukan pencatatan dan pengkopian atas
data-data sekunder untuk mendapatkan data-data yang mendukung penelitian ini.
Penelitian ini akan menjadi landasan teoritis bagi pelaksanaan analisis
yang akan dilakukan.
E. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan analisis
deskriptif kualitatif dan analisis statistik.
1. Analisis deskriptif kualitatif
Penulis melakukan analisis mengenai informasi-informasi dan data yang
berhasil diperoleh baik yang dilakukan dengan wawancara maupun
observasi.
2. Analisis statistik
Skala pengukuran yang digunakan dalam pengujian “Pemeriksaan
Operasional” adalah ordinal dengan instrument survey berupa kuesioner,
wawancara dan observasi. Skala pengukuran “Efektivitas Pembelian”
(37)
kuesioner diolah dengan menggunakan rumus dimana hasil akhirnya
dalam bentuk skor. Skor tersebut diklasifikasi sesuai kriteria yang telah
ditentukan. Dibawah ini adalah tabel yang menguraikan indikator dan
skala pengukuran yang digunakan dalam pembuatan kuesioner.
Tabel 3.1 Indikator dan Skala Pengukuran
Indikator Sub Indikator Skala Instrumen Pemeriksaan Operasional 1. Kualifikasi auditor
operasional
Ordinal Kuesioner
2. Pelaksanaan
Pemeriksaan
Operasional
Ordinal Kuesioner
Efektivitas Pembelian 1. menilai prosedur Ordinal Kuesioner
2. verifikasi dan
analisis data
Ordinal Kuesioner
3. verifikasi
kelayakan
Ordinal Kuesioner
4. fungsi
perlindungan
Ordinal Kuesiner
F. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal penelitian adalah sebagai berikut :
(38)
Tahapan Penelitian Juni Juli Agust Sept Okt Nov Pengajuan Proposal Skripsi x
Bimbingan proposal Skripsi x
Seminar Proposal Skripsi x
Bimbingan dan Penulisan Skripsi x x x
Penyelesaian Skripsi x
(39)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Singkat Perusahaan
Sejalan dengan perkembangan sejarah perjuangan bangsa, baik masa
penjajahan Belanda, Jepang sampai amsa kemerdekaan dan pembangunan saat ini.
Perusahaan perkebunan di Indonesia khususnya di Sumatera Utara yang dikenal
dengan daerah perkebunannya mengalami banyak perkembangan. Berbagai
perusahaan perkebunan mengambil kesempatan untuk memanfaatkan sumber
daya alam yang ada.
Kesempatan ini diambil oleh Harrison dan Crossfield, sejak tahun 1884 di
London dan beroperasi di Indonesia pada tahun 1906. Pada mulanya perusahaan
ini bekas hak Concessie berdasrkan perjanjian antara Zelfbestuurdeli dengan
beberapa perusahaan Rubber Compeny Ltd, yang disahkan residen Sumatera
Timur dalam rangka konversi undang-undang pokok agraria (Undang-Undang
No.5 tahun 1960) hak Concessie tersebut dikonversikan menjadi hak guna usaha
sebagai mana ditegaskan dalam surat menteri agrarian tanggal 1 Maret 1962 No.
Ka. 13/ 7/ 1.
Pada tahun 1962 – 1963 perusahaan ini memperluas bidang usahanya
dengan mengadakan penggabungan antara perusahaan perkebunan Inggris yang
(40)
terbentuklah PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia (LONSUM)
Tbk Medan.
PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia (LONSUM) Tbk
Medan, didirikan dengan akte pendirian No. 93 tanggal 18 Desember 1962
dihadapan notaries Raden Kardiman di Jakarta dan kemudian timbul pergolakan
akibat adanya perubahan situasi antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah
Inggris. Pemerintah Indonesia berniat mengambil alih pengurusan dan
menyerahkan kepada bangsa Indonesia. Pengambil alihan ini segera dilaksanakan
pada tanggal 22 Januari 1964 yang pengurusannya berada dalam penguasaan dan
pengawasan perkebunan Asing Republik Indonesia (BPPARI) dan perkebunan ini
diganti namanya menjadi PT. PP Dwikora I dan II.
Kemudian berdasarkan ketetapan Presiden No. 6 Tahun 1967, diadakan
suatu perjanjian antara Republik Indonesia dengan Horrison dan Crossfield dan
anak perusahaannya. Persetujuan ini berlaku mulai tanggal 20 Maret 1968.
Maksud dan tujuan dari persetujuan ini adalah :
1) pengembangan hak milik penguasaan dan pengusahan dari pemerintah
Republik Indonesia kepada Horrison dan Crossfield terhadap
perkebunan yang pernah dikelola,
2) melakukan kerjasama untuk kepentingan bersama dalam hal
perkebunan karet dan kelapa sawit dan proyek pertanian lainnya serta
proyek-proyek pangan yang mungkin dilaksanakan oleh perusahaan.
(41)
1) instruksi Presiden Kabinet No.28/ U/ 1996tertanggal 12 Desember 1996
dan semua peraturan lain yang bertalian dengan
pengembangan-pengembangan perusahaan asing di Indonesia,
2) undang-undang No. 1Tahun 1967 mengenai penanaman modal asing di
Indonesia.
Dengan adanya perjanjian ini maka kepemilikan dan penguasaan
perusahaan tersebut oleh pemerintah Republik Indonesia dikembalikan kepada
pemiliknya semula, yaitu Horrison dan Crossfield, pada tanggal 1 April 1968 dan
diganti namanya menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia (LONSUM), Tbk
Medan, dalam perjanjian itu disebutkan tentang hak-hak eksploitas termasuk
menguasai dan menjual hasil produksi dan hak untuk menanam semua jenis
tanaman.
Pada tanggal 21 November 1991, PT. PP London Sumatra Indonesia
(LONSUM), Tbk Medan, melakukan merger dengan beberapa perusahaan
dibawah ini :
1) PT. Nagodag Plantation Company,
2) PT. Sibulan Plantation Company,
3) PT. Perusahaan Perkebunan Bajoe Kidoel,
4) PT. Perusahaan Perkebunan Sulawesi.
Perusahaan ini menggabungkan namanya menjadi PT. PP London Sumatra
Indonesia (LONSUM), TBk Medan.
Status PT. PP London Sumatra Indonesia (LONSUM), Tbk Medan adalah
(42)
Koordinasi Penanaman Modal tanggal 12 November 1991 No. 794/ III/ PMA/
1991. Pada Juli 1994, kepemilikan saham PT. Perusahaan Perkebunan London
Sumatra Indonesia (LONSUM), Tbk Medan, sepenuhnya diambil alih oleh Pan
London Sumatra Plantation dengan komposisi saham 100%. Dikarenakan krisis
menoter yang melanda Indonesia menyebabkan komposisi saham mengalami
beberapa kali perubahan.
Pada tahun 1998, kepemilikan saham PT. Perusahaan Perkebunan London
Sumatra Indonesia (LONSUM), Tbk Medan, adalah Pan London Sumatra
Plantation dengan komposisi saham sebesar 47,23%, Comerzbank (SEA) Ltd
Singapura sebesar 5,83% dan sisanya sebesar 46,94% dimiliki oleh masyarakat.
Sejak tahun 1996, perusahaan ini menjadi perusahaan yang go public. Dengan
demikian, PT. PP London Sumatra Indonesia (LONSUM), Tbk Medan telah
memperpanjang hak guna uasaha yaitu terhitung tanggal 1 Januari 2004.
PT. PP London Sumatra Indonesia (LONSUM), Tbk Medan, adalah
perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan hasi produk
dari bahan mentah menjadi bahan baku. Usaha utama perusahaan ini meliputi
penanaman, pemeliharaan, pengelolaan dan penjualan hasil produksi. Perusahaan
ini mempunyai perkebunan yang tersebar di wilayah Republik Indonesia yaitu
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa, Sulawesi dan Kalimantan. Khusus
wilayah kabupaten Dati – II Deli Serdang terdapat empat perkbunan yang terletak
di kecamatan Galang, Tanjung Morawa, Sei Rampah dan Tebing Tinggi, dan total
(43)
PT. PP London Sumatra Indonesia (LONSUM), Tbk Medan, menanam
berbagai jenis tanaman meliputi kelapa sawit, karet dan coklat yang lokasi
perkebunannya mayoritas berada di Sumatera Utara. Tanaman teh dan kopi
berada di daerah Jawa yaitu Jember dan Surabaya. Perkebunan-perkebunan yang
lain terletak di Ujung Pandang, Palembang, Jakarta, Samarinda dan Kertasari
(Bandung).
Selain perkebunan perusahaan ini juga mempunyai beberapa pabrik
pengolahan yang berlokasi didalam areal kebun untuk mengolah semua produk
yang dihasilkan kebun-kebun milik sendiri. Hal ini bertujuan untuk mencapai
efisiensi kerja serta mempermudah pengolahan dan menghemat biaya khususnya
biaya pengangkutan.
b. Struktur Organisasi Perusahaan
Dalam menjalankan fungsi-fungsi dan tugas masing-masing serta
memperlancar aktivitas arus kerja perusahaan. Maka diperlukan struktur
organisasi yang jelas dalam menggambarkan departemen-departemen yang dapat
membantu pimpinan dalam mencapai suatu tujuan serta dapat mengetahui posisi,
tugas dan wewenang setiap departemen-departemen tersebut.
Bentuk struktur organisasi pada PT. PP LONSUM, Tbk Medan adalah
struktur organisasi garis atau line organization yang menggambarkan pembagian
tugas, fungsi, tanggung jawab serta wewenang didalam perusahaan secara
vertikal, serta menghubungkan antar departemen secara horizontal. Berikut ini
(44)
yang terdapat dalam perusahaan PT. PP LONSUM, Tbk Medan yang diuraikan
dibawah ini.
1) Dewan Komisaris (Board of Commissioner)
Wewenang dan tanggung jawab dari Dewan Komisaris adalah :
a) mengawasi pekerjaan Direksi,
b) berhak memeriksa dokumen, kantor, gedung dan kekayaan
perusahaan,
c) meminta keterangan dari Direksi yang berkenaan dengan
kepentingan Perseroan,
d) berhak memeriksa keuangan perusahaan,
e) berhak atas beban perusahaan serta meminta bantua ahli untuk
melakukan pemeriksaan,
f) berhak untuk meminta Presiden Direktur memanggil para Persero
untuk menyelenggarakan rapat luar biasa,
g) memperpanjang serta memutuskan laporan tahunan dan program
kerja tahunan yang diajukan Presiden Direktur,
h) menyetujui kebijaksanaan Presiden Direktur dalam penggunaan
kekayaan menurut cara pandang yang baik.
2) Presiden Direktur
Wewenang dan tanggung jawab dari Presiden Direktur adalah :
a) membuat kebijaksanaan yang diperlukan dalam pelaksanaan
(45)
b) mengatur strategi agar pelaksanaan operasi perusahaan dapat
berjalan dengan lancar,
c) melaksanakan dan mengendalikan kebijaksanaan keuangan yang
dibuat oleh bagian keuangan termasuk menyetujui anggaran
belanja dan biaya perusahaan.
3) Resident Consultan
Wewenang dan tanggung jawab dari Resident Consultant adalah :
a) melakukan evaluasi terhadap tugas Inspektur,
b) melakukan pengontrolan data perkebunan,
c) bertanggung jawab terhadap kegiatan bidang tanaman,
d) mengevaluasi cara kerja para pegawai dan staf yang meneliti
tanaman,
e) bertindak sebagai public relation perusahaan.
4) Director Research
Wewenang dan tanggung jawab dari Director Research adalah :
a) mengadakan diskusi dan menemani para ahli dari Konsultan
perusahaan selaman kunjungan perusahaan,
b) mengontrol produksi bibit sawit, coklat, karet dan hasil
pemeliharaan bibit unggul.
5) Director Production
(46)
a) bertugas dan bertanggung jawab atas perencanaan, pengaturan
bidang produksi termasuk kelancaran proses produksi baik kualitas
maupun kuantitas,
b) membawahi pekerjaan ya,g dilaksanakan oleh bagian produksi.
6) Director Accounts
Wewenang dan tanggung jawab Director Accounts adalah :
a) merencanakan dan mengawasi keuangan perusahaan dalam hal
pengadaan atau perolehan dana agar tidak terjadi pemborosan atau
penggunaan yang tidak tepat,
b) mengawasi dan mengatur karyawan bagian keuangan,
c) bertanggung jawab terhadap pembukuan karyawan bagian
keuangan,
d) mengendalikan atau mengadakan pengawasan terhadap arus uang
masuk dan uang keluar.
7) Bahlias Research Station (North Sumatera dan South Sumatera)
Wewenang dan tanggung jawab Bahlias Research Station adalah :
a) meneliti dan mengawasi tanaman secara langsung kelapangan,
b) meneliti dan mengadakan percobaan-percobaan bibit, baik untuk
keperluan sendiri maupun untuk dijual.
8) Seed Production Section
Bertugas khusus untuk memproduksi benih seperti kelapa sawit, coklat
dan karet baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual.
(47)
Wewenang dan tanggung jawab dari Tissue Culture adalah :
a) melakukan pengembangan bibit dengan menggunakan kultur
jaringan,
b) melakukan penelitian terhadap bibit-bibit tersebut.
10) Dev. Officer
Bertanggung jawab terhadap lahan yang akan digunakan untuk penanaman
bibit.
11) Inspectorate
Wewenang dan tanggung jawab dari inspectorate adalah :
a) meneliti dan mengawasi tanaman secara langsung kelapangan,
b) mengadakan percobaan-percobaan terhadap tanah, bibit dan
lain-lain baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual.
12) Estate Departement
Wewenang dan tanggung jawab dari Estate Departement adalah :
a) membuat laporan bulanan dan tahunan,
b) memperkirakan pengeluaran tahunan,
c) menunjukkan hasil panen bulanan dan hasil panen tengah bulanan,
d) mengatur peredaran uang tunai,
e) membuat laporan rutin ke pemerintah,
f) membuat perbandingan haraga tiap bulan,
g) mengurus penjualan bibit,
h) mengatur pemakaian modal,
(48)
j) menganalisa daun tanaman.
13) Personal Section
Wewenang dan tanggung jawab dari Personal Section adalah :
a) mendokumentasikan kartu dan berkas staff dan pegawai,
b) melakukan pengangkatan dan pemberhentian staff, pegawai dan
buruh,
c) mengurus acara-acara keagamaan,
d) mengurus biaya perjalanan untuk staff kantor pusat,
e) mempersiapkan dokumen dan ijin yang diperlukan baik untuk
karyawan maupun pihak luar,
f) memeriksan dan mengontrol rekening pengobatan pada
klinik-klinik perusahaan.
14) Public Relation/ Security
Wewenang dan tanggung jawab Public Relation adalah :
a) sebagai utusan perwakilan perusahaan untuk menghadiri baik dari
perusahaan maupun relasi,
b) mewakili perusahaan dalam pameran dan promosi yang diadakan
oleh perusahaan.
15) Commodity Section
Wewenang dan tanggung jawab dari Commodity Section adalah :
a) menerima pesanan konsumen terhadap hasil produksi yaitu kelapa
(49)
b) mengirimkan pesanan konsumen melalui kapal-kapal yang
digunakan untuk mengantar ke negara-negara pengimpor,
c) mengurus seghala administrasi yang diperlukan dan pengeksporan
barang atau penjualan produk seperti biaya distribusi dan
transportasi.
16) Q.T.L (Quality Control and Test Labolatury)
Wewenang dan tanggung jawab dari QTL adalah mengadakan penelitian
dan pemeriksaan di laboratorium terhadap bibit dan hasil produksi.
17) Belawan Godown
Wewenang dan tanggung jawab dari Belawan Godown adalah mengawasi
dan menjaga barang yang akan diekspor pada gudang yang ada di
pelabuhan Belawan.
18) Accounts Administration Section
Wewenang dan tanggung jawab dari Accounts Administration Section
adalah :
a) mempersiapkan permintaan penyediaan dana keuangan,
b) melakukan pembayaran atas semua pembelian yang dilakukan oleh
perusahaan,
c) membuat laporan keuangan mingguan serta bulanan,
d) menyelenggarakan kas kecil untuk kebutuhan kantor pusat,
(50)
f) melaksanakan pembayaran dengan memindahkan dana melalui
bank atas permintaan uang yang dibutuhkan oleh kebun atau kantor
cabang,
g) mengurus asuransi alat-alat, mesin, mobil serta barang-barang
komoditi yang diangkat dari kebun ke pelabuhan Belawan.
19) Data Collection Section (DCS)
Wewenang dan tanggung jawab Data collection Section adalah :
a) mengumpulkan jurnal-jurnal pembukuan di seluruh kebun,
b) mengelompokkan pos-pos pembukuan/ jurnal dan penomoran,
c) memeriksa kebenaran transaksi dari kebun.
20) Data Validation Section (DVS)
Wewenang dan tanggung jawab dari Data Validation Section adalah :
a) menyusun dan memasukkan data keuangan kedalam komputer,
b) menyusun laporan keuangan bulanan, semester dan akhir bulan.
21) Information System
Wewenang dan tanggung jawab dari Information System adalah :
a) mengeluarkan hasil-hasil accounting yang diproses komputer,
b) memprogram sistem komputer yang terbaru untuk seluruh bagian
dalam perusahaan.
22) Internal Audit
Wewenang dan tanggung jawab dari Internal Audit adalah memeriksan
penyelewengan yang terjadi terhadap aktivitas akuntansi di seluruh
(51)
23) Taxation
Wewenang dantanggung jawab dari Taxation adalah :
a) mempersiapkan serta menghitung besarnya pajak yang ditanggung
oleh perusahaan seperti pajak penghasilan (PPh) dan pajak
pertambahan nilai (PPN) serta pajak yang ditanggung karyawan
dan tenaga kerja,
b) menyiapkan dan mengajukan karyawan memasuki ASTEK,
c) mengurus JAMSOSTEK staff dan karyawan.
24) Head of Sales
Wewenang dan tanggung jawab dari Head of Sales adalah :
a) bertanggung jawab terhadap Managing Director Sales,
b) memimpin dan mengelola seluruh kegiatan penjualan, mulai dari
pembuatan strategi penjualan hingga ke pelaksanaan,
c) memastikan penyampaian komoditi tepat waktu dan terkumpulnya
pendapatan dari hasil penjualan,
d) membawahi Sales Manager, Fulfillment Manager dan Sales Admin
Manager.
25) Head Special Project & Joint Ventures
Wewenang dan tanggung jawab dari Head Special Project & Joint
Ventures adalah :
a) bertanggung jawab kepada Managing Director Finance,
b) memimpin dan mengelola tugas-tugas dalam Special Project &
(52)
26) Head of Tresury
Wewenang dan tanggung jawab dari Head of Tresury adalah :
a) bertanggung jawab kepada Managing Director finance,
b) memimpin dan mengelola dana (penerimaan, penempatan dan
pengeluaran) perusahaan sehingga kegiatan pendanaan operasional
perusahaan terselenggara dengan baik,
c) membawahi Financial Intitution Relation Manager, Cash
Management & Payment Manager, Pension Fund Supervisor dan Plasma Financing & Admin Manager.
27) Head of Financial Control
Wewenang dan tanggung jawab dari Head of financial Control adalah :
a) bertanggung jawab kepada Managing Director Finance,
b) memimpin, mengelola dan mengkoordinasi perencanaan anggaran
(modal, biaya dan pendapatan),
c) mengontrol aktifitas yang berhubungan dengan keuangan
perusahaan agar selalu berjalan sesuai dengan kebijakan
perusahaan,
d) membawahi semua Regional Finance Manager, Budgeting &
Frocesting Manager. 28) Head of General service
Wewenang dan tanggung jawab dari Head of General service adalah :
(53)
b) memimpin, mengelola dan mengkoordinasi keseluruhan aktifitas
yang berhubungan dengan layanan umum, kesehatan dan
keamanan kerja,
c) menyediakan sarana pendukung untuk menunjang kelancaran
operasional perusahaan,
d) membawahi Support Facillities Manager Healt & Safety Manager
dan GS Administratin Staff.
29) Head of Procurement & Logistic
Wewenang dan tanggung Jawab dari Head of Procurement & Logistic
adalah :
a) bertanggung jawab kepada Managing Director finance,
b) memimpin, mengadakan dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan
pengadan, penyimpanan dan distribusi barang agar dapat
mendukung kegiatan bisnis perusahaan secara operasional,
c) membawahi Logistic & Procurement Admin Manager, Estate &
Planting,
d) membawahi Logistic & Admin Manager, Procurement Manager,
Direc Material & General Supplies Procurement Manager, Infrastructur & Non Planting Procurement Manager dan Logistic Center Manager.
(54)
2. Sistem Manajemen Pembelian
Pembelian merupakan kegiatan yang menyeluruh dan terfokus pada
pengadaan material dan jasa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.
Bagian pembelian berfungsi dalam menentukan kebutuhan memilih pemasok,
kedatangan sesuai waktu, harga, bentuk dan kondisi yang layak, menerbitkan
kontrak atau order dan memastikan pengiriman. Sistem manajemen dalam
aktivitas pembelian mempunyai tugas yang penting dan bertanggung jawab
penuh dalam melakukan pembelian material yang dibutuhkan, sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai.
Dalam menjalankan aktivitas pembelian, PT.PP London Sumatra
Indonesia,Tbk Medan menerapkan beberapa kebijakan pembelian yang harus
dipatuhi. Kebijakan dalam hal ini adalah peraturan atau seperangkat aturan yang
menuntun dan mengarahkan tindakan-tindakan dalam aktivitas pembelian yang
dilakukan oleh perusahaan. Adapun kebijakan pembelian yang dilakukan oleh
perusahaan yaitu :
a. aktivitas pembelian harus disertai dokumen-dokumen pendukung yang
lengkap antara lain surat permintaan pembelian, surat permintaan
penawaran harga, surat order pembelian, dokumen penerimaan barang
dan bukti kas keluar,
b. setiap dokumen yang berkaitan dengan dokumen pembelian harus
diotorisasi oleh pihak-pihak yang terkait dalam sistem dan prosedur
(55)
c. pemilihan pemasok terbaik harus melalui sistem tender,
d. pemilihan pemasok dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 2
(dua) minggu setelah surat permintaan penawaran harga diterbitkan.
Penerapan kebijakan oleh perusahaan dalam pelaksananaan pembelian
dapat membantu tugas bagian pembelian dalam melakukan kegiatan pembelian.
Adapun bagian yang terkait dengan kegiatan pembelian material yang dilakukan
oleh PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk adalah bagian gudang, bagian
pembelian, bagian penerimaan dan bagian akuntansi dengan uraian prosedur
pembelian material yang dilakukan dibawah ini.
a. Pengajuan purchase requisition (PR) oleh kebun / gudang dengan
persetujuan manager kebun / process enginer yang bersangkutan kepada
bagian Procurement departemen Medan.
b. Procurement memeriksa dan melakukan proses pembelian material
melalui cara tender tertutup kepada beberapa pemasok (supplier) hingga
pelaksanaan tender tersebut terlaksana.
c. Procurement department akan menerbitkan purchase order (PO) sebanyak
4 (empat) rangkap, yang terdiri dari :
1) pihak supplier,
2) pihak kebun / gudang,
3) keuangan / Account (ADM) Section,
(56)
d. Pihak supplier melaksanakan pengiriman material ke kebun / gudang
sesuai dengan purchase order (PO) yang diterima.
e. Pihak kebun / gudang yang membutuhkan material akan menerima
material tersebut sesuai dengan spesifikasi yang telah tercantum didalam
purchase requisition (PR) dan purchase order (PO) yang mereka terima, kemudian dilakukan pencatatan didalam buku krani gudang guna
mencocokkan spesifikasi barang tersebut ditandai dengan passed oleh
kepala tata usaha (KTU) dan approve oleh manager. Pihak kebun /
gudang yang menerima material tersebut akan menerbitkan Goods Service
and Received Notes (GSRN) sebanyak 3 (tiga) rangkap : 1) pihak procurement department,
2) pihak account (ADM) section,
3) file.
f. Pihak supplier mengeluarkan bukti Surat Penerimaan Barang (SPB),
sebagai bukti bahwa barang sudah diterima oleh kebun /gudang.
g. Pihak supplier mengajukan permintaan pembayaran kepada Account
(ADM) section dengan melampirkan :
1) surat tanda terima barang dari supplier,
2) surat tagihan pembayaran,
3) kwitansi pembayaran,
4) faktur pajak.
h. Pihak Account (ADM) section akan memeriksa kecocokan jumlah unit
(57)
Procurement department dengan Goods service and Received Notes (GSRN) asli dari kebun / gudang serta akan melampirkannya dengan
dokumen tagihan pada bagian no. G.
i. Setelah semuanya lengkap dan sesuai dengan dokumen maka pembuatan
voucher dilakukan untuk pembayaran.
Adapun informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan sistem manajemen
pembelian :
a. jenis persediaan yang telah mencapai titik pemesanan kembali (reorder
point),
b. order pembelian yang telah dikirim kepada pemasok,
c. order pembelian yang telah dipenuhi oleh pemasok,
d. total saldo utang dagang pada tanggal tertentu,
e. saldo utang dagang kepada pemasok tertentu,
f. tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan pembelian.
Dokumen yang digunakan adalah purchase requisition, surat permintaan
penawaran harga, purchase order, laporan penerimaan barang, surat perubahan
order pembelian, dan bukti kas keluar.
a. Surat permintaan pembelian (Purchase Requisition)
dibuat 2 lembar untuk setiap kali pemesanan. Satu lembar untuk fungsi
pembelian dan tembusan arsip fungsi yang meminta barang.
(58)
Dokumen ini digunakan untuk meminta penawaran harga bagi barang
yang pengadaannya bersifat berulangkali terjadi, yang menyangkut jumlah
rupiah pembelian yang besar.
c. Surat order pembelian (Purchase Order)
Dokumen ini terdiri dari 7 tembusan, yaitu:
1) surat order pembelian, merupakan lembar pertama surat order
pembelian yang dikirim kepada pemasok sebagai order resmi yang
dikeluarkan oleh perusahaan,
2) tembusan pengakuan oleh pemasok, tembusan surat order pembelian
ini dikirimkan kepada pemasok, dimintakan tanda tangan dari pemasok
tersebut dan dikirim kembali ke perusahaan sebagai bukti telah
diterima dan disetujui order pembelian serta kesanggupan pemasok
memenuhi janji pengiriman barang seperti tersebut dalam dokumen,
3) tembusan bagi unit peminta barang, tembusan ini dikirimkan kepada
fungsi yang meminta pembelian bahwa barang yang dimintanya telah
dipesan,
4) arsip tanggal penerimaan, tembusan ini disimpan oleh fungsi
pembelian menurut tanggal penerimaan barang yang diharapkan,
5) arsip pemasok, tembusan ini disimpan oleh fungsi pembelian menurut
nama pemasok, sebagai dasar untuk mencari informasi mengenai
pemasok,
6) tembusan fungsi penerimaan, tembusan ini dikirim ke fungsi
(59)
spesifikasi, mutu, kuantitas dan pemasoknya seperti yang tercantum
dalam dokumen tersebut,
7) tembusan fungsi akuntansi, tembusan surat order pembelian ini dikirim
ke fungsi akuntansi sebagai salah satu dasar untuk mencatat kewajiban
yang timbul dari transaksi pembelian.
d. Laporan penerimaan barang
Dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan untuk menunjukkan bahwa
barang yang diterima dari pemasok telah memenuhi jenis, spesifikasi,
mutu dan kuantitas seperti yang tercantum dalam surat order pembelian.
e. Surat perubahan order pembelian.
f. Bukti kas keluar, dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar
pencatatan transaksi pembelian dan berfungsi sebagai perintah
pengeluaran kas untuk pembayaran utang kepada pemasok dan sebagai
surat pemberitahuan kepada kreditur mengenai maksud pembayaran.
Catatan akuntansi yang digunakan, yaitu:
1) register bukti kas keluar (Voucher Register),
2) jurnal pembelian,
3) kartu utang,
4) kartu persediaan.
3. Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional Atas Kegiatan Pembelian
Pemeriksaan operasional atas sistem pembelian yang dilakukan terhadap
(60)
pemeriksaan yang bertujuan memeriksa efisiensi dan efektivitas kegiatan
pembelian, dengan menilai cara-cara pengelolaan yang diterapkan dalam aktivitas
tersebut. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pemeriksaan
operasional yaitu pemeriksaan pendahuluan, review dan pengujian pengendalian
manajemen, pemeriksaan lanjutan, pelaporan, dan tindak lanjut.
a. Pemeriksaan Pendahuluan
Pada tahap pemeriksaan pendahuluan ini memungkinkan pelaksanaan
pemeriksaan memiliki arah yang jelas. Pada tahap ini auditor dapat mengetahui
keadaan perusahaan secara umum. Mengidentifikasi berbagai peristiwa yang
dianggap penting dalam kegiatan operasional perusahaan dan juga menentukan
hal-hal yang memerlukan penelaahan lebih lanjut.
Dari pemeriksaan pendahuluan, ditemukan beberapa informasi umum
penting yang berkaitan dengan objek pemeriksaan sebagai berikut :
1) PT.PP London Sumatra Indonesia, Tbk Medan merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan sebagai
penghasil komoditi kelapa sawit, coklat, teh, karet dan kopi.
Kemudian hasil nya dapat langsung dijual dan diolah sendiri oleh
pabrik pengolahan yang berlokasi didalam areal kebun untuk
mengolah semua produk yang dihasilkan kebun-kebun milik sendiri,
2) proses produksinya disesuaikan dengan rencana penjualan, dan
aktivitas pengadaan materialnya diselaraskan dengan rencana
produksi sesuai dengan jadwal, kualitas dan kuantitas yang
(61)
3) fungsi pembelian bertanggung jawab dalam menjamin
kesinambungan suplai bahan mentah, bahan baku dan bahan lain
yang diperlukan sehingga proses produksi berlangsung dengan lancar
dalam arti terpenuhi jadwal dan volume produksi,
4) aktivitas pembelian dilakukan secara bersaing atas dasar nilai yang
ditentukan tidak hanya pada harga yang tepat tetapi juga pada waktu
yang tepat serta jumlah dan mutu yang tepat pula,
5) pengendalian aktivitas pembelian dimulai dari diterimanya purchase
requisition, pemilihan pemasok, penerimaaan material hingga penyimpanannya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pendahuluan ini, kemudian dirumuskan
tujuan pemeriksaan sementara sebagai berikut :
1) keterlambatan proses produksi terjadi karena keterlambatan
pengadaan barang,
2) pemrosesan kegiatan operasional perusahaan bersifat semi komputer.
Kemudian dilakukan pengembangan kriteria awal, yang berhasil
merumuskan kriteria sebagai berikut:
1) pembelian harus disesuaikan dengan purchase requisition dari pihak
yang membutuhkan menyangkut jadwal yang dibutuhkan, kualitas
dan kuantitasnya,
2) pembelian harus dikoordinasikan dengan pengendalian persediaan
(62)
3) penentuan tingkat persediaan minimum harus mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya:
a) keterlambatan pasokan bahan baku,
b) pengembalian barang,
c) perubahan permintaan yang terjadi,
4) jaminan transportasi untuk efektivitas pengiriman bahan sampai
ketujuan,
5) pemilihan pemasok terbaik, kemudian penegasan kembali komitmen
dengan pemasok.
b. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen
Dari hasil review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen
perusahaan diperoleh informasi sebagai berikut :
1) prosedur permintaan akan barang, bahan atau jasa tertentu telah
dirumuskan secara tertulis,
2) pembelian terselenggara dengan orientasi yang paling
menguntungkan bagi perusahaan,
3) para (calon) pemasok memenuhi persyaratan penawaran,
4) prosedur penentuan pemasok terpilih dan pertimbangannya,
5) kebijakan yang jelas dan tegas mengenai penerimaan hadiah, tanda
mata dari pemasok,
6) pengambilan keputusan terakhir tentang melakukan transaksi atau
(63)
7) ketentuan tentang penggunaan formulir permintaan dan pejabat yang
berwenang menandatanganinya,
8) penentuan batas pemesanan kembali berdasarkan tingkat persediaan
minimum,
9) kurangnya koordinasi antara bagian pembelian dengan gudang
mengenai jumlah persediaan minimum,
10)pencatatan secara manual agar perusahaan mempunyai back-up data
transaksi,
11)perusahaan mempunyai catatan pengangkutan dan tarif angkutan.
Berdasarkan hasil review ini, maka ditentukan tujuan pemeriksaan sebenarnya
“keterlambatan proses produksi terjadi karena keterlambatan pengadaan barang”.
c. Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh bukti yang cukup untuk
mendukung tujuan pemeriksaan yang sesungguhnya, yang telah ditetapkan
berdasarkan hasil review dan pengujian pengendalian manajemen.
Langkah-langkah pemeriksaan pada tahap ini meliputi :
1) mengumpulkan tambahan informasi latar belakang objek
pemeriksaan yang diperlukan,
2) memperoleh bukti-bukti yang relevan, material dan kompeten,
3) membuat ringkasan atas bukti yang telah diperoleh dan
mengelompokkannya ke dalam kelompok kriteria, penyebab dan
(64)
4) menyusun kesimpulan atas dasar ringkasan bukti yang telah
diperoleh dan mengidentifikasi bahwa akibat yang ditimbulkan dari
ketidaksesuaian antara kondisi dan kriteria cukup penting dan
material. Kesimpulan ini merupakan pemantapan temuan hasil
pemeriksaan.
Dari pemeriksaan lanjutan, ditemukan beberapa temuan hasil pemeriksaan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Daftar Ringkasan Temuan Pemeriksaan
No. Kondisi Kriteria Penyebab Akibat
1. Persediaan
digudang berada dibawah
persyaratan minimum.
Bagian pembelian mengumpulkan,
mencatat dan memelihara catatan yang faktual tentang persediaan yang maksimum dan minimum. Penetapan tingkat pemesanan kembali tidak memperhitungkan perubahan permintaan. Bagian gudang melakukan perubahan permintaan kepada bagian pembelian.
2. Keterlambatan pengadaan barang.
Bagian pembelian melakukan aktivitas pengadaan barang berdasarkan Purchase
Requisition dari
gudang.
Kurangnya
koordinasi antara bagian pembelian dengan bagian gudang mengenai perubahan permintaan barang. Proses produksi tidak memenuhi jadwal produksi.
Berdasarkan ringkasan temuan pemeriksaan yang telah diperoleh, maka
kesimpulan pemeriksaan dibedakan atas kondisi, kriteria, penyebab dan akibat.
1) Kondisi : keterlambatan pengadaan barang.
(1)
SS = Sangat Setuju, diberi skor 5 S = Setuju, diberi skor 4
RR = Ragu-ragu, diberi skor 3 KS = Kurang Setuju, diberi skor 2 TS = Tidak Setuju, diberi skor 1 a. Variabel Independen
Jumlah pertanyaan = 40 Jumlah responden = 3
Jumlah jawaban = 40 x 3 = 120 Total skor tertinggi = 120 x 5 = 600 Total skor terendah = 120 x 1 = 120
Interval =
=
= 95
kriteria penilaian peranan pemeriksaan operasional pembelian : skor 120 – 215 = TB (Tidak Berperan),
skor 216 – 311 = KB (Kurang Berperan), skor 312 – 407 = CB (Cukup Berperan), skor 408 – 503 = B (Berperan),
skor 504 – 600 = SB (Sangat Berperan).
Setelah mengisi kuesioner pemeriksaan operasional pembelian dapat diketahui peranan pemeriksaan operasional dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Total skor yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner
(2)
PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk adalah 511, dengan demikian pemeriksaan operasional pembelian yang dilakukan PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk sangat berperan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan.
b. Variabel Dependen
Jumlah pertanyaan = 30 Jumlah responden = 3 Jumlah jawaban = 90
Total skor tertinggi = 90 x 5 = 450 Total skor terendah = 90 x 1 = 90
Interval =
=
= 71
kriteria penilaian efektivitas pembelian : skor 90 – 161 = TE (Tidak Efektif), skor 162 – 233 = KE (Kurang Efektif), skor 234 – 305 = CE (Cukup Efektif), skor 306 – 376 = E (Efektif),
skor 377 – 450 = SE (Sangat Efektif).
setelah mengisi kuesioner efektivitas pembelian dapat diketahui seberapa efektif sistem manajemen pembelian yang diterapkan perusahaan dengan total skor yang diperoleh. Total skor yang diperoleh oleh PT. PP London Sumatra
(3)
Indonesia, Tbk adalah 349, dengan demikian sistem manajemen pembelian yang diterapkan PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk sejauh ini sudah efektif. PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk telah berusaha keras untuk melaksanakan aktivitas pembelian dengan baik sebagai hasil penerapan sistem manajemen pembelian yang efektif.
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan yang telah penulis uraikan, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan.
1. Sistem manajemen pembelian pada PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk telah dilakukan dengan baik. Terlihat dari kegiatan pembelian selalu berpedoman pada kebijakan, fungsi pemisahan tugas, prosedur dan otorisasi, serta kelengkapan dokumen. Aktivitas pembelian yang dilakukan berjalan sesuai rencana dan tujuan perusahaan. Hal ini juga terlihat dari hasil analisis statistik dari kuesioner efektivitas pembelian sebesar 82,93 %.
2. Pemeriksaan operasional atas kegiatan pembelian yang dilakukan pada PT.PP London Sumatra Indonesia, Tbk melalui beberapa tahapan yaitu tahap pemeriksaan pendahuluan, review dan pengujian pengendalian manajemen, tahap pemeriksaan lanjutan, pelaporan dan tindak lanjut. Pemeriksaan operasional yang dilakukan pada PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan hal ini terlihat dari:
a. temuan-temuan pada saat pelaksanaan pemeriksaan telah dilaporkan dengan disertai saran dan rekomendasi perbaikan, dan kemudian ditindak lanjuti oleh bagian pembelian untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam meningkatkan mutu perusahaan,
(5)
b. Hasil analisis statistik dari kuesioner yang disebarkan ke bagian-bagian yang terkait dengan pembelian sebesar 86,05%. Responden memberikan jawaban bahwa pemeriksaan operasional berperan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk.
B. Saran
Penulis mencoba untuk memberikan saran setelah menarik kesimpulan yang diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan perusahaan.
1. Perusahaan sebaiknya mempertahankan pelaksanaan pemeriksaan operasional atas pembelian dan lebih meningkatkan kinerja manajemennya.
2. Meningkatkan koordinasi dan mengumpulkan informasi yang efektif antara bagian pembelian dengan bagian-bagian lainnya yang terdapat dalam perusahaan yang besar kegunaannya dalam upaya mengelola perusahaan dengan pendekatan kesisteman di masa depan.
3. Laporan hasil pemeriksaan yang telah disetujui pihak manajemen dan kemudian ditindak lanjuti oleh divisi pembelian sebaiknya dimonitor secara terjadwal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti bahwa laporan hasil pemeriksaan yang menunjukkan kelemahan-kelemahan pembelian benar-benar ditindaklanjuti serta mengetahui kesulitan yang dihadapi bagian pembelian dalam tindak lanjut tersebut.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, 2004. Auditing (Pemeriksaaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik, Edisi Ketiga, Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta. Arens, Alvin A, James L, Loebbecked, 2002. Auditing Pendekatan Terpadu, Buku
Dua, Edisi Indonesia, Alih Bahasa Amir Abadi Yusuf, Salemba Emapat, Jakarta.
Bayangkara, IBK, 2008. Audit Manajemen, Salemba Empat, Jakarta.
Boynton, William C, Johnson, Raymond N, Kell, Walter G, 2003. Modern Auditing, Edisi Ketujuh, Jilid Kesatu, Alih Bahasa Rajoe, Paul A, Gania, Gina, Setyo Budi, Ichsan, Erlangga, Jakarta.
Dian Jung, St, 2002, Manajemen Audit, Restu Agung, Jakarta.
Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen, Cetakan Pertama, Edisi Pertama, USU Press, Medan.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknis Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan.
Mulyadi, 2002. Auditing, Edisi Keenam, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Regina, Melisa, 2007. Audit Operasional Dalam Rangka Menilai Efisiensi dan Efektivitas Pembelian Bahan baku, Skripsi Akuntansi Universitas Unika Atma Jaya (tidak dipublikasikan).
Rochaety, Ety, Tresnati, Ratih, Madjid L, Abdul, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis, Adisi pertama, Cetakan Pertama, Mitra Wacana media, Jakarta. Silfiah, Hanik, 2008. Penerapan Audit Operasional sebagai Alat Bantu Kinerja
dan Identifikasi Perbaikan Fungsi Pembelian, Skripsi Akuntansi Universitas Unika Atma Jaya (Tidak Dipublikasikan).