Terhadap hal ini Laica Marzuki menyatakan bahwa keputusan Mahkamah Konstitusi bisa dikesampingkan karena forum Rapat Paripurna di MPR
merupakan forum politis. Sehingga keputusan yang dihasilkanpun merupakan keputusan yang bersifat politis. Hal ini berbeda dengan keputusan dalam
persidangan Mahkamah Konstitusi yang menghasilkan keputusan yang bersifat yuridis.
146
Sementara itu apabila ditelaah lebih lanjut arti penting keputusan Mahkamah Konstitusi tersebut adalah untuk menciptakan rasa keadilan secara
hukum.
147
Misalnya, dalam hal seorang presiden dan atau wakil presiden tetap diturunkan oleh MPR karena realitas politik menghendaki mereka untuk turun
padahal keputusan Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa pendapat DPR tidak terbukti. Akan tetapi jika keputusan Mahkamah Konstitusi membenarkan
pendapat DPR berarti hal itu justru akan lebih menguatkan dan memberi justifikasi terhadap penurunan presiden.
e. Pengajuan Kasus Pidana Presiden danatau Wakil Presiden ke
Peradilan Mahkamah Konstitusi dan Peradilan Umum
Dalam Pasal 7B Undang-Undang Dasar 1945
148
, maka terlihat bahwa hampir semua pelanggaran hukum yang dapat mengakibatkan seorang Presiden
dapat di-Impeach adalah merupakan kasus pidana. Dan biasanya sebuah kasus
146
Laica Marzuki,… op. cit.
147
ibid.
148
Usulan pemberhentian Presiden dan atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu
mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan atau Wakil Presiden telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela dan atau pendapat bahwa Presiden dan atau Wakil Presiden
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan atau Wakil Presiden.
pidana tentu saja diajukan dan disidangkan ke Pengadilan Negeri untuk mendapatkan vonis dari majelis hakim. Akan tetapi jika merujuk pada Undang-
Undang No. 24 Tahun 2003 dapat diketahui bahwa dalam hal pendapat DPR terhadap Presiden yang telah melakukan pelanggaran pidana ini diajukan ke
Mahkamah Konstitusi.
Maka timbul pertanyaan apakah kasus tersebut diselesaikan pada salah satu pengadilan yang dalam hal ini adalah Mahkamah Konstitusi atau dapatkah
kasus tersebut diajukan kepada dua pengadilan sekaligus yaitu pada Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung.
Terhadap permasalahan ini Laica Marzuki berpendapat bahwa pada kasus seperti ini tidak bisa diajukan ke Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung
secara bersamaan. Hal itu dipertegas dengan pendapatnya dalam prosedural penyelesaian kasus impeachment atau pemberhentian Presiden dan atau Wakil
Presiden adalah prosedural konstitusi meski kasus yang dihadapi adalah kasus pidana.
149
Akan tetapi menurut Suwoto Alm, idealnya yang mengadili Presiden terkait dengan kasus-kasus pidana adalah Mahkamah Agung dan bukan
Mahkamah Konstitusi.
150
E. Proses Impeachment di MPR
Apabila MK menjatuhkan putusan membenarkan pendapat DPR maka DPR menyelenggarakan Rapat Paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian
Presiden danatau Wakil Presiden kepada MPR. MPR setelah menerima usul DPR
149
Laica Marzuki,… ibid.
150
Ibid, bandingkan dengan pendapat Marsilam Simanjuntak yang menyatakan bahwa suatu kasus pidana yang melibatkan Presiden dapat diajukan pada dua lembaga yaitu Mahkamah Agung MA
dan Mahkamah Konstitusi MK.