martabat, serta perilaku hakim.
140
Padahal jika ditelusuri lebih lanjut, pengangkatan Hakim Mahlamah Konstitusi seperti yang telah berlaku sekarang
telah diaplikasikan pula oleh beberapa negara lain.
b. Penyidik dalam Penanganan Kasus Impeachment
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 24C ayat 2 menyatakan bahwa Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan
Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar. Apabila ditelaah secara tekstual dari
bunyi ayat tersebut, maka dapat disimpulkan; Mahkamah Konstitusi mempunyai kewajiban untuk memberikan putusan terhadap pendapat Dewan Perwakilan
Rakyat tersebut. Sementara jika mengacu pada peradilan pada umumnya, tentu saja sebelum membuat keputusan harus terlebih dahulu melakukan proses
penyidikan guna mendapatkan bukti-bukti yang akan digunakan sebagai dasar dalm memutus pendapat suatu perkara.
Lalu siapakah yang sebenarnya berkewajiban untuk melakukan penyidikan lebih lanjut terhadap pendapat tersebut, apakah DPR, Kepolisian atau MK. Hal itu
tentu saja sangat wajar dipertanyakan mengingat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai sandaran bagi DPR dalam melakukan impeachment adalah
adanya dugaan seorang Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya
140
Wawancara dengan Bapak Taufikurrahman Syahuri, 12 Agustus 2004, di kantor Mahkamah
Konstitusi, Jakarta,...ibid.
atau perbuatan tercela dan atau pendapat bahwa Presiden danatau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagi presiden dan atau wakil presiden.
141
Dalam hal ini terdapat beberapa rumusan yang janggal dan tidak jelas, misalkan apa sebenarnya yang dimaksud dengan ”tindak pidana berat
lainnya”,”perbuatan tercela” dan ”tidak memenuhi syarat sebagai Presiden”. Sementara itu konsepsi tentang impeachment sendiri sangat berorientasi pada
eksekutip. Hal ini dikarenakan hanya Presiden dan Wakil Presiden saja yang bisa di-impeach. Idealnya semua pejabat publik, termasuk parlemen dan pejabat tinggi
negara lainnya juga dapat di-impeach. Seperti yang diimplementasikan pada negara Thailand.
Sementara jika mengacu pada Pasal 80 ayat 2 Undang-Undang No. 24 Tahun 2003, hanya disebutkan bahwa pemohon yang dalam hal ini adalah DPR
wajib menguraikan dengan jelas dalam permohonannya mengenai dugaannya tersebut. Dalam hal ini tentu saja timbul sebuah pertanyaan apakah Dugaan
pelanggaran Presiden dan atau Wakil Presiden oleh DPR yang diajukan ke MK tersebut sudah harus dengan bukti-bukti yang lengkap atau hanya sekedar dugaan
saja. Tentu saja hal itu sangat relevan untuk dipertanyakan karena jika DPR sudah memiliki bukti-bukti yang lengkap dan kuat mengenai kesalahan Presiden,
mengapa masih harus diajukan ke MK. Apakah dalam hal ini fungsi MK hanya sekedar untuk memberikan keputusan saja guna melegitimasi tindakan atau
dugaan DPR tersebut. Karena meskipun MK menyatakan bahwa dugaan DPR tersebut benar dan terbukti serta telah mempunyai kekuatan hukum tetap, akan
141
Lihat Pasal 7B Undang-Undang Dasar 1945 dan Lihat Pula Pasal 80 ayat 2 Undang-Undang
No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
tetapi tentu saja masih ada proses selanjutnya yaitu pengajuan ke forum Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR untuk mengusulkan pemberhentian Presiden.
Dan meskipun secara yuridis MK telah memberikan keputusan yang membenarkan dugaan DPR itu, akan tetapi jika MPR ternyata tidak
menindaklanjuti permohonan untuk menjatuhkan Presiden itu, tentu saja keputusan itu hanya akan menjadi sebuah keputusan saja tanpa sebuah daya
eksekusi. Sebaliknya jika ternyata dugaan DPR terhadap Presiden tersebut menurut
Mahkamah Konstitusi ternyata tidak terbukti, akan tetapi DPR memang bermaksud menjatuhkan Presiden, tentu saja kasus tersebut akan tetap dibawa ke
MPR. Sebagaimana diketahui mayoritas komposisi anggota MPR adalah berasal dari DPR juga. Sehingga dapat dikatakan bahwa diturunkan atau tidaknya seorang
Presiden sangat tergantung pada realitas poltik yang berkembang di MPR. Lalu apakah sebenarnya urgensi dari putusan MK ini ?
Menurut Laica Marzuki, adanya putusan Mahkamah Konstitusi merupakan sebuah keputusan yuridis. Sehingga meskipun putusan dari Mahkamah Konstitusi
menolak pendapat DPR, akan tetapi jika realitas politik berkehendak menjatuhkan Presiden maka DPR tetap membawa pendapat tentang Presiden ke forum MPR.
142
Kemudian jika ternyata dalam pemeriksaan oleh Mahkamah Konstitusi bukti-bukti yang dihadirkan kurang; apakah kemudian Mahkamah Konstitusi
memerintahkan kembali kepada DPR untuk melengkapi bukti-bukti dugaannya
142
Laica Marzuki,…op.cit.
tersebut atau justru Mahkamah Konstitusi sendiri yang mencari bukti-bukti tambahan. Hal ini sangat menarik karena durasi waktu yang sangat pendek.
c. Waktu Penyelidikan 90 sembilan puluh hari