ketika melakukan impeachment terhadap Presiden Abdurrahman Wahid. Sebab, mayoritas anggota MPR menafsirkan bahwa MPR dapat melakukan
Memorandum yang dipercepat ketika ada keadaan yang memaksa. Meskipun begitu, yang nyata adalah bahwa MPR setiap waktu dapat
memberhentikan presiden dari jabatannya kan hem op elk gewenst moment onslaan
atau dapat menjatuhkan hukuman pemecatan op straffe van ontslag.
70
Adanya wewenang MPR untuk melakukan impeachment terhadap presiden ini menunjukkan MPR di Indonesia memiliki hak Supremacy of the People’s
Consultative Assembly .
b. Konstitusi Republik Indonesia Serikat 1949
Dibandingkan dengan UUD 1945, Konstitusi RIS memuat prinsip-prinsip ketatanegaraan yang berbeda dengan UUD 1945. Salah satu perbedaan itu yaitu
mengenai bentuk negara dan sistem pemerintahan yang dianut. Bentuk Negara menurut Pasal 1 ayat 1 Konstitusi RIS tahun 1949
71
adalah bentuk negara yang dicantumkan dalam konstitusi dan diterapkan yaitu federasi dan sistem
pemerintahan adalah kombinasi sistem presidensial dan parlementer. Sedangkan dalam UUD 1945, secara normatif yang dipilih sebagai bentuk negara adalah
republik dan sistem pemerintahan yaitu presidensial. Konstitusi RIS resmi diberlakukan mulai tanggal 27 Desember 1949.
72
Sebagai Negara federal atau serikat, wilayah negaranya terbagi atas daerah-daerah bagian dan daerah-daerah lain yang tidak termasuk daerah bagian
70
Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia Jakarta: Gema Insani Press, 1996, hal. 102
71
Pasal 1 ayat 1 Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulaut adalah Negara hukum yang demokratis dan berbentuk federal.
72
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan…, op.cit., hal. 37
Pasal 2. Negara serikat dikenal dua macam undang-undang yang berlaku, yaitu undang-undang federal Bab IV Bagian II dan yaitu undang-undang daerah
bagian Pasal 156
73
, Pasal 157
74
, dan Pasal 158. Undang-undang federal dibuat oleh pemerintah bersama-sama dengan
DPR dan Senat. Sedangkan undang-undang Daerah Bagian dibuat pemerintah bersama-sama DPR Pasal 127. Terhadap undang-undang federal menurut Pasal
130 ayat 2 bahwa undang-undang federal tidak dapat diganggu gugat. Tidak bisanya undang-undang federal itu diuji karena menurut UUD RIS 1949
kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan DPR dan Senat Pasal 1 ayat 2, dan dikhawatirkan daerah bagian akan
membuat undang-undang yang menyimpang dari UUD RIS 1949 dan memisahkan diri dari kesatuan Negara yang berbentuk federal.
Menurut Pasal 156, Pasal 157, dan Pasal 158 undang-undang Daerah Bagian dapat diuji secara materiil yang dilakukan oleh Mahkamah Agung. Pasal
156, dan Pasal 157 jika dikaitkan dengan Pasal 130 ayat 2, yang tidak dapat diuji adalah undang-undang federal, sedangkan undang-undang daerah bagian
dapat dilakukan pengujian oleh Mahkamah Agung. Dapatnya Mahkamah Agung melakukan pengujian karena hak menguji itu masuk lingkup bidang hukum.
75
73
Pasal 156 1 Jika Mahkamah Agung atau pengadilan-pengadilan lain yang mengadili dalam perkara perdata atau dalam perkara hukum perdata, beranggapan bahwa suatu peraturan dalam
ketatanegaraan atau undang-undang suatu daerah bagian berlawanan dengan konstitusi ini, maka dalam keputusan kehakiman itu juga, ketentuan itu dinyatakan dengan tegas tak menurut
konstitusi.
74
Pasal 157 1 Sebelum pernyataan tak menurut konstitusi tentang suatu ketentuan dalam peraturan ketatanegaraan atau undang-undang suatu daerah bagian untuk pertama kali
diucapkan atau disahkan, maka Mahkamah Agung memanggil Jaksa Agung pada majelis itu, atau kepada kejaksaan pada pengadilan tertinggi daerah bagian bersangkutan, untuk
didengarkan dalam majelis pertimbangan.
75
Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Alumni, Bandung. hal. 29.
Sama dengan UUD 1945, dalam konstitusi RIS 1949 juga tidak ada ketentuan yang jelas dan detail mengenai bagaimana impeachment dapat
dilakukan. Karena sistem pemerintahan yang digunakan adalah sistem parlementer, maka impeachment biasanya dilakukan terhadap perdana menteri
dalam kerangka pertarungan politik di parlemen. Pasal 72 Konstitusi RIS 1949 hanya menyebutkan bahwa Undang-undang federal mengatur pemilihan Presiden
baru untuk hal apabila Presiden tetap berhalangan, berpulang atau meletakkan jabatannya. Pasal ini berarti menyerahkan pengaturan lebih lanjut mengenai
penggantian Presiden pada level undang-undang. Tidak adanya aturan yang jelas mengenai impeachment tampak pula jika
dilihat pada hak yang dimiliki oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Hak-hak yang dimiliki oleh Dewan Perwakilan Rakyat dalam Konstitusi RIS 1949
tampaknya memang diarahkan agar tercipta mekanisme checks and balances terhadap pemerintah. Namun hak-hak yang dimiliki DPR tersebut tidak termasuk
hak untuk melakukan impeachment terhadap Presiden. Pasal 122 Konstitusi RIS 1949 justru menegaskan bahwa DPR tidak dapat
memaksa Kabinet atau masing-masing menteri meletakkan jabatannya. Hak-hak DPR tersebut yaitu meliputi hak interpelasi Pasal 120 dan hak angket Pasal
121. Dalam konteks checks and balances tersebut, menurut Pasal 148 ayat 1, presiden, menteri, ketua, dan anggota senat, serta ketua dan anggota lembaga
Negara lainnya dapat diuji perbuatannya oleh Mahkamah Agung dalam hal menjalankan jabatan, melakukan kejahatan, dan pelanggaran lain yang ditentukan
undang-undang. Sistem ini menganut sistem forum khusus special legal
proceeding atau forum previelegatium.
76
Akan tetapi, hal ini tidak pernah terjadi dalam periode tahun 1949, justru presiden Soekarno disamping menjadi presiden
negara kesatuan, juga dilantik menjadi Presiden RIS.
77
Jika pada tanggal 18 Agustus 1945 Soekarno terpilih menjadi presiden melalui rapat aklamasi atas usul Otto Iskandardinata, dan pada tahun 1949
Soekarno juga terpilih secara aklamasi menjadi presiden pada tanggal 16 Desember 1949. Hal itu bertentangan dengan Pasal 69 ayat 2.
78
Dari Pasal 69 ayat 2 nyata bahwa presiden itu hanya dapat dijatuhkan oleh Mahkamah Agung,
jika benar-benar presiden melakukan tindak pidana kejahatan atau pelanggaran dalam masa jabatannya.
Sama dengan apa yang terjadi dengan UUD 1945, nihilnya aturan yang jelas mengenai impeachment dalam Konstitusi RIS 1949 karena pemberlakukan
konstitusi itu dimaksudkan untuk sementara waktu saja. Konstitusi RIS yang disusun dalam rangka Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun 1949 itu
pada pokoknya dimaksudkan sebagai UUD yang bersifat sementara. Karena itu Pasal 186 Konstitusi RIS menegaskan ketentuan agar Konstituante bersama-sama
dengan Pemerintah selekas-lekasnya menetapkan Konstitusi Republik Indonesia Serikat.
79
Pada dasarnya, perumusan Konstitusi RIS hanya dimaksudkan untuk kepentingan menciptakan bentuk negara serikat yang diinginkan oleh Belanda.
c. Undang Undang Dasar Sementara 1950