43
C. Dasar-dasar Penetapan Nilai Jual Obyek Pajak
Menurut Pasal 6 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994, dasar pengenaan pajak adalah NJOP serta besarnya NJOP ditetapkan setiap tiga tahun oleh
Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya. Dengan memperhatikan
35
Besarnya NJOP juga dapat ditentukan berdasarkan klasifikasi :
1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar.
2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan telah diketahui harga jualnya.
3. Nilai perolehan baru 4. Penentuan nilai Jual Objek Pengganti
Namun demikian untuk daerah tertentu yang karena perkembangan pembangunan mengakibatkan kenaikan nilai jual obyek pajak cukup besar, maka
dalam menetapkan nilai jual, Menteri Keuangan banyak mendengar pertimbangan Gubernur setempat.
36
4. Objek Pajak Sektor Kehutanan atas Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri :
1. Objek Pajak Sektor Pedesaan dan Perkotaan. 2. Objek Pajak Sektor Perkebunan.
3. Objek Pajak Sektor Kehutanan atas Hak Pengusahaan hutan, hak Pengusahaan hasil Hutan, Izin pemanfaatan kayu serta Izin Sah Lainnya selain Hak
Pengusahaan hutan Tanaman Industri.
35
Astridutanet, “Dasar hukum pajak bumi dan bangunan”, 20 Maret 2007, www.scribd.com, terakhir kali diakses pada tanggal 2 Oktober 2009
36
Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, Perpajakan Indonesia. Konsep, Aplikasi dan penuntun praktis, Yogjakarta : Penerbit Andi, 2004, hal 316-317
Universitas Sumatera Utara
44 5. Objek Pajak Sektor Pertambangan Minyak dan gas Bumi
6. Objek Pajak Sektor Pertambangan Energi Panas Bumi. 7. Objek Pajak Sektor Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi
Panas Bumi dan galian C 8. Objek Pajak Sektor Pertambangan Non Migas Galian c
9. Objek Pajak Sektor Pertambangan yang dikelola berdasarkan Kontrak Karya atau Kontrak Kerjasama
10. Objek Pajak usaha bidang perikanan laut. 11. Objek Pajak usaha bidang perikanan darat.
12. Objek Pajak yang bersifat khusus. Berdasarkan pengertian NJOP pada Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor
12 tahun 1994, bahwa pengertian nilai-nilai yang disebutkan nilai perbandingan harga dengan obyek lain sejenis, nilai perolehan baru, dan NJOP pengganti, disini harus
memperhatikan kondisi wajib pajak serta kondisi perekonomian nasional yang berfluktuasi keadaannya.
Memang dalam sistem penetapan NJOP yang harus banyak diperhatikan adalah distribusi beban pajak pada masyarakat yang harus adil. Akan tetapi untuk
menilai adil tidaknya distribusi beban pajak tersebut harus melihat dua 2 tolok ukur yang digunakan. Pertama, adalah prinsip kemampuan membayar dan kedua, adalah
prinsip manfaat. Dimana pada tolok ukur yang pertama bahwasannya NJOP yang ditetapkan untuk sementara ini memenuhi prinsip keadilan, dan dalam penerapannya
juga memperhatikan tiga aspek, yaitu tingkat pendapatan, kekayaan dan pengeluaran wajib pajak. Dan semakin banyak dan tinggi NJOP yang dimiliki wajib pajak, jelas
semakin tinggi pula tingkat kemakmuran wajib pajak tersebut untuk membayar pajak
Universitas Sumatera Utara
45 juga tinggi. Sedangkan dilihat dari prinsip manfaat, dalam sistem penetapan NJOP
tinggi rendahnya, ditentukan diantaranya oleh fasilitas-fasilitas dan jasa-jasa yang diberikan pemerintah. Karenanya pula, wajar apabila NJOP di daerah perkotaan lebih
tinggi daripada daerah yang kurang atau belum terjamah oleh sarana dan prasarana dari pemerintah.
Berdasarkan mekanisme atau prosedur yang telah ditetapkan dalam sistem perpajakan, diamati bahwa beberapa kenyataan empiris mengarah pada gambaran
bahwa penetapan NJOP selalu lebih rendah dibandingkan harga jual riel obyek tersebut. Kenyataan tersebut disebabkan oleh
37
Sebelum penulis membahas sistem penerapan NJOP, bila melihat pada Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 menegaskan bahwa dasar
pengenaan pajak adalah NJOP. Yang dimaksud dengan NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar. Dalam hal ini tidak
: 1. Penetapan Zona Nilai Tanah ZNT tidak dilakukan melalui pengumpulan data
yang aktual tetapi berdasarkan perkiraan-perkiraan. 2. SPOP Surat Pemberitahuan Objek Pajak pernah diisi ketika SISMIOP Sistem
Informasi Manajemen Objek Pajak baru diterapkan, tetapi setelah itu wajib pajak tidak lagi mengisi SPOP.
3. Perkembangan yang sangat dinamis di daerah perkotaan membawa perubahan pada NJOP riel yang cepat.
D. Eksistensi Nilai Jual Obyek Pajak dan Mekanisme Penetapannya