Faktor-faktor Penentu Klasifikasi NJOP

57 12 5,150,000 sd 5,850,000 5,500,000 13 4,500,000 sd 5,150,000 4,825,000 14 3,900,000 sd 4,500,000 4,200,000 15 3,350,000 sd 3,900,000 3,625,000 16 2,850,000 sd 3,350,000 3,100,000 17 2,400,000 sd 2,850,000 2,625,000 18 2,000,000 sd 2,400,000 2,200,000 19 1,666,000 sd 2,000,000 1,833,000 20 1,366,000 sd 1,666,000 1,516,000

B. Faktor-faktor Penentu Klasifikasi NJOP

Dalam penentuan Klasifikasi NJOP dalam PBB, tanah dan bangunan yang banyak macamnya itu tidak mungkin nilainya disamaratakan. Untuk kategori Bumi ada 50 klasifikasi, sedangkan untuk kategori Bangunan ada 20 klasifikasi. Untuk itu tanah dan bangunan perlu dikategorikan dan diklasifikasikan. Sebagaimana telah disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 Pasal 2 ayat 2 dalam penjelasannya yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan perhitungan pajak yang terhutang 43 Dalam penentuan klasifikasi bumitanah harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut . 44 43 Penjelasan Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 44 Rochmat Soemitro,Op Cit. Hal. 13 : 1. Letak tanahbangunan 2. Peruntukan tanahbangunan 3. Pemanfaatan 4. Kondisi lingkungan Universitas Sumatera Utara 58 Pada faktor-faktor di atas bisa ditambahkan: 5. Luas tanah, bumi dan bangunan 6. Kesuburan atau hasil tanahbangunan 7. Adanya irigasi atau tidak dan lain sebagainya. Dalam penentuan klasifikasi bangunan yang harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut 45 Untuk menciptakan keharmonisan dalam penentuan Klasifikasi NJOP, maka Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan telah melakukan langkah-langkah dalam penentuan Klasifikasi NJOP sebagai basis data kepada Wajib Pajak WP. Dengan : 1. Bahan yang digunakan 2. Rekayasa 3. Letak 4. Kondisi lingkungan dan lain-lain. Bersamaan dengan ini pemerintah melalui Menteri Keuangan yang berwenang menurut Undang-Undang, maka dikeluarkanlah Keputusan Menteri Keuangan R.I. Nomor 523KMK.041998 tanggal 18 Desember 1998 tentang Penentuan Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Obyek Pajak sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan. Di dalam keputusan ini, pada Pasal 7 menyatakan bahwa Keputusan Menteri Keuangan R.I. Nomor 174KMK.041993 dan Keputusan Menteri Keuangan No. 273KMK.041995 tentang Klasifikasi dan Besarnya NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB, dinyatakan tidak berlaku. 45 Ibid, hal 14 Universitas Sumatera Utara 59 Prosedur sebagai berikut 46 2. Petugas peneliti, dalam hal ini Kepala Sub Seksi Klasifikasi dan Pemutakhiran data atau pejabat lain yang ditunjuk, setelah menerima berkas permohonan WP berikut formulir pelayanan wajib pajak dari petugas pemroses masalah, melakukan kegiatan antara lain: meneliti kelengkapan persyaratan dan bahan- bahan yang diperlukan serta memutuskan perlu tidaknya diadakan penelitian lapangan untuk memproses permohonan WP yang diterima dari petugas pemroses : 1. Bahwasannya setelah WP memasukkan permohonannya maka petugas pemroses masalah dalam hal ini petugas seksi pendataan dan penilaian, setelah menerima berkas permohonan dari WP petugas penerima berkas melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Menatausahakan permohonan WP tersebut kepada petugas yang ditunjuk menangani data grafispeta untuk mengecek kebenaran posisi relatif dari obyek pajak pada peta kerja dan berdasarkan data yang diterima dari WP atau hasil penelitian lapangan oleh tenaga fungsional atau pembina wilayah melalui petugas peneliti; b. Menatausahakan perubahanpemecahan obyek pajak tersebut pada peta kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku; c. Meneruskan berkas permohonan WP yang telah diproses tersebut di atas berikut formulir pelayanan wajib pajak kepada petugas peneliti, dalam hal ini kepala sub seksi klasifikasi dan pemutakhiran data atau pejabat lain yang ditunjuk, untuk diteliti lebih lanjut. 46 Ezar’s weblog , 22 Januari 2008, diperoleh melalui www. bradoks.wordpress.com, terakhir kali di akses tanggal 30Agustus 2009 Universitas Sumatera Utara 60 masalah, dalam hal permasalahan yang diteliti tersebut diperlukan keputusan oleh pejabat atasannya Kepala Seksi Pendataan dan Penilaian danatau Kepala Kantor Pelayanan PBB, meneruskan berkas permohonan WP yang telah diputuskan oleh pejabat atasannya, meneruskan berkas permohonan WP yang telah diputuskan oleh pejabat yang berwenang berikut formulir pelayanan wajib pajak kepada koordinator tempat pelayanan. 3. Koordinator Tempat Pelayanan setelah menerima berkas permohonan WP, melakukan kegiatan antara lain: a. Meneliti seperlunya dan mencatat pada buku penjagaan berkas permohonan WP yang telah diputuskan kemudian diteruskan ke seksi pengolahan data dan informasi untuk diproses lebih lanjut; b. Menerima dan meneliti hasil keluaran dari seksi pengolahan data dan informasi, serta meneruskan kepada kepala kantor pelayanan PBB untuk ditandatangani. Dari sini diteruskan kepada petugas penyampai hasil keluaran dan meneruskan hasil keluaran lainnya berupa STTS dan DHKP kepada seksi penetapan untuk diproses lebih lanjut dan ditandatangani WP bersangkutan ke seksi penetapan untuk ditatausahakan. 4. Petugas penyampai hasil keluaran, setelah menerima hasil keluaran dari koordinator tempat pelayanan melakukan kegiatan antara lain : a. Mencatat pada buku penjagaan atau merekam pada komputer pelayanan tanggal penyelesaian permohonan WP; b. menyampaikan hasil keluaran berupa SPPT kepada WP yang bersangkutan secara langsung atau melalui petugas pembina wilayah yang bersangkutan atau sub bagian tata usaha untuk dikirim melalui pos; Universitas Sumatera Utara 61 c. menghimpun tanda terima SPPT dan formulir pelayanan WP yang telah ditandatangani oleh WP yang bersangkutan, serta meneruskan kepada koordinator tempat pelayanan pajak. Setelah melihat dasar-dasar penentuan klasifikasi bumi dan bangunan dalam penjelasan Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 9 tahun 1994 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagai acuan dasar, dalam hal ini menyampaikan faktor-faktor penentu lain di lapangan sebagai hasil penelitian di wilayah KPPBB adalah sebagai berikut 47 47 Ida Zuraida “Suatu tinjauan tentang faktor Penentu Klasifikasi NJOP” 26 Febuari 2003, : 1. Dengan telah terbentuknya basis data sistem manajemen informasi obyek pajak SISMIOP bumi dan bangunan serta untuk memenuhi 4 empat persyaratan informasi yang harus dipenuhi dalam sistem ini, yaitu : relevan, tepat waktu handal, dan mutakhir, maka dipandang perlu basis data yang telah terbentuk tersebut dipelihara semaksimal mungkin. Pemeliharaan basis data dimaksud meliputi data atributik dan data grafis. 2. Pemantauan terhadap perubahan dan atau perkembangan yang terjadi di lapangan baik yang menyangkut obyek dan subyek pajak bumi dan bangunan maupun perkembangan wilayah, merupakan satu hal yang mutlak harus dilaksanakan dalam rangka pemeliharaan basis data SISMIOP PBB guna menunjang sarana pembentukan klasifikasi. Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan pada hakekatnya Kantor www.pajaktaxes.blogspot.com , terakhir kali diakses pada tanggal 28 Oktober 2009 Universitas Sumatera Utara 62 Pelayanan PBB, dalam hal pembinaan wilayah meliputi tugas-tugas 48 Mengingat cukup luas dan kompleksnya ruang lingkup tugas pembinaan wilayah dan untuk menghindari kemungkinan timbulnya penyalahgunaan wewenang oleh para petugas pembina wilayah, maka pelaksanaan pembinaan wilayah KPPBB diatur sebagai berikut : 1. Penyuluhan kepada masyarakat dengan dibantu; 2. Pemantauan perubahan obyeksubyek pajak bumi dan bangunan; 3. Pemantauan penyampaian SPPT kepada WP; 4, Pemantauan penerimaan dan penagihan pajak bumi dan bangunan; 5. Pemantauan perkembangan wilayah; 6. Pengumpulan data NJOP; 7. Penelitian lapangankonfirmasi terhadap informasi adanya perubahan obyeksubyek pajak, perkembangan wilayah, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan pengelolaan PBB. 49 b. Petugas pembina wilayah dan koordinator petugas pembina wilayah ditunjuk melalui surat keputusan KPPBB, dan penunjukan tersebut diinformasikan kepada pemerintah daerah TK II. : 1. Rentang Kendali a. Setiap petugas pembina wilayah ditugaskan untuk membina minimal satu desakelurahan, dan setiap kecamatan dikoordinir oleh seorang tenaga fungsional atau petugas lain yang dinilai cakap oleh kepala kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan. 48 Suryono, “Suatu Tugas dari Kantor Pelayanan Pajak”, 12 Septemeber 2994, www.pajakonline.com terakhir kali diakses pada tanggal 26 Oktober 2009 49 Muladi, “Tugas Pembinaan Wilayah KPPBB”, 16 september 2008, www.ortax.com, terakhir kali diakses pada tanggal 1 September 2009. Universitas Sumatera Utara 63 c. Petugas pembina wilayah mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada koordinatornya, dan selanjutnya para koordinator petugas pembina wilayah mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas di wilayahnya kepada KPPBB melalui para kepala seksi terkait. d. Para kepala seksi yang terkait dalam kegiatan pembinaan wilayah secara periodik melaporkan secara tertulis perkembangan pelaksanaan pembinaan wilayah. Laporan tertulis tersebut sebelum disampaikan kepada KPPBB, dikombilir terlebih dahulu oleh kepala sub bagian tata usaha. 2. Mekanisme a. Para petugas pembina wilayah setiap hari ditugaskan untuk mengadakan koordinasi dengan pihak pemerintah desakelurahan mengenai pelaksanaan pembinaan wilayah. b. Setiap pagi sebelum ke lapangan para petugas pembina wilayah melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan dan informasi-informasi yang diperoleh pada hari sebelumnya kepada koordinatornya, dan selanjutnya oleh koordinator petugas pembina wilayah meneruskan laporan kepada para kepala seksi terkait dalam KPPBB. c. Dalam hal dipandang perlu dilaksanakan kegiatan operasional seperti halnya mengadakan pendataan terhadap obyeksubyek yang mengalami perubahan, mengadakan penelitian lapangan atas permohonan keberatanketidak cocokan perhitungan NJOP yang disampaikan oleh WP, konfirmasi penerimaan pajak dan bangunan ke banktempat pembayaran, penyuluhan kepada masyarakat dan lain sebagainya, atas usulan koordinator petugas pembina wilayah melalui kepala seksi terkait, kepala kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan Universitas Sumatera Utara 64 menerbitkan surat tugas kepada petugas lain yang ditunjuk untuk itu. d. Setiap seminggu sekali diadakan evaluasi atas pelaksanaan pembinaan wilayah. Dalam evaluasi tersebut, para petugas pembina wilayah melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya selama satu minggu kepada koordinatornya, dan selanjutnya setelah dihimpun laporan dimaksud, koordinator petugas pembina wilayah melaporkan pelaksanaan pembinaan wilayah di wilayahnya. e. Masing-masing seksi terkait di KPPBB menanggapi dan memberikan jalan keluar atas permasalahan yang ditemui di lapangan, dan selanjutnya hasil evaluasi mingguan tersebut oleh kepala sub bagian tata usaha dikompilir untuk selanjutnya dilaporkan kepada KPPBB. f. Untuk mempermudah dalam mengevaluasi hasil pembinaan wilayah, bentuk- bentuk laporan mingguan maupun bulanan perlu distandarisir. Sesuai dengan ruang lingkup tugasnya, maka secara garis besarnya tugas-tugas pembinaan wilayah di KPPBB antara sebagai berikut 50 50 Erianto Nugroho, “Tugas Pokok dan Fungsi KPP”, 23 Maret 2005, : 1. Penyuluhan kepada masyarakat a. Tanpa mengurangi arti penyuluhan yang dilaksanakan oleh kantor penyuluhan pajak sebagai mitra dari KPPBB, para petugas pembina wilayah diharapkan mampu memberikan penjelasan kepada masyarakat, khususnya bagi WP di daerah kelurahankecamatan di wilayah kerja petugas pembina wilayah, tentang beberapa hal antara lain : 1 Kebijakan pemerintah di bidang perpajakan khususnya PBB; www.kanwilpajakkhusus.depkeu.go.id , Terakhir diakses pada tanggal 31 Agustus 2009 Universitas Sumatera Utara 65 2 Hak-hak dan kewajiban para WP, khususnya yang berkaitan dengan PBB; 3 Maksud dan tujuan dari peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, khususnya yang menyangkut status hukum atau hak atas bumi. b. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat, maka KPPBB bekerja sama dengan kantor penyuluhan pajak melakukan beberapa langkah-langkah antara lain : 1 Identifikasi sasaran, guna mengetahui karakteristik pihak-pihak yang akan diberikan penyuluhan. Sehingga dapat disusun materi penyuluh hak sesuai dengan kemampuan dan daya serap komunikasiWP; 2 Formulasi materi penyuluhan yang tepat, singkat dan sederhana, valid, aktual dan tidak membosankan pihak komunikasiWP; 3 Pemilihan media penyuluhan yang disesuaikan dengan materi dan sasaran penyuluhan; 4 Kredibilitas petugas oleh KPPBB harus disesuaikan dengan wilayah kerjanya. 2. Pemantauan Perubahan Obyek atau Subyek Pajak Bumi dan Bangunan a. Mencatat perubahan obyek pajak yang terjadi di lapangan, antara lain: mengenai perubahan luas, nilai jual, fisik, penggunaan atau pemanfaatan di wilayah kerja pembinaan. b. Mencatat perubahan status pemilikan danatau penguasaan atas obyek pajak dalam kaitannya dengan penentuan WP atas obyek dimaksud di lapangan. c. Mengadakan koordinasi dengan para pejabat yang diwajibkan untuk melaporkan setiap adanya perubahan atau mutasi obyek pajak. Yang Universitas Sumatera Utara 66 dimaksud pejabat tersebut di atas di dalam penjelasan UU No. 91994 tentang PBB pasal 21 ayat 1 yaitu : Camat sebagai pejabat pembuat akte tanah, notaris pejabat pembuat akte tanah, dan pejabat pembuat akte tanah. 3. Pemantauan penyampaian SPPT kepada wajib pajak a. Memantau secara aktif penyampaian SPPT kepada wajib pajak, baik yang disampaikan oleh pihak kelurahan, Dipenda, maupun kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan dengan jalan antara lain : 1 Mengadakan koordinasi dan menghimbau kepada instansi terkait yang berkompeten dalam penyampaian SPPT untuk segera menyampaikan SPPT kepada wajib pajak yang bersangkutan; 2 Membuat laporan mingguan perkembangan penyampaian SPPT kepada WP; 3 Dalam hal ditemukan WP yang belum menerima SPPT agar segera mengimformasikan ke kantor KPPBB untuk penerbitan salinan SPPT; 4 Menginfentarisir segala permasalahan yang ditemui di lapangan sehubungan dengan penyampaian SPPT. b. Meneliti dan mengkonfirmasikan laporan atau usulan tentang pembetulan danatau pembatalan SPPT, yang diajukan WP yang bersangkutan, apakah telah memenuhi syarat-syarat formal yang berlaku. c. Mencari informasi alamatdomisili WP yang belum diketahui pada waktu pengumpulan data dalam kegiatan pembentukan basis data sistim informasi manajemen obyek pajak SISMIOP. 4. Pemantauan Penerimaan dan Penagihan PBB a. Pemantauan STTS yang diterima dari bank tempat pembayaran di masing- Universitas Sumatera Utara 67 masing kelurahan. b. Pemantauan pelaksanaan sistem tempat pembayaran SISTEP: 1 Mencatat dan menginventarisir nama-nama Bank Pemerintah yang ada atau yang berdekatan dengan kelurahan yang bersangkutan.; 2 Mencari informasi dari masyarakat atau kantor kelurahan, bank tempat pembayaran mana yang dirasa dekat atau dijangkau oleh masyarakat yang tinggal di kelurahan bersangkutan; 3 Mencatat berbagai informasi dari masyarakat tentang pelayanan bank-bank tempat pembayaran. 5. Pemantauan Perkembangan Wilayah a. Mencatat setiap perkembangan wilayah yang terjadi di lapangan; b. Mencatat jumlah kompleks-kompleks pemukiman, perindustrian, perdagangan dan lain sebagainya baik yang dibangun pemerintah maupun swasta serta mengadakan koordinasi dengan pihak developernya. c. Mengadakan koordiansi dengan instansi terkait dalam hal terjadi perubahan wilayah administrasi pemerintahan yang baru, khususnya Badan Pertanahan Nasional BPHN. 6. Pengumpulan data Nilai Jual Obyek Pajak NJOP a. Menginventarisir data harga jual obyek pajak baik yang berasal dari instansi terkait, media masa, developer, dan WP. b. Menginventarisir data harga jual bahan material bangunan dan standar upah yang terjadi di lapangan setiap 6 bulan terakhir. 7. Penelitian lapangankonfirmasi terhadap informasi adanya perubahan obyeksubyek pajak, perkembangan wilayah, dan informasi lainnya yang Universitas Sumatera Utara 68 berhubungan dengan pengelolaan pajak bumi dan bangunan. a. Atas perintah KPPBB, para petugas pembina wilayah bersama-sama dengan petugas lain yang ditunjuk, melaksanakan penelitian di lapangan terhadap permohonan keberatan atas ketetapan PBB atau pengurangan PBB yang diajukan oleh WP. b. Pengawasan terhadap kegiatan pembinaan wilayah meliputi 3 tiga aspek, yaitu: pengawasan operasional, pengawasan teknis, dan pengawasan administratif: 1 Pengawasan operasional dimaksudkan untuk mengetahui apakah petugas pembina wilayah benar-benar melaksanakan tugas di lapangan, dengan peninjauan langsung di lapangan. 2 Pengawasan teknis dimaksudkan untuk mengetahui pelaksanaan penyelesaian dan pembinaan masalah yang mungkin timbul antara petugas pembina wilayah dengan komunikanWP dengan berpedoman dengan petunjuk teknis yang telah ditetapkan. 3 Pengawasan adminsitratif dilaksanakan dengan mengevaluasi laporan- laporan yang disampaikan oleh para petugas pembina wilayah. Untuk laporan produksi petugas yang bersangkutan, sedangkan laporan mingguan dan laporan bulanan melalui laporan yang disampaikan secara periodik oleh para petugas pembina wilayah melalui koordiantornya. Dengan adanya langkah-langkah yang ditempuh di atas, yang dilakukan oleh KPPBB , sedikit banyak telah banyak membantu dalam penentuan klasifikasi nilai jual obyek pajak NJOP dan sebagai masukan bagi Pemda TK. II dalam penentuan klasifikasi nilai jual bumi dan bangunan. Universitas Sumatera Utara 69

C. Sektor-sektor penentu klasifikasi