49 Dari mekanisme penentuan NJOP sebagai dasar pengenaan pajak, secara
implisit sebenarnya telah memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994. Namun secara eksplisit dalam hal ini mekanisme yang diatur secara
limitatif khususnya menyangkut pemberian pertimbangan Gubernur tersebut belum diatur lebih lanjut. Hal inilah yang sering menimbulkan kesimpangsiuran dan silang
pendapat dalam menafsirkan pernyataan tersebut di atas. Dalam hal ini asas self assessmentnya belum sepenuhnya bisa diterapkan.
E. Analisis Langkah-langkah yang Dapat Ditangani.
Untuk mengatasi permasalahan yang timbul sehubungan dengan penetapan NJOP dalam PBB perlu kiranya diambil langkah-langkah sebagai berikut
41
Langkah kedua, apabila hal tersebut diatas telah melembaga di tengah-tengah
:
Langkah pertama yang dapat ditempuh adalah, penentuan suatu nilai Obyek Pajak
khususnya bumitanah untuk berbagai kepentingan. Dalam hal ini pemerintah diharapkan dapat menentukan satu nilai yang dapat dipergunakan untuk berbagai
kepentingan yang secara formal mempunyai kekuatan mengikat secara hukum baik keluar maupun ke dalam. Artinya, baik masyarakat, pihak swasta, pemerintah dalam
hal melaksanakan transaksi jual beli, maupun perbuatan hukum lainnya yang berhubungan dengan penentuan nilai suatu harta Obyek Pajak agar berpedoman
kepada nilai tersebut Objek Pajak. Namun apabila terjadi transaksi di atas dari nilai yang telah ditetapkan maka atas kelebihan transaksi tersebut dimungkinkan dikenakan
pajak tertentu.
41
Andri Simanjuntak, “Solusi untuk mengatasi permasalahan penetapan NJOP dalam PBB” 25 April 2005, www.ortax.com, terakhir kali diakses pada tanggal 10 September 2009
Universitas Sumatera Utara
50 masyarakat, secara bertahap penentuan NJOP dapat sepenuhnya diserahkan kepada
masyarakatwajib pajak sesuai mekanisme pasar, dengan konsekuensi sebagaimana yang dikemukakan di atas. Secara bertahap maksudnya, atas obyek-obyek pajak yang
ternilai tinggimempunyai kriteria atau karakteristik tertentu NJOP-nya dapat ditentukan secara individual oleh wajib pajak yang bersangkutan bisa dengan
mempergunakan jasa penilai, sedangkan obyek pajak lainnya nilai jualnya masih ditentukan secara masal oleh pemerintah.
Langkah ketiga, membuat perangkat peraturan yang secara tegas mengatur tentang
kewajiban para pejabat yang dalam tugasnya berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan obyek pajak, dan sanksi yang dapat diterapkan. Apabila
pejabat di maksud tidak memberikan laporan yang sebenarnya. Seperti yang di maksud dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 pada
Pasal 21 yang berbunyi : Pejabat yang dalam jabatannya atau tugas pekerjaannya berkaitan langsung dengan obyek pajak, wajib :
a. Menyampaikan laporan bulanan mengenai semua mutasi dan perubahan keadaan obyek pajak secara tertulis kepada Dirjen Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
letak obyek pajak. b. Memberikan keterangan yang diperlukan atas permintaan Dirjen Pajak.
Menurut penjelasan Pasal 21 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994, pejabat yang tugas pekerjaannya berkaitan langsung dengan obyek pajak
adalah : Camat sebagai pejabat pembuat akta tanah, notaris pembuat akta tanah, dan pejabat
pembuat akta tanah. Sedangkan laporan tertulis tentang mutasi obyek pajak misalnya antara lain jual beli, hibah, warisan harus disampaikan kepada Dirjen Pajak yang
Universitas Sumatera Utara
51 wilayah kerjanya meliputi letak obyek pajak. Mekanisme dan enforcement di atas
dimaksudkan agar pejabat yang dimaksudkan di atas ikut juga menjaga kondisi yang telah diterapkan oleh pemerintah dalam penetapan NJOP.
Universitas Sumatera Utara
10
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemilihan Judul