Permohonan Pengurangan NJOP PBB

82 Pasal 17 mengenai aturan banding pada undang-udang ini dihapuskan. Prosedur banding merujuk pada Pasal 27 Undang-Undang Nomor 9 tahun 1994 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Dengan adanya ketentuan baru ini, maka kepastian hukum putusan badan peradilan pajak untuk saat ini Badan Penyelesaian Sengketa Pajak menurut Undang- Undang Nomor 17 tahun 1997 dapat diwujudkan, sehingga atas setiap putusan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dapat langsung dieksekusi, dan tidak dapat dilakukan upaya hukum lainnya sehingga arus penerimaan pajak dapat terjamin.

C. Permohonan Pengurangan NJOP PBB

Selain upaya keberatan dan banding Atas Penetapan Nilai Jual Objek Pajak ,dalam menanggapi masalah besaran Nilai Jual Objek Pajak dari setiap wajib pajak, terdapat ketentuan yang mengatur mengenai permohonan pengurangan NJOP. Ketentuan tersebut dapat dilihat pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110PMK.032009 yang menyatakan bahwa setiap Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan NJOP PBB. Hal ini bertujuan untuk memenuhi unsur keadilan dalam menetapkan besaran NJOP oleh pemerintah sehingga diskriminasi pajak dapat terhindarkan. Pengurangan Pajak Bumi dan bangunan adalah pemberian keringanan Pajak yang terutang atas Subjek Pajak dalam hal 65 1. Wajib pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu Objek Pajak yang ada hubungannya dengan Subjek Pajak dan atau karena sebab-sebab tertentu lainnya, yaitu: : 65 Marihot Pahala Siahaan, Op Cit, hal 431 Universitas Sumatera Utara 83 a. Objek pajak berupa lahan pertanian perkebunan perikanan peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak orang pribadi; b. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang berpenghasilan rendah yang nilai jualnya meningkat akibat adanya pembangunan atau perkembangan lingkungan. c. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari pensiunan, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi; d. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang berpenghasilan rendah sehingga kewajiban PBBnya sulit dipenuhi; e. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib pajak veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela kemerdekaan; f. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas yang serius sepanjang tahun, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin perusahaan; 2. Wajib Pajak orang pribadi atau badan dalam hal objek pajak yang terkena bencana alam gempa bumi, banjir, tanah longsor, gunung meletus dan sebagainya atau sebab-sebab lain yang luar biasa kebakaran, kekeringan, wabah penyakit dan hama tanaman.pengurangan NJOP PBB. Universitas Sumatera Utara 84 Selain itu, ada pengurangan yang dikarenakan Objek Pajak PBB tanpa melihat subjek PBB lagi , yaitu tanah dan atau bangunan yang 66 1. Terkena Bencana Alam : Adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. 2. Sebab Lain Yang Luar Biasa Meliputi kebakaran, wabah penyakit tanaman, dan atau wabah hama tanaman. Cara Pengajuan Permohonan pengurangan NJOP PBB : 67 b. Untuk ketetapan PBB di atas Rp 100.000,- harus diajukan oleh WP yang bersangkutan dengan melampirkan fotokopi SPPTSKP PBB Tahun Pajak yang dimohonkan. 1. Permohonan pengurangan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau Kepala Kantor Pelayanan PBB yang menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPTSurat Ketetapan Pajak SKP. 2. Isi surat permohonan menyebutkan prosentase pengurangan yang dimohonkan 3. Pengajuan permohonan dilakukan dengan ketentuan : a. Untuk ketetapan PBB sd Rp 100.000,- dapat diajukan secara perseorangan atau kolektif melalui Kepala DesaLurah yang bersangkutan dengan formulir yang telah ditentukan. 66 Raden Suparman, “Pengurangan PBB”, 12 Juli 2009, diperoleh dari www. pajaktaxes.blogspot.com, terakhir kali diakses pada tanggal 03 November 2009 67 Aji Kusuma, “Tata cara Pengurangan PBB”, tanggal 22 April 2008, dari www.pajak.go.id, terakhir diakses tanggal 14 Agustus 2009 Universitas Sumatera Utara 85 c. Untuk WP Badan, melampirkan fotokopi : 1 SPPTSKP PBB tahun yang dimohonkan; 2 SPT PPh tahun terakhir beserta lampirannya. 3 STTS tahun pajak terakhir atau struk ATM Counter Teller pembayaran PBB 4 Laporan keuangan perusahaan. d. Untuk Objek Pajak yang terkena bencana alam, hama tanaman, dan sebab lain yang luar biasa dan bersifat kolektif diajukan oleh Kepala DesaLurah dengan diketahui oleh Camat dengan mencantumkan nama-nama Wajib Pajak yang dimohonkan pengurangannya dengan mempergunakan formulir yang telah ditentukan. 4. Permohonan diajukan selambat-lambatnya 3 bulan sejak SPPTSKP diterima WP atau sejak terjadinya bencana alam atau sebab-sebab lain yang luar biasa. 5. Pengurangan secara kolektif diajukan sebelum SPPT diterbitkan selambat- lambatnya tanggal 10 Januari untuk tahun pajak yang bersangkutan. 6. Apabila batas waktu pengajuan tersebut tidak dipenuhi, maka permohonannya tidak diproses, dan Kepala Kantor Pelayanan PBB yang bersangkutan harus memberitahukan secara tertulis kepada WPKepala DesaLurah, disertai penjelasan seperlunya. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang membawahi Kepala Kantor Pelayanan PBB yang menerbitkan SPPT dan atau SKP, atas nama Menteri Keuangan memberikan Keputusan atas permohonan pengurangan pajak terutang yang lebih dari Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah. Sedangkan Kepala Kantor Universitas Sumatera Utara 86 Pelayanan PBB yang menerbitkan SPPT dan atau SKP, atas nama Menteri Keuangan memberikan Keputusan atas permohonan pengurangan pajak terutang yang lebih dari Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah. Keputusan atas permohonan pengurangan besarnya PBB yang diajukan WP dapat berupa 68 68 Hilman Surawiguna, “Pengurangan PBB”, 20 Januari 2008 data diperoleh dari : a. Mengabulkan seluruh permohonan; b. Mengabulkan sebagian; c. Menolak. Keputusan atas permohonan pengurangan pajak harus diterbitkan selambat- lambatnya 3 tiga bulan sejak diterimanya permohonan pengurangan WP. Jangka waktu sebagaimana tersebut terhitung sejak: 1. Tanggal tanda terima Surat Permohonan, dalam hal Surat Permohonan disampaikan secara langsung 2. Tanggal stempel pos, dalam hal Surat Permohonan dikirimkan melalui pos biasa maupun tercatat atau sarana pengiriman lainnya. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Keputusan belum diterbitkan, maka permohonan pengurangan pajak dianggap dikabulkan. Keputusan pengurangan yang dikeluarkan, berlaku untuk tahun pajak yang bersangkutan. www.pajak.go.id, terakhir kali diakses pada tanggal 10 Oktober 2009 Universitas Sumatera Utara 87 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan