15 ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan perangkat
ketentuan di bidang hokum perpajakan. 2.
Secara praktis Melalui penulisan skripsi ini, diharapkan dapat memberikan masukan dan
pemahaman yang lebih mendalam bagi aparat penegak hukum dan masyarakat sehingga akan lebih mengetahui bagaimanakah system penetapan NJOP dalam
PBB di Indonesia.
D. Keaslian Penulisan
Karya tulis ini merupakan karya tulis asli, dimana dalam hal ini penulis berupaya untuk menuangkan segenap gagasan dan sudut pandang tentang Nilai Jual
Objek Pajak NJOP yang ada di dalam Pajak Bumi dan Bangunan PBB. Sepanjang yang ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara bahwa penulisan tentang “Sistem Penetapan Nilai Jual Obyek Pajak Dalam Pajak Bumi dan Bangunan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994” belum
pernah ditulis sebelumnya. Walaupun dalam beberapa penulisan sebelumnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Hukun
Ekonomi dapat dijumpai kesamaan dari segi substansi dasar mengenai kajian Perpajakan, akan tetapi penulisan skripsi yang memfokuskan dalam penetapan Nilai
Jual Objek Pajak di dalam Pajak Bumi dan Bangunan belumlah dijumpai. Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai
melalui penulisan skripsi ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan karya sendiri yang asli dan bukan jiplakan dari skripsi orang lain, dimana diperoleh
melalui pemikiran para pakar dan praktisi, referensi, buku-buku, bahan seminar,
Universitas Sumatera Utara
16 makalah-makalah, media cetak seperti koran-koran, media elektronik seperti
internet serta bantuan dari berbagai pihak, berdasarkan kepada asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, dan terbuka. Semua ini tidak lain adalah merupakan implikasi
atis dari proses penemuan kebenaran ilmiah, sehingga hasil penulisan ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Uraian dalam penulisan ini adalah seputar masalah Sistem Penetapan Nilai Jual Objek Pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan menurut Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1994. Untuk itu, sebagai tahap awal perlu terlebih dahulu diberikan batasan mengenai arti dari Pajak, Pajak bumi dan Bangunan dan Nilai Jual Objek Pajak.
Pajak memiliki manfaat sebagai berikut
6
1. Sebagai sumber penerimaan negara.
:
Penerimaan pajak dimasukkan dalam APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dalam sisi penerimaan dan dipakai untuk membiayai pengeluaran
pemerintah. Sejak dasawarsa 80-an, peranan pajak jauh di atas pos-pos penerimaan yang lain seperti penerimaan migas dan PNBP Penerimaan Negara
Bukan Pajak. Deviden atau keuntungan BUMN Badan Usaha Milik Negara yang dimasukkan ke kas pemerintah, tergolong sebagai PNBP.
2. Sebagai alat pemerataan pendapatan.
Untuk mewujudkan keadilan sosial, dibutuhkan instrumen-instrumen yang menjamin pemerataan sosial-ekonomi. Pajak sebagai alat pemerataan pendapatan
6
Indra Ismawan, Memahami Reformasi Perpajakan 2000, Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindo kelompok Gramedia, 2001 hal 13-14
Universitas Sumatera Utara
17 dilakukan dengan menerapkam tarif pajak progresif tarif pajak lebih tinggi
untuk golongan masyarakat yang berpendapat tinggi. Akan tetapi secara de facto, tarif pajak progresif hanya bisa efektif sebagai instrumen pemerataan apabila dana
yang dikumpulkan kemudian di-alokasikan benar-benar untuk kepentingan golongan masyarakat berpendapat menengah ke bawah. Pengalokasian pajak
untuk memperbaiki fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu,
merupakan contoh betapa pajak progresif efektif sebagai instrumen pemerataan. 3.
Alat mendorong investasi. Apabila realisasi penerimaan pajak dalam APBN ternyata lebih besar dari
anggaran pengeluaran rutin, maka ada saldo yang dapat digunakan untuk membiayai investasi pemerintah. Menurut teori ekonomi, investasi akan
meningkatkan pendapatan masyarakat melalui proses pelipatan multiplying effect.
Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, saldo tersebut bisa dialokasikan langsung untuk menambah proyek-proyek pembangunan. Akan tetapi, dapat juga
saldo anggaran disimpan lebih dahulu dalam tabungan pemerintah government saving untuk dialokasikan pada periode anggaran berikutnya.
Pada mulanya pajak diartikan sebagai upeti pemberian secara cuma-cuma namun sifatnya merupakan kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus
dilaksanakan oleh rakyat kepada seorang raja atau penguasa. Rakyat ketika itu memberikan upeti kepada raja atau penguasa berbentuk natura berupa padi, ternak dan
hasil tanaman lain seperti pisang, kelapa, dan lain-lain. Pemberian yang diberikan oleh rakyat itu dipergunakan untuk kepentingan raja atau penguasa, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
18 imbalan atas prestasi yang dikembalikan kepada rakyat tidak ada.
Kemudian, di dalam perkembangannya tidak ada lagi seperti yang disebutkan diatas, pemberian yang dilakukan rakyat kepada raja atau penguasa digunakan untuk
kepentingan umum seperti untuk menjaga keamanan rakyat, memelihara jalan, membangun saluran air untuk pengairan sawah, membangun sarana social
lainnyaseperti taman serta kepentingan umum lainnya. Adanya perkembangan masyarakat yang akhirnya membentuk suatu negara
dan dengan dilandasi unsure keadilan dalam pemungutan pajak, maka dibuatlah suatu ketentuan berupa Undang-Undang yang mengatur mengenai bagaimana tata cara
pemungutan pajak, jenis-jenis pajak apa saja yang dapat dipungut, siapa saja yang harus membayar pajak serta berapa besarnya pajak yang harus dibayar.
Banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh P.J.A. Andriani
7
R.Soemitro mengartikan, bahwa , adalah:
“Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat dipungut dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan
tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.”
8
: “Pajak sebagai iuran kepada kas negara peralihan kekayaan dari sector
partikelir ke sektor pemerintah berdasarkan Undang-Undang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa timbale baliktegen prestatie
yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.”
7
P.J.A Andriani seperti dikutip R.Santoso, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Jakarta : Penerbit PT.Eresco, 1981, hal 12.
8
Rochmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Jakarta : Penerbit PT.Eresco, 1977, hal 22.
Universitas Sumatera Utara
19 Adapun defenisi lain tentang pajak, yaitu
9
1. Iuran, yang wajib dibayar oleh rakyat sebagai sumbangan kepada Negara
propinsi, kotapraja dan sebagainya ada banyak macamnya menurut apa yang dipakai dasar pemungutan iuran itu seperti bumi tanah, jalan, kekayaan,
kendaraan, pembayaran, pendapatan penghasilan, pencarian, peralihan perseroan, radio, rumah tangga, tontonan, upah dan sebagainya; surat misalnya
surat izin senjata api dan sebagainya. :
2. Hal untuk mengusahakan sesuatu dengan membayar sewa atau uang kepada
negara. Sedangkan Soeparman Soemahadidjaja memberikan defenisi pajak,
menurut Beliau, pajak adalah
10
Masih banyak lagi defenisi atau pengertian pajak yang dikemukakan oleh para sarjana lainnya, namun secara umum dapat disimpulkan ciri-ciri yang melekat pada
: “Suatu iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”
Beliau mencantumkan istilah iuran wajib dengan harapan bahwa pajak
dipungut dengan bantuan dan kerjasama dengan WP, sehingga perlu pula dihindari penggunaan istilah “paksaan”. Selanjutnya Beliau berpendapat terlalu berlebihan
kalau khusus mengenai pajak ditekankan pentingnya unsure paksaan karena dengan mencantumkan unsur paksaan seakan-akan tidak ada kesadaran masyarakat untuk
melakukan kewajibannya.
9
W.J.S Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Penerbit PT Balai Pustaka, 1987, hal 588.
10
S. Munawir, Perpajakan, Yogyakarta : Penerbit Liberty, 1992, hal 3.
Universitas Sumatera Utara
20 pengertian pajak adalah
11
1. Pajak di pungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah berdasarkan kekuatan Undang-Undang dan pelaksanaannya. :
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya prestasi individual oleh
pemerintah tidak ada hubungan antara jumlah pembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individual.
3. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran pembayaran-pembayaran pemerintah yang
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus dipergunakan untuk membiayai “public investment”.
4. Tujuan utama dari pemungutan pajak adalah sebagai sumber pemasukan keuangan
negara budgeter, selain itu juga berfungsi mengatur untuk mendukung kebijakan Negara
5. Pajak dipungut karena suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu pada seseorang sebagai WP. Dari beberapa definisi pajak yang dikemukakan diatas mengandung unsur-
unsur
12
1. Suatu pemungutan yang dapat dipaksakan karena wewenang yang dimiliki
pemerintah; :
2. Harus berdasarkan norma-norma umum dan Undang-undang;
3. Merupakan iuran rakyat kepada pemerintah secara insidentil atau periodik, dimana
yang dimaksud dengan rakyat baik perseorangan maupun badan; 4.
Prestasi pemerintah diberikan secara umum dan sulit untuk ditunjukkan;
11
Zainul Pelly, Pengantar Hukum Pajak, Medan : Penerbit USU Press, 1993, hal 4.
12
Boediono B, Perpajakan Indonesia, Jakarta : Penerbit Diadit Media, 2000, hal 9
Universitas Sumatera Utara
21 5.
Untuk membiayai pengeluaran umum. Sedangkan PBB adalah suatu kelanjutan dari pemungutan yang didasari oleh
pajak dari tanah yang dimiliki atau digarap oleh rakyat Indonesia, seperti “Contingenten” dan “Verplichte Leverantieen” yang lebih dikenal dengan nama
tanam paksa. Namun seiring perkembangannya pajak ini sering berganti nama dan pada tahun 1985 dikeluarkanlah suatu Undang-Undang yang mengatur tentang pajak
ini yang diberi nama Pajak bumi dan bangunan yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985.
PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan atau bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat namun demikian hampir seluruh
realisasi penerimaan PBB diserahkan kepada Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun KabupatenKota
13
Nilai Jual Obyek Pajak merupakan harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual
. Dasar pengenaan PBB adalah NJOP. NJOP ditentukan per wilayah
berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dengan terlebih dahulu memperhatikan :
1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar; 2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan
telah diketahui harga jualnya; 3. Nilai perolehan baru;
4. Penentuan nilai jual objek pengganti.
13
Tony Marsyahrul, Op Cit, hal. 136
Universitas Sumatera Utara
22 beli, Nilai Jual Obyek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek
lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Obyek Pajak pengganti
14
F. Metode Penelitian