Subekti, R, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1979. -------------, Aneka Perjanjian, Cet.VII, Bandung:Alumni, 1985.
--------------, Hukum Perjanjian, Cet. XII, PT. Intermasa, Jakarta, 1990. Subekti, R, dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata=Burgerlijk
Wetboek terjemahan, Cet. 28, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1996. Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitan Hukum, Ghalia Indonesia, Jakrta 1998,
hal. 195, sebagaimana dikutip dari Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta,
1990
Sutantio, Retnowulan, dan Iskandar Oerip, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, Alumni, Bandung, 2000.
Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Cet. 1, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
Syahrani, Riduan, Seluk-Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung:Alumni, 1992.
Syamsuddin, Amir, Hukum Siber, Jurnal Keadilan, Vol. 1. No. 3, September 2001, Penerbit Pusat Kajian Hukum dan Keadilan.
Tim Naskah Akademis BPHN, Naskah Akademis Lokakarya Hukum Perikatan, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, 1985.
B. INTERNET Lestari, Dewi, Konsumen, E-Commerce dan Permasalahannya, diakses dari situs :
e-Commerce - http:www.lkht.netartikel_lengkap.php?id=16
, tanggal 12 Februari 2008.
Maghfirah, Dwi, Esther, Perlindungan Konsumen dalam E-Commerce, diakses dari situs : http:pkditjenpdn.depdag.go.iddownloadindex.php?Perlindungan
konsumen dalam E-Commerse, tanggal 15 Agustus 2010. Makarim, Edmon, Apakah Transaksi Secara Elektronik Mempunyai Kekuatan
Pembuktian, diakses dari situs : e-Commerce
- http:www.lkht.netartikel_lengkap.php?id=16
tanggal 4 April 2008. Saat, Redynal, Electronic Commerce, Peluang dan Kendala, diakes dari situs :
e- Commerce -
http:www.lkht.netartikel_lengkap.php?id=16 , tanggal 10
April 2008
Universitas Sumatera Utara
Sari, Asrini, Juwita, Tanggapan atas UU No. 11 Tahu n2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, diakses dari situs : http:asrini.wordpress.com, tanggal
12 Agustus 2010. Uncitral Model Law on Electronic Commerce,diakses dari situs : http:www.Uncitral
Model Law.com. Rabu, 14 Juni 2006 C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata
UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Universitas Sumatera Utara
BAB III TINJAUAN TENTANG HUKUM DESAIN INDUSTRI
A. Pengertian Desain Industri
Revolusi industri di Inggris pada sekitar abad 18 telah mengubah dunia secara drastis. Teknologi telah mengambil alih peran manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya terutama dalam hal mengatasi ruang dan waktu. Temuan-temuan besar seperti mesin uap, mesin cetak dan lain-lain membuat para inventor dan perusahaan
besar mulai sering memamerkan hasil-hasil temuan mereka. Namun, bersamaan dengan ditemukannya teknologi industri timbul kekhawatiran bahwa ada
kemungkinan ide atau gagasan-gagasan mereka dicuri oleh pesaing-pesaing bisnis mereka atau orang yang akan menggunakannya tanpa ijin dan mengambil keuntungan
pribadi, tanpa memperhatikan hak-hak penemu, sehingga mereka enggan ikut dalam pameran-pameran internasional world fair . Sejak saat ini dia antara mereka timbul
kebutuhan perlindungan hak hasil kekayaan intelektual. Kebutuhan perlindungan atas suatu desain industri mulai dikenal sekitar abad ke 18. Kebutuhan perlindungan
hukum ini dimotori sekelompok profesional, Patent Lawyers yang sedang berkumpul di Vienna, Austria dalam suasana Vienna World Fair pada tahun 1873. Pada 1883
mereka mengadakan konvensi di Paris yang kemudian dikenal dengan The Paris Convention for the Protection of Industrial Property. Saat ini Paris Convention
mengakomodasi perlindungan penemuan-penemuan di bidang industri seperti hak atas paten, merek, rahasia dagang, desain tata letak sirkuit terpadu, indikasi geografis,
varietas tanaman termasuk desain industri.
23
23
Venantia Hadiarianti, Desaian Industri sebagai Seni Terapan dilindungi oleh Hak Kekayaan Intelektual, diakses dari situs :http:www.atmajaya.ac.id, tanggal 5 November 2010.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pertemuan Putaran Uruguay di Marrakes, Maroko 1994, Indonesia hadir dan menandatangani The Final Act Embodying the Results of The Uruguay
Round of Multilateral Trade Negotiations yang menghasilan dibentuknya organisasi perdagangan dunia World Trade Organization. Moment ini mempunyai arti yang
luas dan dalam bagi Indonesia, baik secara politis, ekonomi dan hukum. Selain menjadi anggota WTO yang mempunyai hak-hak sebagai anggota juga kewajiban-
kewajiban antara lain mentaati seluruh keputusan-keputusan yang diambil organisasi ini. Di dalam lampiran The Final Act terdapat lampiran Trade Releated Aspect of
Intellectual Property Aspek-aspek dagangan kekayaan intelektual. Dampak dari hal itu ada kewajiban bagi negara anggota untuk melakukan harmonisasi peraturan-
peraturan termasuk peraturan kekayaan intelektual. Maka, pada tahun 2000, pemerintah Indonesia menerbitkan beberapa peraturan HKI, yaitu Undang-Undang
No. 29 tahun Tentang Varietas Tanaman; Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang; Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 Tentang Desain
Industri; Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Menurut David I. Brainbridge, desain adalah aspek dari gambaran suatu benda. Dalam Hak Atas Kekayaan Intelekrtual, desain bukanlah benda itu sendiri.
Desain memiliki arti yang lebih sempit. Arti kata desain mengacu pada gambaran suatu bentuk atau gambar yang menunjukkan susunan suatu benda. Kemungkinan lain
yang dapat terjadi adalah desain dengan pola dekoratif, tetapi dalam istilah hukumnya David I. Brainbridge menyatakan:
24
24
David I. Brainbridge, Intellectual Property, Third Edition, Pitman Publishing, London, 1996, hal. 356
Universitas Sumatera Utara
“Design is definite based on the reference to the rules that is applied on the registered design or the right of design.”
Jeremy Philips and Alison Firth berpendapat bahwa desain mencakup segala aspek tentang bentuk atau konfigurasi baik internal maupun eksternal baik yang
merupakan bagian maupun keseluruhan dari sebuah benda. Dekorasi permukaan dikesampingkan dan suatu desain harus spesifik. Lebih jauh mereka memberikan
pendapat :
25
Black’s Law Dictionary mendefinisikan desain industri sebagai berikut: “A design is not, therefore, a product or a means by which a product is made,
it is the aesthetic feature which appeals to the eye and thus gives an attractive or distinctive quality to the goods to which it is applied. The meaning of ‘shape’,
‘configuration’, ‘pattern’ and ‘ornament’ are not defined by statute and could, it is submitted, have been left out of the definition of design without any loss meaning-
unless there is a feature which, in the finished article, appeals to and is judged solely by the eye, and which is not a shape, configuration, pattern or ornament.”
Dengan demikian desain merupakan gambaran keindahan yang memberikan daya tarik atau kualitas khusus untuk barang-barang yang diterapkan.
26
25
Jeremy Philips and Alison Firth, Introduction to Intellectual Property Law, Third Edition, Butterworth, London, 1999,hal. 317
26
Bryan A. Garner, et, al, Black’s Law Dictionary, Eighth Edition, West Publishing Co, St. Paul, Minh, 2004, hal. 791
“Desain industri adalah bentuk, konfigurasi, pola atau ornament yang digunakan dalam proses industri, dan sering digunakan sebagai penciri penampilan
suatu produk.”
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, dalam hukum positif Indonesia, desain industri diatur dalam UU No. 31 Tahun 2000. Pasal 1 ayat 1 UU No. 31
Tahun 2000 merumuskan desain industri sebagai berikut: “Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau
komposisi garis atau warna , atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis serta dapat
dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.,”
World Intellectual Property Organization WIPO memberikan definisi yang terperinci mengenai desain industri sebagai berikut:
“Any composition of lines or colors or any three dimensional form, whether or not associated with lines or colors, is deemed to be an industrial design, provided that
such composition or forms gives a special appearance to a product of industry or handycraft and can serve as a pattern for a product of industry or handicraft.”
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa desain industri meliputi pula pola untuk barang kerajinan, selain untuk barang industri.
Desain industri adalah “pola” yang digunakan dalam proses pembuatan barang baik secara komersial dan berulang-ulang. Karakter penggunaan berulang adalah
suatu pembeda dari kreasi dalam hak cipta. Karakter yang lain sebuah desain industri adalah adanya hubungan dengan estetika, keamanan, dan kenyamanan dalam
penggunaan suatu produk, sehingga mendukung dalam pemasarannya. Perlindungan desain industri berbeda dengan hak cipta. Dalam desain industri
perlindungan desain industri diberikan pada produk yang baru atau original. Sebuah desain dinyatakan baru atau original apabila memiliki perbedaan dari desain yang
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya atau modifikasi dari desain itu. Singkatnya, desain lebih menekankan pada segi estetisnya.
B. Subjek dan Objek Desain Industri