Studi Kondisi Dan Pemanfaatan Lanskap Pada Beberapa Sekolah Menengah Atas Negeri Di Jakarta Timur
STUD
BEB
DI KOND
BERAPA S
DEPA
IN
DISI DAN
SEKOLA
JA
RID
ARTEMEN
FAKU
NSTITUT
N PEMAN
AH MENE
AKARTA
DO MONT
N ARSIT
ULTAS PE
T PERTA
2011
NFAATAN
ENGAH A
TIMUR
THAZERI
TEKTUR
ERTANIA
ANIAN BO
1
N LANSK
ATAS NE
LANSKA
AN
OGOR
KAP PAD
EGERI D
AP
DA
I
(2)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Kondisi dan Pemanfaatan Lanskap pada Beberapa Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta Timur” adalah benar merupakan hasil karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka skripsi ini.
Bogor, April 2011
Rido Monthazeri A44062733
(3)
RINGKASAN
RIDO MONTHAZERI. Studi Kondisi dan Pemanfaatan Lanskap pada Beberapa Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta Timur. Dibimbing oleh Tati Budiarti.
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) menurut UU No. 20 Tahun 2003 merupakan jenjang pendidikan formal tingkat menengah yang dikelola oleh pemerintah di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Keberadaan lembaga pendidikan ini cukup menjadi pusat perhatian dan tak jarang menjadi barometer kualitas pendidikan di Indonesia. Pada umumnya sekolah hanya berupa bangunan kokoh dimana para siswa diwajibkan untuk belajar di dalamnya. Bahkan terkadang nyaris tidak terdapat ruang terbuka dan kalaupun ada kurang memadai untuk kegiatan outdoor edukatif bagi siswa atau kegiatan rekreatif lainnya.
Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta dengan sampel tujuh sekolah, SMAN 12, SMAN 42, SMAN 44, SMAN 48, SMAN 53, SMAN 81 dan SMAN 113, dimulai pada bulan Februari sampai dengan September. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi penggunaan ruang terbuka, elemen RTH, mengetahui persepsi dan preferensi pengguna terhadap RTH serta membuatuat rekomendasi pemanfaatan RTH sekolah. Penelitian dibatasi pada penampilan kondisi fisik sekolah secara umum, penataan halaman dari bangunan sekolah, keberadaan sarana outdoor sebagai fasilitas penunjang kegiatan, persepsi dan preferensi pengguna terhadap elemen yang ada pada lanskap sekolah dan pemanfaatannya. Penelitian ini merupakan penelitian observatif, data dianalisis secara deskriptif.
Tahapan penelitian meliputi persiapan penelitian, survei, analisis dan sintesis serta pembuatan rekomendasi. Data primer diperoleh dengan cara survei langsung ke lapang, wawancara dengan pihak sekolah dan menyebar kuisioner, sedangkan untuk data sekunder dengan cara mengumpulkan data dari instansi-instansi terkait.
Berdasarkan hasil survey, pengamatan dan perolehan data yang dimiliki masing-masing sekolah terdapat angka penggunaan ruang yang bervariasi. Luas total tanah yang ada mulai dari 2.351 m2 sampai dengan 15.354 m2. Luas tanah yang paling kecil yaitu pada SMAN 12, sedangkan yang paling luas yaitu SMAN 113. Ruang terbangun (RB) berisi bangunan yang berdiri di atas luasan tanah tersebut, luasan RB yang ada antara lain mulai dari 1.750 m2 sampai dengan 4.500 m2, di mana RB yang paling kecil terdapat pada SMAN 12 dan yang terluas ada pada SMAN 44. Ruang terbuka (RT) atau ruang yang tidak diisi oleh bangunan mulai dari 601 m2 sampai dengan 11.422 m2. Ruang Terbuka Hijau (RTH) dijumpai mulai dari 96 m2 sampai dengan 8.206 m2, RTH yang paling kecil ada pada SMAN 12 sedangkan sekolah dengan RTH yang paling luas yaitu SMAN 113.
Dari hasil survey dan pengamatan, dijumpai 15-37 spesies pohon di setiap sekolah sampel dan terdata sekitar 74 spesies. Semak 4-48 spesies dan terdata sekitar 68 spesies. Tanaman penutup tanah 6-13 spesies dan terdata sekitar 32 spesies. Tanaman merambat hanya dimiliki oleh lima sekolah, 1-6 spesies dan terdata sekitar 11 spesies. Tanaman air hanya dimiliki oleh tiga sekolah, 1-3 spesies dan terdata sekitar 5 spesies.
(4)
Nilai dominansi merupakan nilai yang menunjukan tingkatan dominan suatu tanaman diantara semua tanaman yang ditemukan di tujuh sampel sekolah. Glodogan tiang (Polyalthia longifolia) memiliki nilai dominansi tertinggi dari kategori pohon (14,41%) dan keberadaannya sebesar 71,43%. Untuk semak, teh-tehan (Acalipha macrophyla) memiliki nilai dominansi 12,42% dan keberadaannya sebesar 85,71%. Untuk penutup tanah Lili paris (Clorophytum sp.) memiliki nilai dominansi 28,43% dan keberadaannya sebesar 57,14%.
Sebanyak 43,3% warga sekolah mengatakan bahwa lanskap sekolah mereka telah cukup nyaman. Kesan nyaman terhadap lanskap sekolah paling banyak (56,6%) dirasa pada SMAN 42 dan terasa kurang nyaman paling banyak (33,3%) dirasa pada SMAN 12. Sedangkan untuk kesan kenyamanan, umumnya (47,1%) responden mengatakan bahwa lanskap sekolah mereka sedikit teduh. Kesan teduh terhadap lanskap sekolah paling banyak (53,3%) dirasa responden pada SMAN 42. Terasa gersang/panas paling banyak (36,7%) dirasa responden pada SMAN 12 dan 44. Selanjutnya untuk kesan kelapangan, umumnya (35,7%) responden mengatakan bahwa lanskap sekolah mereka sedikit lapang. Kesan lapang terhadap lanskap sekolah paling banyak (56,7%) dirasa responden pada SMAN 113. Kesan sangat sempit paling banyak (23,3%) dirasa responden pada SMAN 12.
Pemanfaatan RTH pada SMAN di Jakarta harus terintegrasi dengan mata ajaran yang ada. Peranan RTH dalam membantu proses pemahaman siswa dalam mata ajar tertentu yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup berdasarkan garis-garis besar isi materi (GBIM) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan menggunakan rumus pendugaan daya dukung, hanya SMAN 12 yang daya dukung RTH nya tidak cukup untuk menampung jumlah siswa dalam satu kelas (rata-rata siswa dalam satu kelas 30-40 siswa). Namun, kegiatan
outdoor class masih bisa diatur dengan menggunakan RTB yang ada.
Peran RTH sebagai ameliorasi iklim mikro dirasa cukup efektif. Dengan menggunakan perhitungan THI, diketahui bahwa THI rata-rata dari keseluruhan sekolah sampel sedikit di atas batas kenyamanan, yaitu sebesar 28,4. Namun jika dilihat berdasarkan perbedaan tempatnya, di bawah naungan pohon, di lapangan (tanpa naungan), dan di dalam kelas, maka terlihat ada perbedaan yang cukup nyata. Nilai THI pada lapangan lebih besar dari pada di bawah naungan pohon dan di dalam ruangan, artinya adanya vegetasi yang memberikan naungan (RTH) secara signifikan dapat meningkatkan kenyamanan dalam suatu kawasan dengan menurunkan nilai THI 1-2 point.
(5)
STUD
BEB
Sebaga
DI KOND
BERAPA S
ai Salah Sat Depar
DEPA
IN
DISI DAN
SEKOLA
JA
RIDtu Syarat un rtemen Arsi Ins
ARTEMEN
FAKU
NSTITUT
N PEMAN
AH MENE
AKARTA
DO MONT Skrips ntuk Mempe itektur Lans titut PertaniN ARSIT
ULTAS PE
T PERTA
2011
NFAATAN
ENGAH A
TIMUR
THAZERI si eroleh Gela skap Fakult ian BogorTEKTUR
ERTANIA
ANIAN BO
1
N LANSK
ATAS NE
ar Sarjana Pe tas Pertanian
LANSKA
AN
OGOR
KAP PAD
EGERI D
ertanian pad nAP
DA
I
da(6)
©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penilitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan sutau masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
(7)
Judul : Studi Kondisi dan Pemanfaatan Lanskap pada Beberapa Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta Timur
Nama : Rido Monthazeri
NRP : A44062733
Disetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Tati Budiarti, MS. NIP. 19610720 198403 2 002
Diketahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
(8)
Penulis dilahirkan di Kota Bekasi, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 14 Februari 1988. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Muhadi dan Ibu Sapuri. Penulis menghabiskan masa kecilnya di Kota Bekasi dan mulai mengawali masa jenjang pendidikan formal pada tahun 1994 sampai dengan 2000 di SD Negeri Kranji 1 Bekasi Barat, Kota Bekasi. Setelah menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar, penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 14 Bekasi dari tahun 2000 sampai 2003.
Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 bekasi dan berhasil menyelesaikan masa pendidikan SMA pada tahun 2006. Semasa SMA penulis aktif dalam berbagai organisasi, dan pernah menjabat sebagai Wakil Pradana Pramuka Pangkalan SMAN 2 Bekasi dan Ketua Seksi Bidang Pendidikan Pendahuluan Bela Negara OSIS SMAN 2 Bekasi.
Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Pada tahun 2007 melalui sistem mayor minor di IPB, penulis diterima pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan, sebagai staff Kementrian Sosling BEM KM (2006-2007), staff Divisi Kewirausahaan HIMASKAP (2007-2008), Ketua Divisi Minat dan Bakat HIMASKAP (2008-2009). Selama menjadi mahasiswa penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Rekayasa Lanskap dan Tanaman Lanskap.
(9)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin puji syukur ke hadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayahnya selama hidup ini yang tidak henti-hentinya mencurahkan sayang, rizki, dan hidayahNya. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kepada para sahabat. Penelitian ini berjudul Studi Kondisi dan Pemanfaatan Lanskap Pada Beberapa Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta Timur. Penelitian ini disusun agar ruang terbuka hijau pada sekolah dapat dimanfaatkan secara optimal.
Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada banyaknya orang di sekitar penulis yang memotivasi, memberikan nasihat, serta mewarnai kehidupan penulis:
1. Pembimbing skripsi yang selalu memberikan masukan, berbagai macam saran, dan juga sebagai orang tua kedua Dr. Ir. Tati Budiarti, MS.
2. Pembimbing akademik penulis Ir. Indung S. F. M.Si atas bimbingannya selama penulis menempuh masa kuliah.
3. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr dan Akhmad Arifin Hadi, SP. MALA. atas masukan dan sarannya.
4. Bapak Muhadi dan Ibu Sapuri selaku orang tua penulis, terimakasih atas kasih sayangnya selama ini. Kakakku Ilo Sofia dan adikku Anisa Puspasari serta seluruh keluarga besar yang selalu mewarnai hidup penulis.
5. Civitas academica SMAN 12, 42, 44, 48, 53, 81, 113 terimakasih penulis haturkan atas bantuan dan kerjasamanya.
6. Ibu Teti, Bapak Sungkono, Bapak Suwarto, Bapak Christison, Bapak Iip, Bapak Rustaman, dan Ibu Dewi penulis menghaturkan terimakasih atas dukungan dan bantuannya selama penulis mengambil data.
7. Teman-teman Arsitektur Lanskap angkatan 43 terimakasih atas tawa, canda dan tangisnya.
8. Teman-teman Arsitektur Lanskap angkatan 40, 41, 42, 44, 45 dan 46 atas dukungannya.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
(10)
Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang telah dilakukan, karena niat penulis melakukan penelitian sebagai sarana panduan untuk memanfaatkan ruang terbuka hijau sekolah. Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Bogor, April 2011
(11)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
PENDAHULUAN ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Tujuan ... 2
3. Manfaat ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
1. Lanskap Sekolah ... 3
2. Ruang Terbuka Hijau ... 4
3. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau ... 8
METODOLOGI PENELITIAN ... 11
1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 11
2. Batasan dan Pendekatan Penelitian ... 12
3. Metode Penelitian ... 12
4. Pengumpulan Data ... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18
1. Kondisi Umum Jakarta Timur ... 18
1.1. Letak Geografis Jakarta Timur ... 18
1.2. Iklim ... 19
1.3. Pendidikan ... 20
2. Data dan Analisis ... 20
2.1. Lanskap Sekitar Tapak ... 20
2.2. Penggunaan Ruang ... 22
2.3. Tata Letak/Layout Sekolah ... 24
2.4. Sosial ... 33
2.5. Aktivitas ... 35
2.6. Tanaman Lanskap Sekolah ... 36
2.6.1. Fungsi Kontrol Visual ... 37 Halaman
(12)
2.6.2. Frekuensi Relatif ... 40
2.8. Pemeliharaan ... 44
2.9. Persepsi Pengguna Terhadap Lanskap Sekolah ... 46
3. Rekomendasi ... 53
3.1. Pemanfaatan Edukatif ... 53
3.2. Ameliorasi Iklim Mikro ... 57
3.3. Konsep Tata Hijau ... 61
SIMPULAN DAN SARAN ... 65
1. Simpulan ... 65
2. Saran ... 65
(13)
DAFTAR TABEL
1. Daftar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) yang Diteliti ... 11
2. Jenis, Bentuk dan Cara Pengambilan Data ... 16
3. Luas Wilayah per Kecamatan Tahun 2007 ... 18
4. Keadaan Iklim Jakarta Timur Tahun 2007... 19
5. Jumlah Sekolah, Gedung, Guru, Murid Menurut Tingkatan Tahun 2007 ... 20
6. Lanskap Sekitar Tapak Sekolah ... 21
7. Luasan Ruang dalam Lingkungan Sekolah ... 23
8. Fasilitas Lapangan Olahraga ... 34
9 . Kegiatan Ekstrakurikuler yang Menggunakan Ruang Terbuka ... 35
10 . Penggunaan Ruang dan Fasilitas ... 36
11. Persentase Desain Taman ... 44
12. Elemen Keras ... 44
13. Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman Sekolah ... 46
14. Keberadaan RTH (taman) ... 46
15. Keberadaan Tanaman di Sekolah ... 47
16. Fasilitas outdoor yang ada ... 47
17. Fasilitas yang perlu ditambah ... 49
18. Alat transportasi yang digunakan ... 50
19. Kondisi sarana parkir ... 51
20. Bahan perkerasan pada taman sekolah ... 51
21. Pola penghijauan sekolah ... 52
22. Kesan terhadap lanskap sekolah... 52
23. Ukuran pohon yang disukai ... 53
24. Bentuk partisipasi dalam pemeliharaan ... 53
25. Peranan RTH berdasarkan GBIM tingkat SMA bertema manusia dan lingkungan ... 55
26. Luas RB, RTH, dan RTB yang seharusnya ... 56
27. Daya dukung RTH untuk belajar per sekolah ... 57
28. Daftar Suhu, Kelembabab dan THI ... 60 Halaman Teks
(14)
(15)
xv
DAFTAR GAMBAR
1. Peta Orientasi Lokasi ... 11
2. Bagan Alur Pelaksanaan studi ... 15
3. Tujuh Sekolah Sampel ... 17
4. Ruang Terbuka Terbangun (RTB) Sekolah ... 23
5. Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekolah ... 23
6. Layout Sekolah (a) Letter L, (b) Letter U ... 24
7. (a) Planter Box, (b) Tanaman Dalam Pot... 25
8. Peta SMAN 12 ... 25
9. Peta SMAN 42 ... 25
10. Peta SMAN 44 ... 25
11. Peta SMAN 48 ... 25
12. Peta SMAN 53 ... 31
13. Peta SMAN 81 ... 32
14. Peta SMAN 113 ... 33
15. Lapangan Futsal (a), Lapangan Basket (b) ... 34
16. Grafik Persentase Fungsi Pohon ... 38
17. Grafik Persentase Fungsi Semak ... 38
18. Grafik Persentase Fungsi Penutup Tanah ... 39
19. Grafik Persentase Fungsi Semak ... 40
20. Konsep Pembagian Ruang dalam sekolah ... 62
21. Rekomendasi Model Sekolah ... 64 Halaman Teks
(16)
1. Daftar Tanaman Pohon Pada 7 Sekolah Sampel ... 69
2. Daftar Tanaman Semak/Perdu Pada 7 Sekolah Sampel ... 74
3. Daftar Tanaman Penutup Tanah Pada 7 Sekolah Sampel ... 78
4. Daftar Tanaman Merambat Pada 7 Sekolah Sampel... 80
5. Daftar Tanaman Air Pada 7 Sekolah Sampel ... 81
6. Daftar Pertanyaan dan Persentase Jawaban dalam Kuisioner ... 82
7. Peranan RTH Berdasarkan GBIM Tingkat SMA ... 92 Halaman Teks
(17)
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi Warga Negara Indonesia. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 5 (1) disebutkan, setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Bahkan dalam Undang Undang Dasar 1945 tertuang salah satu cita-cita nasional yang harus kita perjuangkan bersama, yaitu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Masa depan suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya. Dengan SDM yang berkualitas tinggi diharapkan secara signifikan dapat menjadi subjek dalam pembangunan agar lebih berhasil mengelola sumber daya (resources) bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu peran sebuah lembaga pendidikan, dalam hal ini keberadaan fisik dan lingkungan suatu sekolah penting untuk dicermati.
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) menurut UU No. 20 Tahun 2003 merupakan jenjang pendidikan formal tingkat menengah yang dikelola oleh pemerintah di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Keberadaan lembaga pendidikan ini cukup menjadi pusat perhatian dan tak jarang menjadi barometer kualitas pendidikan di Indonesia. Untuk menjadi siswa SMAN harus melalui ujian saringan masuk terlebih dahulu untuk menjaga kualitas peserta didik.
Menurut Sartain dalam Hasbullah (2008), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Secara umum, sekolah-sekolah diperkotaan mempunyai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sangat terbatas sehingga mempengaruhi kualitas lingkungan. Dengan demikian peningkatan kualitas RTH sangat diperlukan.
Upaya penataan ruang terbuka hijau (RTH) pada sekolah tentunya tidak mudah, isu menurunnya kualitas lingkungan yang makin sering terdengar tidak serta merta membuat warga sekolah sadar akan pentingnya sebuah lingkungan sekolah yang asri. Menurunnya kualitas udara di perkotaan, minimnya ruang terbuka hijau, banjir tahunan, dan intrusi air laut dapat mengganggu kegiatan manusia, termasuk kegiatan belajar mengajar. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan lingkungan, khususnya lingkungan sekolah.
(18)
Salah satu upaya perbaikan lingkungan khususnya lingkungan sekolah yaitu dengan meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau (RTH). Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) adanya RTH di kawasan perkotaan merupakan salah satu bagian dari kota yang sangat penting nilainya, tidak hanya ditinjau dari segi fisik dan sosial, tetapi juga dari nilai ekonomi dan ekologis. Selanjutnya dikatakan pula bahwa secara fungsional, tersedianya RTH di perkotaan merupakan “paru-paru” bagi lingkungannya dan “penyembuhan psikis” bagi pemakainya, memperlihatkan adanya keseimbangan antara tata hijau yang menyegarkan dan struktur bangunan yang bersifat kaku, juga berfungsi untuk menghasilkan suatu nilai estetika yang tinggi bagi lingkungan sekitarnya.
2. Tujuan
Tujuan dari studi ini adalah sebagai berikut :
1. Menginventarisasi kondisi ruang terbuka di SMA Negeri Jakarta Timur dan penggunaannya.
2. Menginventarisasi elemen ruang terbuka hijau (RTH) di SMA Negeri Jakarta Timur
3. Mengetahui persepsi dan preferensi pengguna terhadap ruang terbuka hijau (RTH) di SMA Negeri Jakarta Timur dan pemanfaatannya
4. Membuat model lanskap sekolah dan rekomendasi pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH) sekolah
3. Manfaat
Hasil dari studi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengelola sekolah khususnya dan pihak-pihak yang terkait dengan dunia pendidikan pada umumnya dalam hal perbaikan dan menjadi rujukan dalam perencanaan tapak untuk pembangunan sekolah.
(19)
TINJAUAN PUSTAKA
1. Lanskap Sekolah
Menurut Eckbo (1964) lanskap adalah ruang di sekeliling manusia mencakup segala hal yang dapat dilihat dan dirasakan. Menurut Hubbard dan Kimball (1917) dalam Laurie (1986), arsitektur lanskap adalah bidang seni yang menitik beratkan pada fungsi kreasi dan pelestarian keindahan lingkungan di sekitar tempat tinggal manusia dan pada lingkup alam yang lebih luas lagi selain itu berkaitan dengan peningkatan kenyamanan, kemudahan dan kesehatan penduduk perkotaan. Senada dengan Rachman (1984), arsitektur lanskap adalah bidang ilmu dan seni yang mempelajari pengaturan ruang dan massa di alam terbuka (tata ruang luar) dengan mengkomposisikan elemen-elemen lanskap alami maupun buatan manusia, beserta segenap kegiatan di dalamnya, agar tercipta kepuasan jasmaniah dan rohaniah manusia beserta makhluk hidup lainnya, selaras dengan faktor ruang, waktu dan geraknya.
Flemming dan Tscharner (1981) dalam Titidarmila (1999) berpendapat bahwa penataan tempat pendidikan akan melekat dalam ingatan, ada tempat-tempat atau objek khusus yang menjadi kenangan tersendiri bagi guru atau para murid dimana diharapkan akan didapat kenangan yang positif. Menurut Gagne dan Briggs (1979) dalam Suparno (2000) menambahkan, bahwa perencanaan pengajaran harus berdasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana individu belajar agar diketahui bagaimana kondisi-kondisi harus ditata.
Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pelajaran. Menurut tingkatannya, sekolah dibagi menjadi tingkat dasar (SD), menengah (SMP), lanjutan (SMA) dan tinggi. Dinas Pekerjaan Umum (2002) menyebutkan, sekolah adalah tempat dimana berlangsung kegiatan guru mengajar dan murid belajar. Suparno (2000) memberikan pengertian belajar secara umum merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. Bloom (1974) dalam Suparno (2000) menyatakan, terdapat tiga kategori belajar yang dikenal, antara lain domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah-ranah ini merupakan perilaku yang diniatkan untuk ditunjukkan oleh pelajar dalam cara-cara tertentu, misalnya bagaimana mereka berpikir (ranah kognitif),
(20)
bagaimana mereka bersikap dan merasakan sesuatu (ranah afektif) serta bagaimana mereka berbuat (ranah psikomotorik).
Block (1974) dalam Suparno (2000) mengatakan konsep belajar tuntas berdasarkan pikiran bahwa siswa dapat mencapai penguasaan yang integral bila kepadanya disediakan kondisi belajar yang sesuai. Suparno (2000) menambahkan, bahwa dalam menumbuhkan situasi yang mendukung proses belajar, hakikat dan kualitas interaksi belajar menjadi sangat penting. Struktur kooperatif dibanding dengan struktur kompetisi dan usaha individual lebih menunjang komunikasi diantara siswa yang lebih efektif dan pertukaran informasi yang saling membantu tercapainya hasil belajar yang baik.
Pada umumnya SMA berprestasi memiliki sarana dan prasarana yang baik, yakni luas tanah yang cukup luas, tempat parkir, lapangan olah raga, tempat bermain atau jenis kegiatan lain, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, alat bantu/peraga mata pelajaran, serta berbagai macam alat elektronik untuk menunjang mata pelajaran. Pengadaan sarana dan prasarana untuk memungkinkan terlaksananya proses pembelajaran, seperti pusat sumber belajar merupakan salah satu alternatif yang harus dikembangkan baik di sekolah, perguruan tinggi, maupun di lembaga kemasyarakatan. Fasilitas tersebut harus disertai dengan pengaturan yang tertib dan benar-benar memberikan kemudahan untuk belajar (Suparno, 2000).
2. Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Ruang terbuka hijau memiliki kekuatan untuk membentuk karakter kota dan menjaga kelangsungan hidupnya. Tanpa keberadaan ruang terbuka hijau di kota akan mengakibatkan ketegangan mental bagi manusia yang tinggal di dalamnya. Oleh karena itu, perencanaan ruang terbuka hijau harus dapat memenuhi keselarasan harmoni antara struktural kota dan alamnya, bentuknya bukan sekedar taman, lahan kosong
(21)
5
untuk rekreasi atau lahan penuh tumbuhan yang tidak dapat dimanfaatkan penduduk kota (Simond, 1983).
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1988, ruang terbuka hijau adalah bagian dari ruang terbuka kota yang didefinisikan sebagai ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pada penghijauan tanaman atau tumbuhan secara alamiah maupun buatan (budidaya tanaman) seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan, dan lainnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan dikatakan bahwa Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.
Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi (a) bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman). Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi (a) bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan (b) bentuk RTH jalur (koridor,
linear). Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi menjadi (a) RTH kawasan perdagangan, (b) RTH kawasan perindustrian, (c) RTH kawasan permukiman, (d) RTH kawasan pertanian, dan (e) RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah. Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah (taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, taman hutan raya, hutan kota) dan (b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat (taman rumah tinggal).
Jenis-jenis RTH menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.01 tahun 2007 adalah :
1. Taman kota
2. Taman wisata alam 3. Taman rekreasi
(22)
4. Taman lingkungan perumahan dan permukiman 5. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial 6. Taman hutan raya
7. Hutan kota 8. Hutan lindung
9. Bentang alam, seperti gunung, bukit, lereng dan lembah 10.Cagar alam
11.Kebun raya 12.Kebun binatang 13.Pemakaman umum 14.Lapangan olah raga 15.Lapangan upacara 16.Parkir terbuka
17.Lahan pertanian perkotaan
18.Jalur di bawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET) 19.Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa
20.Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian 21.Kawasan dan jalur hijau
22.Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara 23.Taman atap (roof garden)
Tujuan dibentuk atau disediakannya ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, antara lain untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan sebagai pengaman sarana lingkungan perkotaan dan menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna bagi kepentingan manusia (INMENDAGRI No. 14 Tahun 1988). Maksud diselenggarakannya RTH menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 adalah untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya dengan luasan yang harus direncanakan sebesar lebih kurang 25 % dari luas wilayah. Menurut Purnomohadi (2006), RTH memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi bio-ekologis dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial dan ekonomi. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam
(23)
7
lingkungan perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang sehat dan manusiawi
RTH dibangun dari kumpulan tanaman atau vegetasi yang telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan rancangan peruntukkannya. Lokasi yang berbeda (seperti pesisir, pusat kota, kawasan industri, sempadan badan-badan air, dll) akan memiliki permasalahan yang juga berbeda yang selanjutnya berkonsekuensi pada rencana dan rancangan RTH yang berbeda. Jenis tanaman endemik atau jenis tanaman lokal yang memiliki keunggulan tertentu (ekologis, sosial budaya, ekonomi, arsitektural) dalam wilayah kota tersebut menjadi bahan tanaman utama penciri RTH kota tersebut, yang selanjutnya akan dikembangkan guna mempertahankan keanekaragaman hayati wilayahnya dan juga nasional.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mewujudkan rancangan, penanaman dan kelestarian RTH maka sifat dan ciri serta kriteria arsitektural dan hortikultural tanaman penyusun RTH harus menjadi bahan pertimbangan dalam menyeleksi jenis-jenis tanaman yang akan ditanam. Beberapa kriteria umum tanaman untuk ditanam di wilayah perkotaan antara lain:
1. disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota
2. mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara dan air yang tercemar)
3. tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme) 4. perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang
5. tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural 6. dapat menghasilkan O2dan meningkatkan kualitas lingkungan kota
7. bibit/benih mudah didapatkan dengan harga yang murah/terjangkau oleh masyarakat
8. prioritas menggunakan vegetasi endemik/lokal 9. keanekaragaman hayati
(24)
3. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau (RTH) mempunyai banyak manfaat, diantaranya manfaat estetis, orologis, hidrologis, klimatologis, edaphis, ekologis, protektif, higienis, dan edukatif (Nazaruddin 1994 dan Eckbo 1964 dalam Yuliasari 2008). Adapun secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Manfaat estetis
Manfaat estetis atau keindahan dapat diperoleh dari tanaman yang sengaja ditata sehingga tampak menonjol keindahannya, serta dapat menciptakan pemandangan yang menyejukkan.
b. Manfaat orologis
Manfaat ini penting untuk mengurangi tingkat kerusakan tanah terutama longsor serta menjaga kestabilan tanah.
c. Manfaat hidrologis
Daerah hijau sangat penting sebagai daerah persediaan air tanah. Struktur akar tanaman mampu menyerap kelebihan air apabila turun hujan, sehingga air tidak mengalir di atas tanah (run off) melainkan dapat terserap oleh tanah. Hal ini sangat mendukung proses daur alami air tanah, sehingga dapat menguntungkan kehidupan manusia.
d. Manfaat klimatologis
Faktor-faktor iklim seperti kelembaban, curah hujan, ketinggian tempat, dan sinar matahari akan membentuk suhu harian maupun bulanan yang sangat besar pengaruhnya terhadap manusia. Keberadaan vegetasi dapat menunjang faktor-faktor iklim tersebut. Efek rumah kaca akan dikurangi oleh banyaknya vegetasi dalam suatu daerah, bahkan adanya vegetasi dapat menambah kenyamanan dan kesejukan lingkungan.
e. Manfaat edaphis
Manfaat ini berhubungan erat dengan lingkungan hidup satwa diperkotaan yang semakin terdesak lingkungannya dan semakin berkurang tempat huniannya. Lingkungan hijau akan memberi tempat yang nyaman bagi satwa.
(25)
9
f. Manfaat ekologis
Kehidupan makhluk hidup di alam ini memiliki ketergantungan satu sama lain dan dapat hidup nyaman apabila ada kesatuan. Apabila salah satunya musnah maka makhluk hidup lainnya akan terganggu hidupnya.
g. Manfaat protektif
Vegetasi dapat menjadi pelindung bagi manusia dari teriknya sinar matahari, terpaan angin kencang, maupun kebisingan.
h. Manfaat higienis
Vegetasi bermanfaat dalam mengurangi bahaya polusi udara, karena dedaunan tanaman mampu menyaring debu dan mengisap kotoran di udara. Selain itu vegetasi juga mampu menghasilkan oksigen yang dibutuhkan manusia.
i. Manfaat edukatif
Adanya koleksi tanaman dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam seperti kebun raya dan taman bunga dapat menambah pengetahuanbagi generasi mendatang.
Manfaat RTH menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.01 Tahun 2007 adalah (a) sarana untuk mencerminkan identitas daerah; (b) sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan; (c) sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial; (d) meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan; (e) menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah; (f) sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula; (g) sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat; (h) memperbaiki iklim mikro; dan (i) meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.
RTH berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat kehidupan liar. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan
(26)
kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota.
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati.
(27)
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta dengan sampel tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan lokasi tercantum pada Tabel 1. Gambar 1 menunjukkan letak lokasi dari sekolah sampel. Gambar 3 menunjukkan penampilan dari sekolah sampel.
Gambar 1. Peta Orientasi Lokasi
Tabel 1. Daftar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) yang Diteliti
No. Sekolah Alamat
1 SMAN 12 Jl. Pertanian
2 SMAN 42 Jl. Rajawali
3 SMAN 44 Jl. Delima IV Perumnas Klender
4 SMAN 48 Jl. Pinangranti II Taman Mini
5 SMAN 53 Jl. Cipinang Jaya 2 B
6 SMAN 81 Jl. Kompleks KODAM/Kartika Ekapaksi
(28)
2. Batasan dan Pendekatan Penelitian
Penelitian dibatasi pada penampilan kondisi fisik sekolah secara umum, penataan halaman dari bangunan sekolah, keberadaan sarana outdoor sebagai fasilitas penunjang kegiatan, persepsi dan preferensi pengguna terhadap elemen yang ada pada lanskap sekolah dan pemanfaatannya.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observatif yang dilakukan pada 7 sampel Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta Timur. Studi bersifat deskriptif dan dilakukan dengan metode survei. Adapun tahapan studi yang dilakukan :
3.1.Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penetapan tujuan studi, pembuatan usulan studi, serta penentuan lokasi sekolah yang akan dipilih. Selain itu dilakukan kegiatan persiapan sebelum survei ke lapang, diantaranya permohonan izin mengadakan penelitian, pembuatan daftar isian data biofisik dan sosial, daftar pertanyaan dalam kuisioner, daftar lokasi, daftar peta, daftar peralatan yang dibutuhkan, petunjuk pelaksanaan dan penyusunan jadwal survei.
3.2.Tahap Survei
Pelaksanaan survei dilakukan pada sampel sekolah secara visual dan pengukuran fisik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menginventarisasi kondisi fisik, biofisik, dan sosial pada lanskap sekolah. Sementara untuk mengetahui persepsi dan preferensi pengguna terhadap ruang terbuka hijau (RTH) dilakukan wawancara dan pengisian kuisioner. Wawancara dilakukan terhadap pihak pengelola, sedangkan kuisioner dibagikan pada sebagian siswa, guru, dan pegawai sekolah. Pencarian data sekunder diperoleh dari sekolah yang bersangkutan melalui kantor tata usaha, kantor kewilayahan seperti dinas-dinas yang terkait, dan dari penelusuran pustaka. Daftar data yang dikumpulkan dirangkum dalam Tabel 2.
(29)
13
3.3.Tahap Analisis dan Sintesis
Pada tahap ini dilakukan penyeleksian data, penyusunan data secara sistematis dalam bentuk tabel, diagram, grafis, serta peta, yang kemudian dilakukan penilaian dan analisis sintesis. Data sekunder dan primer dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui permasalahan yang ada lalu ditemukan alternatif-alternatif pemecahannya. Analisis yang dilakukan meliputi:
1. Analisis kondisi fisik
Analisis kondisi fisik adalah menganalisis hasil inventarisasi secara deskriptif. Data yang dianalisis mencakup data mengenai kondisi fisik sekolah, lanskap sekitar tapak, penggunaan ruang, tata letak/layout.
2. Analisis Ruang Terbuka Hijau
Analisis terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekolah menggunakan 2 metode, yaitu analisis fungsi vegetasi dan nilai dominansi. Analisis fungsi vegetasi digunakan untuk mengetahui fungsi dari masing-masing vegetasi yang ada pada RTH sekolah, sehingga didapatkan persentase dari masing-masing fungsinya. Frekuensi relatif (FR) merupakan nilai yang menunjukkan tingkatan dominan suatu tanaman diantara semua tanaman yang ditemukan di tujuh sekolah sampel. Masing-masing spesies tanaman memiliki nilai yang menunjukkan seberapa banyak jumlah tanaman tersebut ditemukan di antara tanaman spesies lain di tujuh sekolah sampel dengan menggunakan rumus penghitungan
FR =
%
3. Analisis persepsi dan preferensi pengguna
Analisis terhadap persepsi dan preferensi pengguna menggunakan metode wawancara dan menyebar kuisioner. Jumlah responden masing-masing sekolah terdiri dari 20 siswa dan 5 guru. Wawancara dilakukan pada Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, Kasudin Dikmen Jakarta Timur dan Staf Ahli KNLH.
4. Analisis daya dukung
Analisis daya dukung pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekolah dihitung dengan menggunakan rumus pendugaan daya dukung. Menurut Boulon (1992)
(30)
dalam Nurisjah (2003), menyatakan bahwa secara umum rumus untuk menghitung daya dukung adalah sebagai berikut:
DD = S A
Dimana,
DD = Daya dukung
A = Luas area (m2)
S = Standar rata-rata individu (orang/m2) 5. Analisis kenyamanan
Analisis kenyamanan dilakukan dengan metode penghitungan
Temperature Humidity Index (THI). THI adalah indeks yang menunjukkan tingkat kenyamanan suatu area secara kuantitatif berdasarkan nilai suhu dan kelembaban udara relatif. Dalam studi ini sampel suhu di ambil pada waktu pagi, siang, dan sore hari, masing-masing di tiga tempat berbeda, di bawah naungan pohon, di lapangan (tanpa naungan) dan di dalam ruang kelas. Dengan menggunakan THI dapat diketahui kenyamanan dari sekolah sampel, bila nilai THI lebih dari 27 maka dikatakan tidak nyaman. Menurut Fandeli (2009) THI dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
THI = 0,8T + 500
*T RH
THI = Temperature Humidity Index
T = Suhu udara rata-rata (°C) RH = Relative Humidity rata-rata (%)
Nilai rata-rata suhu udara (T) harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
T =
(
)
4
2 Tsiang Tsore
Tpagix + +
Sedangkan nilai rata-rata kelembaban relatif (RH) harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
RH =
(
)
3
RHsore RHsiang
(31)
15
3.4.Tahap Pembuatan Rekomendasi
Penyusunan rekomendasi pemanfaatan RTH dilakukan berdasarkan proses analisis sintesis dari data yang ada, baik data primer maupun sekunder. Penyusunan rekomendasi mempertimbangkan karakter umum dari sampel sekolah yang ada. Rekomendasi disusun sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait. Bagan alur pelaksanaan studi dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan Alur Pelaksanaan studi
4. Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui survei, kuisioner, pengamatan langsung, wawancara, dan studi literatur. Analisis terhadap data hasil kerja dilakukan secara deskriptif, kuantitatif maupun kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapang, pengisian kuisioner dan wawancara dengan user (warga sekolah). Sedangkan data yang diperoleh dari studi literatur yang berasal dari buku-buku, internet, brosur, skripsi, serta sumber pustaka lainnya. Kelompok, jenis, bentuk, dan cara pengambilan data pada kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tujuan Studi
Permasalahan Potensi Pengembangan
Penggunaan Ruang Terbuka Elemen RTH
Persepsi dan preferansi pengguna
Usulan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Sekolah Analisis
Tujuan lanskap sekolah
Kriteria, peraturan dan
persyaratan Inventarisasi
data fisik dan biofisik
Survei
Karakter sekolah
(32)
Tabel 2. Jenis, Bentuk dan Cara Pengambilan Data
Kelompok Data Jenis Data Bentuk Data Cara Pengambilan
Umum
• Lokasi dan aksesibilitas
• Kondisi fisik wilayah studi
(iklim, titik banjir, topografi, dll)
• Kondisi sosial
• Pengukuran suhu, RH, dan
THI Primer, sekunder Sekunder Sekunder Primer Survei, URL Studi pustaka Studi pustaka Survei Ruang dan Penggunaannya
• Luas lahan
• Luas bangunan
• Luas RTH
• Luas RTB
• Penggunaan ruang terbuka
• Penggunaan ruang terbangun
• Lanskap sekitar tapak
• Layout/tata letak sekolah
Primer, sekunder Sekunder Primer, sekunder Primer, sekunder Primer Primer Primer Primer
Survei, Studi pustaka Studi pustaka Survei, Studi pustaka Survei, Studi pustaka Survei Survei Survei Survei Vegetasi • Fungsi • Spesies • Posisi
• Jumlah dan komposisi
Primer Primer Primer Primer Survei Survei, wawancara Survei Survei
Desain RTH •• Gaya taman
Persentase penggunaan Primer Primer Survei Survei Elemen Keras • Jenis • Fungsi • Posisi Primer Primer Primer Survei Survei Survei Sosial • Aktifitas
• Jumlah jam belajar
• Prestasi
• Persepsi
• Keinginan user
Primer Primer Primer Primer Primer Survei Survei, wawancara Wawancara Kuisioner Kuisioner Pemeliharaan • Penyapuan • Penyiraman
• Pembuangan sampah
• Pemangkasan • Penyiangan • Pemupukan • Penyulaman Primer Primer Primer Primer Primer Primer Primer Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara
(33)
17
Sekolah Nomor 1 (SMAN 12) Sekolah Nomor 2 (SMAN 42)
Sekolah Nomor 3 (SMAN 44) Sekolah Nomor 4 (SMAN 48)
Sekolah Nomor 5 (SMAN 53) Sekolah Nomor 6 (SMAN 81)
Sekolah Nomor 7 (SMAN 113) Gambar 3. Tujuh Sekolah Sampel Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010
(34)
1. Kondisi Umum Jakarta Timur 1.1. Letak Geografis Jakarta Timur
Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1966 tentang pembagian wilayah-wilayah dalam dekonsentralisasi maka Daerah Khusus Ibukota Jakarta dibagi menjadi 5 wilayah administrasi, yaitu: Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Kotamadya Jakarta Timur terletak di antara koordinat 106o49’35” BT-106°59’22” BT dan 06o10’37” LS - 06°23’42” LS serta mempunyai ketinggian rata-rata 6 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kotamadya Jakarta Timur mempunyai luas wilayah 188,03 km2 dan dialiri 5 buah sungai di dalamnya, yaitu: Ci (Sungai) Liwung, Sungai Sunter, Kali Malang, Kali Cipinang, dan Cakung drain. Luas wilayah Jakarta Timur per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3. Batas-batas wilayah kota meliputi :
• Utara : Kotamadya Jakarta Pusat dan Kotamadya Jakarta Utara • Timur : Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi
• Selatan : Kabupaten Bogor
• Barat : Sungai Ciliwung dan Kotamadya Jakarta Selatan
Tabel 3. Luas Wilayah per Kecamatan Tahun 2007
Nama Kecamatan Luas Area (km2) % Terhadap Kotamadya Jakarta Timur
Pasar Rebo 12,98 6,90
Ciracas 16,08 8,55
Cipayung 28,45 15,13
Makasar 21,86 11,63
Kramat Jati 13,00 6,91
Jatinegara 10,25 5,45
Duren Sawit 22,65 12,05
Cakung 42,28 22,49
Pulo Gadung 15,60 8,30
Matraman 4,88 2,60
Jumlah 188,03 100
(35)
19
1.2. Iklim
Jakarta Timur memiliki suhu rata-rata 27°C, curah hujan rata-rata 243,14 mm/bulan dengan curah hujan terbesar jatuh pada bulan Februari (1.081,4 mm/bulan) dan terendah jatuh pada bulan Juli (6,6 mm/bulan). Letak wilayah di daerah khatulistiwa dan dipengaruhi oleh angin musim timur yang terjadi pada bulan Mei sampai dengan Oktober dan angin musim barat pada bulan November sampai dengan April seperti yang terlihat pada Tabel 4.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2007 tekanan udara di Jakarta Timur rata-rata sebesar 1.011,5 mb. Tekanan udara tertinggi terjadi pada bulan Agustus (1.012,5 mb) dan terendah pada bulan Desember (1.010,0 mb). Rata-rata kelembaban udara sebesar 77,7%. Kelembaban udara tertinggi terjadi di bulan Pebruari (86%) dan terendah pada bulan September (70%). Rata-rata kecepatan angin 3,3 knot/jam, dengan kecepatan angin tertinggi ada pada bulan Januari dan Maret (5 knot/jam) dan terendah pada bulan April (2 knot/jam).
Tabel 4. Keadaan Iklim Jakarta Timur Tahun 2007
Bulan Curah Hujan
(mm) Tekanan Udara (mb) Kelembaban Udara (%) Kecepatan angin (knot/jam)
Januari 274,9 1.012,4 75 5
Februari 1.081,4 1.012,2 86 3
Maret 144,0 1.010,9 78 5
April 310,8 1.011,6 85 2
Mei 53,1 1.011,7 80 3
Juni 127,0 1.010,1 79 2
Juli 6,6 1.011,8 75 3
Agustus 64,8 1.012,5 72 3
Septrmber 27,4 1.012,3 70 3
Oktober 168,0 1.011,1 74 3
November 126,4 1.011,1 75 4
Desember 533,3 1.010,0 83 4
Jumlah 2917,7 12.137,7 932 40
Rata-rata/bulan 243,14 1.011,5 77,7 3,3
2006 163,7 1.011,6 75,4 3,7
2005 150,0 1.009,7 80 3,3
(36)
1.3. Pendidikan
Peningkatan partisipasi sekolah penduduk diimbangi dengan penyediaan fisik sarana pendidikan. Menurut data Sudin Dikdas dan Sudin Dikmen Jakarta Timur, di wilayah Jakarta Timur terdapat 850 Sekolah Dasar (SD), 569 Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 134 Sekolah Menengah Atas. Dengan jumlah siswa masing SD, SMP, dan SMA masing-masing sebanyak 261.000, 113.00, dan 57.000. sementara jumlah guru SD, SMP, dan SMA masing-masing 11.000, 6.900, dan 4.800. Sehingga rasio murid-guru SD sekitar 23,27; SMP sekitar 16,26; SMA sekitar 11,79 (Tabel 5).
Tabel 5. Jumlah Sekolah, Gedung, Guru, Murid Menurut Tingkatan Tahun 2007 Tingkat
Pendidikan Sekolah Gedung Guru Murid
Rasio Murid-Guru
SD 850 706 11.218 261.029 23,27
Negeri 679 540 7.567 216.905 28,66
Swasta 171 166 3.651 44.124 12,08
SMP 569 242 6.949 112.985 16,26
Negeri 96 96 3.716 84.789 22,82
Swasta 473 146 3.233 28.196 8,72
SMA 134 134 4.809 56.699 11,79
Negeri 39 39 2.340 33.739 14,42
Swasta 95 95 2.469 22.960 9,30
Sumber: Sudin Dikdas dan Sudin Dikmen Jakarta Timur Tahun 2007
2. Data dan Analisis 2.1. Lanskap Sekitar Tapak
Tapak yang dimaksud adalah sekolah dengan lingkungan tetangganya, yaitu pada sisi depan, belakang, kanan serta kiri dari lokasi sekolah. Dari hasil survey dapat dilihat semua sekolah berada di tepi jalan yang dapat dilalui kendaraan baik roda dua maupun roda empat.
Sekolah lokasi studi memiliki kondisi lanskap sekitar yang beragam, pada sisi kanan sekolah didapati 14,29% sekolah bersebelahan dengan sekolah lain, 42,86% sekolah bersebelahan dengan perumahan, 14,29% sekolah bersebelahan
(37)
21
dengan perkantoran, 14,29% sekolah bersebelahan dengan lahan kosong dipenuhi semak, dan 14,29% sekolah bersebelahan dengan pasar.
Pada sisi kiri sekolah, didapati 42,86% sekolah bersebelahan dengan sekolah lain, 28,57% sekolah bersebelahan dengan komplek perumahan, dan 28,57% bersebelahan dengan komplek pertokoan. Pada sisi depan didapati 14,29% sekolah berhadapan dengan sekolah lain, 28,57% sekolah berhadapan dengan komplek perumahan, 57,14% sekolah berhadapan dengan pertokoan. Pada sisi belakang, 71,43% sekolah membelakangi deretan perumahan, 14,29% sekolah bersebelahan dengan lahan kosong dipenuhi semak, dan 14,29% sekolah bersebelahan dengan pasar. Jumlah sekolah dan persentase sekolah dengan batas-batasnya dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Lanskap Sekitar Tapak Sekolah Lanskap
Bagian Keterangan
Jumlah sekolah (n)
Persentase (%)
Kanan
Sekolah lain 1 14,29
Komplek perumahan 3 42,86
Pertokoan - -
Perkantoran 1 14,29
Semak 1 14,29
Pasar 1 14,29
Kiri
Sekolah lain 3 42,86
Komplek perumahan 2 28,57
Pertokoan - -
Perkantoran 2 28,57
Semak - -
Pasar - -
Depan
Sekolah lain 1 14,29
Komplek perumahan 2 28,57
Pertokoan 4 57,14
Perkantoran - -
Semak - -
Pasar - -
Belakang
Sekolah lain - -
Komplek perumahan 5 71,43
Pertokoan - -
Perkantoran - -
Semak 1 14,29
Pasar 1 14,29
(38)
2.2. Penggunaan Ruang
Berdasarkan hasil survey, pengamatan, dan perolehan data yang dimiliki masing-masing sekolah, terdapat angka penggunaan ruang yang bervariasi. Luas total tanah yang ada mulai dari 2.351 m2 sampai dengan 15.354 m2, sehingga luasan rata-rata 7.921 m2. Luas total tanah yang paling kecil yaitu pada SMAN 12, sedangkan yang paling luas yaitu SMAN 113 yang merupakan SMA Negeri terluas kedua di DKI Jakarta. Ruang terbangun (RB) berisi bangunan yang berdiri di atas luasan tanah tersebut, luasan RB yang ada antara lain mulai dari 1.750 m2 sampai dengan 4.500 m2, di mana RB yang paling kecil terdapat pada SMAN 12 dan yang terluas ada pada SMAN 44, dengan luas rata-rata RB sebesar 3.351 m2. Ruang terbuka (RT) atau ruang yang tidak diisi oleh bangunan mulai dari 601 m2 sampai dengan 11.422 m2. Ruang inilah yang digunakan untuk bermacam-macam kegiatan pendidikan di luar kelas (Gambar 4-5).
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu bagian yang mengisi Ruang Terbuka (RT), luasan RTH yang dijumpai mulai dari 96 m2 sampai dengan 8.206 m2, RTH yang paling kecil ada pada SMAN 12 sedangkan sekolah dengan RTH yang paling luas yaitu SMAN 113. Rata-rata luasan RTH pada semua SMAN yaitu 2.501. Ruang Terbuka Hijau pada sekolah dapat berupa kebun, taman sekolah, jalur hijau, lapangan rumput, hutan sekolah, atau taman tanaman obat keluarga (TOGA). Ruang Terbuka Terbangun (RTB) merupakan ruang terbuka yang berisi elemen keras penunjang kegiatan outdoor. Elemen keras tersebut dapat berupa tempat parkir, shelter, area duduk-duduk, lapangan olah raga dengan bentuk dan ukuran tertentu beralaskan paving block, beton, asphalt, dan lain sebagainya. RTB yang dijumpai pada sekolah studi berkisar antara 505 m2 hingga 3.216 m2. Seperti yang terlihat pada Tabel 8, sekolah dengan luas RTB terkecil yaitu SMAN 12 sedangkan yang memiliki RTB terluas yaitu SMAN 113, dengan luasan rata-rata sebesar 2.069 m2.
(39)
23
Tabel 7. Luasan Ruang dalam Lingkungan Sekolah
Sekolah Luas (m2)
Ruang Terbangun
(m2)
Ruang Terbuka
(m2)
Ruang Terbuka
Hijau (m2)
Ruang Terbuka Terbangun
(m2)
Koefisien Dasar Bangunan
(%)
SMAN 12 2.351 1.750 601 96 505 74,4
SMAN 42 9.250 3.597 5653 3.629 2.024 38,9
SMAN 44 6.648 4.500 2148 380 1768 67,7
SMAN 48 5.703 3.124 2579 827 1.752 54,8
SMAN 53 7.684 3.250 4434 2.150 2.284 42,3
SMAN 81 8.460 3.302 5158 2.221 2.937 39,0
SMAN 113 15.354 3.932 11422 8.206 3.216 25,6
Rataan 7.921 3.351 4.571 2.501 2.069 49
Sumber: Survei dan Data Sekolah, 2010
Gambar 4. Ruang Terbuka Terbangun (RTB) Sekolah
(40)
2.3. Tata Letak/Layout Sekolah
Secara umum, tapak berbentuk segi empat (baik beraturan maupun tak beraturan), namun ada juga tapak yang berbentuk segi lima. Pintu masuk menghadap jalan utama, di mana pada pintu masuk juga terdapat pos keamanan.
Lapangan olahraga selain digunakan sebagai tempat berolah raga umumnya juga digunakan sebagai tempat berlangsungnya upacara bendera, terletak di tengah-tengah bangunan membentuk leter L atau leter U (Gambar 6). Posisi ini ditemukan hampir pada semua sekolah sampel studi, dimana semuanya (100%) beralaskan perkerasan atau paving.
Gambar 6. Layout Sekolah (a) Letter L, (b) Letter U
Ruangan kelas terletak berbaris bersebelahan memanjang dengan koridor terletak di sampingnya. Deretan kelas saling berhadapan dengan lapangan olahraga terletak di tengahnya. Ruang guru, ruang tata usaha, dan ruang kepala sekolah terpisah, umumnya ruang kepala sekolah berdekatan dengan ruang tata usaha. Selain ruang kelas, dalam deretan ini juga terdapat perpustakaan, laboratorium, klinik/UKS, ruang serba guna dan toilet. Letak mushalla dan kantin terpisah dari gedung utama. Dari semua sampel sekolah yang ada memiliki lima karakter layout yang hampir sama.
Lokasi parkir dekat dengan pintu masuk dan keluar, terdapat pemisahan antara parkir kendaraan roda dua dengan kendaraan roda empat. Umumnya sekolah tidak menyediakan tempat parkir untuk kendaraan roda empat, sehingga parkir untuk kendaraan roda empat ditempatkan di pinggir lapangan, itupun hanya untuk kendaraan kepala sekolah, guru, atau staff yang lain. Sedangkan untuk kendaraan roda empat siswa tidak difasilitasi.
(41)
25
Pada bagian depan koridor kelas biasanya di buat planter box atau bak tanaman yang umumnya berukuran dengan lebar 1-1,5 m dan memanjang mengelilingi pinggir lapangan (Gambar 7). Bak tanaman tersebut diisi oleh tanaman hias seperti pohon peneduh, perdu, maupun groundcover. Pada semua sampel sekolah juga menggunakan tanaman dalam pot ataupun pot gantung untuk memberikan suasana hijau dan indah karena terbatasnya lahan.
Gambar 7. (a) Planter Box, (b) Tanaman Dalam Pot
(42)
(43)
9
(44)
(45)
11
(46)
(47)
13
(48)
(49)
33
2.4. Sosial
Pengguna/user terdiri atas siswa, guru, staff tata usaha dan staff lainnya. Jumlah siswa rata-rata 836, yang terdiri dari kelas X, XI, dan XII. Pengguna terbanyak dari tapak sekolah adalah remaja yang berusia sekitar 15 tahun hingga 19 tahun. Sedangkan jumlah guru yang tersedia rata-rata 64 orang, karyawan tata usaha 16 orang, karyawan kebersihan 6 orang.
Proses kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 5 hari dalam seminggu, mulai hari senin sampai dengan jum’at. Semua sekolah sampel hanya mengadakan 1 shift rombongan belajar, yaitu pagi dari pukul 06.45 hingga pukul 14.45. Sedangkan pada hari Sabtu digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan belajar mengajar biasa berlangsung di dalam ruang kelas atau di laboratorium, kecuali mata pelajaran olahraga. Kegiatan pelajaran olahraga dipusatkan di lapangan olahraga atau menggunakan track di luar sekolah, misalnya di jalan sekitar sekolah ketika olahraga lari. Selain itu, untuk mata pelajaran seperti fisika dan biologi kadang-kadang menggunakan ruangan di luar laboratorium ketika praktikum, seperti di kebun, halaman, atau taman toga.
Pada hari Sabtu beberapa sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan biasanya berpusat di lapangan olahraga (Gambar 15). Kegiatan ekstrakurikuler yang memanfaatkan ruang terbuka untuk melakukan kegiatannya antara lain Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Palang Merah Remaja (PMR), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), kelompok pecinta alam, dan berbagai ekstrakurikuler bidang olahraga, seperti basket, voli, bulu tangkis, sepak bola, futsal, dan lain-lain. Kegiatan ekstrakurikuler ini terkait dengan keberadaan fasilitas yang ada di sekolah. Keberadaan fasilitas sekolah yang baik dan sesuai dapat memberi kontribusi terhadap prestasi yang diperoleh.
Lapangan basket dimiliki semua sekolah (100%), lapangan voli dimiliki 86% sekolah. Lapangan bulutangkis dimiliki oleh 14% sekolah, lintasan lompat jauh dimiliki 29% sekolah, tenis lapangan dimiliki 14% sekolah, lapangan futsal dimiliki 100% sekolah (Tabel 8). Keseluruhan fasilitas olahraga ini umumnya dalam kondisi yang baik dan layak untuk digunakan, kecuali beberapa sekolah memiliki lapangan yang garis batasnya sudah tidak jelas. Fasilitas olahraga lapangan basket dan lapangan futsal ini terdapat dalam satu lapangan dimana
(50)
dalam satu lapangan tersebut terdapat dua fungsi yang berbeda, dapat digunakan sebagai lapangan basket ataupun lapangan futsal. Biasanya lapangan basket atau lapangan futsal ini juga digunakan sebagai lapangan utama untuk mengadakan upacara bendera.
Tabel 8. Fasilitas Lapangan Olahraga
SMA Basket Voli Bulutangkis Lompat
jauh
Tenis
lapangan Futsal
12 X X
42 X X X X
44 X X X X
48 X X X
53 X X X
81 X X X X
113 X X X X X
% 100% 86% 29% 29% 14% 100%
Sumber: Survei, 2010 Ket: X= ada
Berdasarkan penggunaan fasilitas olahraga yang ada disekolah, kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ekskul olahraga dan non olahraga. Ekskul olahraga diantaranya basket, voli, bulutangkis, sepak bola dan futsal, dan beladiri. Ekskul basket diselenggarakan oleh 100% sekolah, demikian juga dengan futsal.
Untuk ekskul non olahraga yang melangsungkan kegiatannya di ruang terbuka diantaranya Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Palang Merah Remaja (PMR), Praja Muda Karana (Pramuka), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), dan teater. Paskibra diselenggarakan oleh 100% sekolah, PMR diselenggarakan oleh
Gambar 15. Lapangan Futsal (a), Lapangan Basket (b)
(51)
35
100% sekolah, Pramuka diselenggarakan oleh 86% sekolah, KIR diselenggarakan oleh 100% sekolah, dan teater diselenggarakan oleh 86% sekolah (Tabel 9). Semua sekolah mewajibkan setiap siswanya untuk memilih minimal satu jenis ekskul untuk diikuti dan termasuk komponen penilaian dalam rapot.
Tabel 9 . Kegiatan Ekstrakurikuler yang Menggunakan Ruang Terbuka
Ekskul Sekolah Sampel Persentase (%)
12 42 44 48 53 81 113
Basket X X X X X X X 100%
Voli X X X X X X 86%
Bulutangkis X X 29%
Futsal X X X X X X X 100%
Bela diri X X X X X 71%
Paskibra X X X X X X X 100%
PMR X X X X X X X 100%
Pramuka X X X X X X 86%
KIR X X X X X X X 100%
Teater X X X X X X 86%
Sumber: Survei, 2010 Ket: X= ada
2.5. Aktivitas
Fungsi ruang mengikuti aktivitas yang ada di dalamnya. Fungsi ruang dalam lingkungan sekolah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi edukatif dan fungsi non edukatif. Ruang edukatif adalah ruang yang digunakan oleh civitas academica untuk kegiatan belajar mengajar seperti praktikum dan membaca. sedangkan ruang non edukatif adalah ruang yang digunakan untuk menunjang kegiatan selain kegiatan belajar mengajar (Tabel 10).
Ruang dengan fungsi edukatif dapat berupa ruang kelas, ruang laboratorium, dan perpustakaan. Sedangkan ruang dengan fungsi non edukatif dibagi menjadi beberapa sub fungsi, antara lain fungsi peribadatan. Sub fungsi peribadatan yaitu berupa mushalla yang dapat ditemui pada semua sekolah sampel (100%), dengan aktivitas yang dapat dilakukan antara lain ibadah ritual seperti solat, mengaji, dan mengambil air wudhu, kadang juga digunakan oleh siswa sebagai tempat untuk diskusi dan rapat. Sub fungsi selanjutnya adalah fungsi himpunan siswa yang dimiliki oleh semua sampel sekolah. Ruang sub fungsi himpunan siswa adalah ruangan yang digunakan siswa sebagai tempat berkumpul dan melakukan kreativitas di dalamnya, seperti yang terhimpun dalam kegiatan
(52)
ekstrakurikuler atau organisasi kesiswaan lainnya. Ruang dengan fungsi ini dapat berupa ruang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), sekretariat ekskul, koperasi siswa, dan ruang serbaguna.
Ruang dengan sub fungsi rekreasi didapati pada kantin (dimiliki oleh 100% sekolah sampel), koperasi (dimiliki oleh 100% sekolah sampel), taman sekolah (dimiliki oleh 100% sekolah sampel), dan lapangan olahraga (dimiliki oleh 100% sekolah sampel). Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain berjalan, duduk-duduk, melihat pemandangan, mengobrol, makan, minum, transaksi jual-beli, mengadakan pertunjukan teater atau drama, olahraga, menonton pertandingan, kegiatan ekskul lainnya. Ruang dengan sub fungsi sirkulasi terdapat pada area parkir (dimiliki oleh 100% sekolah sampel) dan jalan di dalam sekolah (dimiliki oleh 100% sekolah sampel). Sedangkan ruang dengan sub fungsi penyangga dapat berupa area penghijauan seperti kebun yang biasa terletak pada bagian belakang sekolah atau jalur hijau yang diisi dengan tanaman penahan angin, peredam bising, sekaligus peneduh yang juga ditemui pada lingkar luar lokasi sekolah.
Tabel 10 . Penggunaan Ruang dan Fasilitas
No Fungsi Aktivitas Fasilitas
1 Edukatif Belajar mengajar,
praktikum, membaca, olahraga, rapat, upacara bendera
Kelas, laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga, ruang guru, ruang kepala sekolah 2 Non edukatif
• Peribadatan • Himpunan siswa • Kesehatan • Rekreasi • Sirkulasi • Penyangga Ritual ibadah Rapat, diskusi Berobat, istirahat Berjalan, duduk-duduk, melihat pemandangan, mengobrol, makan, minum, transaksi jual beli, olahraga, menonton pertandingan, kegiatan ekskul Berjalan, berkendara Pasif Mushalla
Ruang OSIS, sekretariat ekskul
Klinik, UKS
Taman sekolah, plaza, kantin, koperasi, lapangan olahraga
Parkir, jalan di dalam sekolah
Area penghijauan Sumber: Survei, 2010
(53)
37
Dari hasil survey dan pengamatan, dijumpai sekitar 15 spesies pohon hingga 37 spesies pohon di setiap sekolah sampel, dan terindikasi sekitar 74 spesies pohon. Masing-masing sekolah memiliki semak mulai dari 4 spesies hingga 48 spesies, dan terindikasi sekitar 63 spesies semak. Masing-masing sekolah memiliki tanaman penutup tanah (groundcover) mulai dari 6 spesies hingga 13 spesies, dan terindikasi sekitar 28 spesies tanaman penutup tanah (groundcover). Tanaman merambat hanya dimiliki oleh lima sekolah, dimana masing-masing sekolah memiliki tanaman merambat mulai dari 1 spesies hingga 6 spesies, dan terindikasi sekitar 11 spesies tanaman merambat. Tanaman air hanya dimiliki oleh tiga sekolah, dimana masing-masing sekolah memiliki tanaman air mulai dari 1 spesies hingga 3 spesies, dan terindikasi sekitar 4 spesies tanaman air.
2.6.1. Fungsi Kontrol Visual
Tanaman yang ada di lingkungan sekolah sampel terdiri dari pohon, semak atau perdu, penutup tanah, tanaman merambat, serta tanaman air. Fungsi visual dari tanaman lanskap ini antara lain sebagai pembentuk estetika, peneduh, pengarah, screen, dan sebagai alas. Sedangkan dari segi biofisik, tanaman lanskap sekolah sampel ini memiliki fungsi antara lain kontrol angin, filter radiasi matahari, pencegah banjir, peredam bising, dan penyerap polutan. Dari segi sosial, tanaman ini dapat digunakan oleh user sebagai obyek ilmu pengetahuan atau bisa juga sebagai komoditas ekonomi dalam skala kecil.
Pohon
Dari jumlah pohon yang ada, masing-masing memiliki fungsi tertentu pada masing-masing sekolah. Untuk fungsi peneduh didapat dari pengamatan bentuk kanopi, posisi, dan ketinggian. Diperoleh nilai rataan dari penggunaan pohon sebagai peneduh adalah 34,75% dari jumlah total pohon yang ada. Penggunaan pohon untuk fungsi estetik rata-rata yaitu 30,07%. Penggunaan pohon dengan fungsi sebagai pengarah rata-rata 21,35%, sebagai penghalang pandangan / screen
(54)
Semak
Pada semak teridentifikasi empat fungsi utama, yaitu fungsi estetik, fungsi pengarah, fungsi screen, dan fungsi pembatas. Semak dengan fungsi estetika dimiliki oleh semua sekolah dengan rata-rata penggunaan tertinggi yaitu 55,25%. Semak sebagai pengarah memiliki nilai rataan penggunaan sebesar 10,58%. Semak sebagai screen rata-rata sebanyak 8,34%, biasanya semak ini digunakan untuk menutupi pemandangan yang kurang baik. Semak dengan fungsi sebagai pembatas atau border rata-rata sebanyak 25,83%, semak jenis ini penggunaan paling banyak untuk pinggiran taman di halaman sekolah (Gambar 17).
Gambar 16. Grafik Persentase Fungsi Pohon
Gambar 17. Grafik Persentase Fungsi Semak 34,75 30,07 21,35 13,83 0 5 10 15 20 25 30 35 40
Fungsi Peneduh Fungsi Estetika Fungsi Pengarah Fungsi Screen
Persentase (% ) Fungsi 55,25 10,58 8,34 25,83 0 10 20 30 40 50 60
Fungsi Estetik Fungsi Pengarah Fungsi Screen Fungsi Pembatas
Persentase
(%
)
(55)
39
Penutup Tanah
Penutup tanah atau ground cover juga didapati pada semua sekolah. Fungsi dari penutup tanah ini dapat dibagi menjadi tiga fungsi. yaitu pembentuk estetika, pembatas atau border, dan alas. Fungsi pembentuk estetika sebesar 29,35%. Fungsi pembatas atau border sebesar 64,70%. Sedangkan sebagai fungsi alas sebesar 5,95% (Gambar 18).
Tanaman Merambat
Tanaman merambat atau climbing plant didapati pada semua sekolah, tetapi keragaman jenisnya sangat rendah. Adapun fungsi yang terdapat pada tanaman merambat ini dibagi menjadi dua fungsi, yaitu fungsi estetika dan fungsi penanung (dibuat semacam shelter). Fungsi estetika pada tanaman merambat sebesar 99,79%, sedangkan fungsi penanung sebesar 0,21% (Gambar 19).
Gambar 18. Grafik Persentase Fungsi Penutup Tanah 29,35
64,7
5,95 0
10 20 30 40 50 60 70
Fungsi Estetika Fungsi Pembatas Fungsi Alas
Persentase
(%
)
(56)
Tanaman Air
Tanaman air atau water plant hanya didapati pada tiga sekolah dengan keragaman jenis yang sangat rendah. Adapun fungsinya hanya sebagai penambah kesan estetika saja.
2.6.2. Frekuensi Relatif
Frekuensi relatif (FR) merupakan nilai yang menunjukkan tingkatan dominan suatu tanaman diantara semua tanaman yang ditemukan di tujuh sekolah sampel. Masing-masing spesies tanaman memiliki nilai yang menunjukkan seberapa banyak jumlah tanaman tersebut ditemukan di antara tanaman spesies lain di tujuh sekolah sampel dengan menggunakan rumus penghitungan
FR =
%
Pohon
Urutan pohon dengan frekuensi relatif lima teratas adalah glodogan tiang (Polyalthia longifolia) menempati urutan pertama dari daftar pohon yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan FR 14,73% dari keseluruhan spesies pohon yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 71,43% dari semua sekolah sampel. Artinya 71,49% dari tujuh sekolah sampel menanam pohon ini dan jumlah spesies pohon ini sebesar 14,73% dari keseluruhan spesies pohon yang
Gambar 19. Grafik Persentase Fungsi Semak 99,79
0,21 0
20 40 60 80 100
Fungsi Estetika Fungsi Penaung
Persentase
(%
)
(57)
41
ditemukan di seluruh sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar 7,08%, keberadaannya di 85,71% dari semua sekolah sampel adalah palem raja (Roystonea regia). Urutan berikutnya adalah pohon mangga (Mangifera indica) dengan nilai FR sebesar 6,90% dan keberadaannya paling sering ditemui , yaitu di semua (100%) sekolah sampel. Selanjutnya palem putri (Veitchiia merilii) dengan nilai FR 5,96% dan terdapat di 57,14% sekolah sampel.
Urutan pohon dengan frekuensi lima terbawah adalah mahoni (Switenia mahogani), jamblang (Syzygium cumini), jambu mawar (Syzygium jambos), asem (Tamarindus indica), dan ginje (Thevetia peruviana). Dengan nilai FR sebesar 0,11% dan keberadaannya masing-masing 14,29%. Daftar pohon beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 1.
Semak/Perdu
Urutan psemak/perdu dengan frekuensi relatif lima teratas adalah teh-tehan (Acalipha macrophyla) menempati urutan pertama dari daftar semak/perdu yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan mendominasi 12,42% dari keseluruhan spesies semak/perdu yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 85,71% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar 9,95% dan keberadaannya di 85,71% dari sekolah sampel adalah soka (Ixora sp.). Selanjutnya dracaena (Dracaena sp.) dengan nilai FR sebesar 9,65% dan keberadaanya 86,71% dari sekolah sampel. Adenium (Adenium sp.) ada pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 6,60% dengan keberadaannya 57,14% dari sampel sekolah. Selanjutnya dengan nilai FR 6,15% dan keberadaannya 85,71% dari sekolah sampel adalah bougenvil (Bougenvillea sp.).
Urutan semak/perdu dengan frekuensi relatif lima terbawah adalah bunga kancing (Gomphrena globosa), kemuning (Murayya paniculata), tebu (Saccarhum officinarum), sangitan (Sambucus javanica), legundi (Vitex trifolia), dan daun enok dengan nilai FR sebesar 0,04% dengan keberadaannya sebesar 14,29% dari jumlah sekolah sampel. Daftar semak/perdu beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 2.
(58)
Penutup tanah
Urutan penutup tanah dengan frekuensi relatif lima teratas adalah lili paris (Clorophytum sp.) menempati urutan pertama dari penutup tanah yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan nilai FR 28,43% dari keseluruhan spesies penutup tanah yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 57,14% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar 22,06% dan keberadaannya di 85,71% dari sekolah sampel adalah Sansiveira (Sansiviera sp.) Selanjutnya adam hawa (Rhoeo discolor) dengan nilai FR sebesar 8,91% dan keberadaanya 42,86% dari sekolah sampel. Pakis (Cycas rumphii) ada pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 6,68% dengan keberadaannya 14,29% dari sampel sekolah. Selanjutnya dengan nilai FR 6,46% dan keberadaannya 42,86% dari sekolah sampel adalah kucai variegata (Carex morowii 'variegata').
Urutan penutup tanah dengan frekuensi lima terbawah adalah krokot (althernantera sp.) dan paku sarang burung (Asplenium nidus) dengan nilai FR sebesar 0,13% dan keberadaanya 14,29% dari sekolah sampel. Selanjutnya dengan nilai FR 0,04% dan keberadaannya 14,29% dari sekolah sampel adalah begonia (Begonia sp.), taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia), dan sutra bombay (Portulaca sp.). Daftar penutup tanah beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tanaman Merambat
Urutan tanaman merambat dengan frekuensi relatif lima teratas adalah sirih belanda (Epipremnum sp.) menempati urutan pertama dari tanaman merambat yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan nilai FR 49,15% dari keseluruhan spesies tanaman merambat yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 85,71% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar 20,15% dan keberadaannya di 57,14% dari sekolah sampel adalah anggrek (Dendrobium sp.). Selanjutnya sirih gading (Raphidophora aurea) dengan nilai FR sebesar 12,99% dan keberadaanya 28,57% dari sekolah sampel. Philodendron (Philodendron sp.) ada pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 6,03% dengan keberadaannya 57,14% dari sampel sekolah. Selanjutnya dengan nilai FR 4,52% dan keberadaannya 14,29% dari
(59)
43
sekolah sampel adalah tanduk rusa (Platycerium bifurcatum). Daftar tanaman merambat beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tanaman Air
Melati air (Echinodorus sp.) menempati urutan pertama dari tanaman air yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan nilai FR 52,63% dari keseluruhan spesies tanaman air yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 28,57% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar 31,58% dan keberadaannya di 14,29% dari sekolah sampel adalah paku ekor kuda (Equisetum hymale). Selanjutnya papyrus (Cyperus papyrus) dengan nilai FR sebesar 10,53% dan keberadaanya 14,29% dari sekolah sampel. Apu-apu (Pistia startiotes) ada pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 5,26% dengan keberadaannya 14,29% dari sampel sekolah. Daftar tanaman air beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 5.
2.7. Desain Taman
Pada umunya sekolah memiliki desain formal pada tamannya. Kurang lebih 61,86% taman pada halaman sekolah memiliki pola formal, hal ini dilihat dari bentukan dan pola penanaman (Tabel 11). Pada halaman sekolah juga ditemukan elemen-elemen keras (hardscape) bernilai estetik yang sengaja diadakan untuk menunjang kegiatan outdoor siswa dan untuk menambah estetika halaman sekolah (Tabel 12). Elemen keras yang dapat dilihat pada mayoritas sekolah sampel antara lain podium upacara, bangku taman, tempat sampah, pot gantung, pot duduk, serta wastafel outdoor. Sedangkan elemen keras lainnya yang minoritas sekolah memilikinya antara lain kolam ikan, shelter, dan pergola.
(60)
Tabel 11. Persentase Desain Taman
Sekolah Desain Taman (%)
Formal Informal
12 80 20
42 62 38
44 67 33
48 54 46
53 60 40
81 65 35
113 45 55
Rataan 61,86 38,14
Sumber: Survei, 2010 Tabel 12. Elemen Keras
Sekolah
Elemen Keras
Podium Bangku
Taman
Tempat Sampah
Pot
Gantung Pot Duduk 12 X X X X 42 X X X X X 44 X X X X X 48 X X X X X 53 X X X X X 81 X X X X X
113 X X X X
Persentase 100% 71% 100% 100% 100%
Sumber: Survei, 2010 Ket: X= ada
2.8. Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintanence) lingkungan sekolah dari sekolah yang diteliti dilakukan oleh penjaga sekolah dan/atau tukang kebun khusus di bawah koordinasi dari Wakil Kepala Sekolah bidang sarana dan prasarana (sapras) sekolah masing-masing. Dalam pelaksanaannya didapati berbagai kendala dan keterbatasan, diantaranya kurang pedulinya sekolah terhadap kebersihan dan
(1)
komposting komposting •Pengolahan
sampah dengan sanitary landfill
9.Menjelaskan cara pengelolaan sampah dengan sanitary landfill 4. Nilai ekonomi
sampah
10.Menjelaskan nilai ekonomis dari sampah, diantaranya melalui prinsip 3R
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan sampah, dan mata pelajaran Ekonomi, materi daur ulang sampah
Outdoor class dan alat bantu ajar 11.Praktek daur ulang
kertas secara sederhana
5. Peninjauan ke lokasi TPA dan pengelolaan sampah kompos
12.Mendeskripsikan hasil peninjauan pengolahan sampah di TPA dan pengolahan sampah dengan komposting
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan sampah, dan mata pelajaran Ekonomi, materi daur ulang sampah
Outdoor class dan alat bantu ajar
B. Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (limbah cair)
1. Sumber air limbah rumah tangga
1. Mengidentifikasi kegiatn rumah tangga yang menjadi sumber air limbah
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Biologi, materi pengelolaan air limbah
Outdoor class dan alat bantu ajar
2. Pembuangan air limbah
2. Menjelaskan skema pembuangan air limbah rumah tangga dan air hujan
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Biologi, materi pengelolaan air limbah
Outdoor class dan alat bantu ajar 3. Menjelaskan gambar
dan cara kerja tangki septik
3. Sumur resapan 4. Menjelaskan pengertian sumur resapan
Kelas XI (16-17 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Biologi, materi pengelolaan air limbah
Outdoor class dan alat bantu ajar 5. Menjelaskan fungsi
sumur resapan 6. Menjelaskan tata letak
sumur resapan 7. Menjelaskan
pentingnya sumur resapan di kota-kota besar
8. Meninjau salah satu sumur resapan yang ada di sekitar sekolah 4. Pemeliharaan
saluran air
9. Menjelaskan pentingnya
Kelas XII (17-18
Terintegrasi dalam
Outdoor class dan
(2)
membersihkan saluran air limbah dari sampah
tahun) pelajaran Biologi, materi pengelolaan air limbah
alat bantu ajar
5. Dampak air limbah terhadap kesehatan dan lingkungan
10.Menjelaskan dampak air limbah bagi kesehatan
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Biologi, materi pengelolaan air limbah
Outdoor class dan alat bantu ajar 11.Menjelaskan dampak
air limbah bagi lingkungan (penurunan kualitas air dan biota air)
B. Limbah B3 1. Pengertian dan
karakteristik limbah B3
1. Memahami pengertian limbah B3
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Kimia, materi kimia lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar 2. Memahami
karakteristik limbah B3
2. Sumber limbah B3 3. Mendeskripsikan jenis limbah B3 yang ada di sekitar kita (baterai, accu, pembasmi hama, zat pewarna tekstil pada makanan, dll)
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Kimia, materi kimia lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar
4. Memahami kegiatan yang menimbulkan limbah B3
3. Dampak limbah B3
• Terhadap air tanah
5. Memahami dampak limbah B3 terhadap tanah
Kelas XI (16-17 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Kimia, materi kimia lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar • Terhadap
kesehatan
6. Memahami dampak limbah B3 terhadap kesehatan
• Terhadap makhluk lainnya
7. Memahami dampak limbah B3 terhadap makhluk lainnya 4. Pengelolaan limbah
B3
8. Memahami mata rantai limbah B3 dari industri
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Kimia, materi kimia lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar
5. Pemanfaatan limbah B3
9. Pemanfaatan limbah B3 dengan 3R
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Kimia, materi kimia lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar
(3)
Tema: Sumber Daya Alam
No GBIM Kompetensi Dasar
Tingkat Pendidikan/
Tingkatan Umur
Integrasi Materi Ajar
pada Pendidikan
Formal
Peranan RTH
1. Pengertian dan jenis-jenis sumber daya alam
1. Menjelaskan pengertian dan jenis-jenis sumber daya alam
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran geografi, materi sumber daya alam, dan mata pelajaran Biologi, materi konsep
keanekaragaman hayati
Outdoor class dan alat bantu ajar 2. Memahami sumber
daya alam hayati dan keanekaragaman hayati 3. Mengidentifikasi
persebaran lokasi SDA di Indonesia dan pemanfaatannya 2. Pemanfaatan
sumber daya alam
4. Menjelaskan sektor-sektor/jenis-jenis usaha yang menggunakan sumber daya alam bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (kelautan, kehutanan, pertanian, dll)
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Geografi, materi sumber daya alam
Outdoor class dan alat bantu ajar
5. Mengidentifikasi jenis sumber daya alam yang digunakan sektor-sektor usaha 3. Kerusakan sumber
daya alam dan dampaknya bagi lingkungan dan manusia
6. Menjelaskan penyebab kerusakan sumber daya alam dan contohnya
Kelas XI (16-17 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Geografi, materi sumber daya alam
Outdoor class dan alat bantu ajar 7. Menjelaskan dampak
kerusakan sumber daya alam bagi lingkungan dan manusia
4. Pelestarian sumber daya alam dan pencegahan kerusakannya
8. Menjelaskan pengertian pelestarian sumber daya alam dan usaha-usaha pencegahan kerusakan sumber daya alam
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran geografi, materi sumber daya alam, dan mata pelajaran Biologi, materi konsep
keanekaragaman hayati
Outdoor class dan alat bantu ajar
(4)
Tema : Air
No GBIM Kompetensi Dasar
Tingkat Pendidikan/
Tingkatan Umur
Integrasi Materi Ajar
pada Pendidikan
Formal
Peranan RTH
1. Kualitas air 1. Menjelaskan pengertian kualitas air
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan air bagi kehidupan manusia
Outdoor class dan alat bantu ajar 2. Menjelaskan kualitas air
secara fisik, kimia, dan biologi
2. Pencemaran air • Pengertian
pencemaran air
3. Menjelaskan pengertian pencemaran air
Kelas XI (16-17 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan air bagi kehidupan manusia
Outdoor class dan alat bantu ajar 4. Memahami peraturan
pemerintah tentang pengendalian pencemaran air • Penyebab
pencemaran air/sumber pencemaran air
5. Menjelaskan penyebab pencemaran air
• Indikator pencemaran air
6. Menjelaskan indikator pencemaran air • Akibat
pencemaran air
7. Menjelaskan akibat penggunaan air yang tercemar
• Hubungan pencemar dengan kadar O2
dari kehidupan di dalam air
8. Memahami skema hubungan pencemar dengan kadar O2 dari
kehidupan di dalam air 3. Pengolahan air
• Penggunaan air 9. Menjelaskan
penggunaan air rumah tangga, industri, pertanian
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan air bagi kehidupan manusia
Outdoor class dan alat bantu ajar 10.Menyebutkan jumlah
penggunaan air di Indonesia untuk rumah tangga, industri, pertanian, dll • Jenis pengolahan
air dan fungsinya
11.Menjelaskan
pengolahan air bersih secara sederhana berikut skemanya • Kunjungan ke
PAM atau pabrik
pengolahan air mineral
12.Mendeskripsikan hasil kunjungan mengenai pengolahan air
(5)
Tema : Udara
No GBIM Kompetensi Dasar
Tingkat Pendidikan/
Tingkatan Umur
Integrasi Materi Ajar
pada Pendidikan
Formal
Peranan RTH
1. Pencemaran udara • Pengertian,
jenis, dan sumber
1. Menjelaskan pengertian, jenis dan sumber pencemaran udara dari aktivitas manusia dan alam
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Kimia, materi pencemaran udara
Outdoor class dan alat bantu ajar • Isentifikasi
permasalahan
2. Mengidentifikasi permasalahan pencemaran udara di kota-kota besar • Dampak
pencemaran udara
3. Menjelaskan dampak pencemaran udara terhadap lingkungan dan manusia • Upaya
pengendalian pencemaran udara
4. Mengenal berbagai upaya pengendalian pencemaran udara 2. Indeks standar
pencemaran udara
• Pengertian 5. Menjelaskan indeks standar pencemaran udara
Kelas XI (16-17 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Kimia, materi pencemaran udara
Outdoor class dan alat bantu ajar 6. Memahami kondisi
pencemaran udara di kota-kota besar
• Parameter IPU 7. Menyebutkan parameter IPU
8. Menjelaskan dampak setiap parameter pencemar (Partikulat, CO, SO2, NO2, dan O3)
• Kategori dan rentang pencemaran udara
9. Memahami dan menjelaskan kategori (baik, sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat, berbahaya) dan rentangnya untuk setiap kategori pencemaran udara
10.Memahami IPU yang tertera pada alat ukur yang ada di kotanya dan menjelaskan artinya 3. Kebauan
• Pengertian 11.Menjelaskan pengertian bau
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Kimia, materi pencemaran
Outdoor class dan alat bantu ajar • Sumber bau &
zat-zat yang menimbulkan
12.Menjelaskan sumber bau dan zat-zat yang menimbulkan bau
(6)
bau (sampah pasar, industri, dll)
udara • Ambang batas
kebauan
13.Menjelaskan ambang batas kebauan (min. 8 orang menanggapi adanya bau) • Dampak
kebauan
14.Menjelaskan dampak kebauan bagi kesehatan manusia (pusing, sakit kepala), dan gangguan kenyamanan
Tema : Tanah dan Lahan
No GBIM Kompetensi Dasar
Tingkat Pendidikan/
Tingkatan Umur
Integrasi Materi Ajar
pada Pendidikan
Formal
Peranan RTH 1. Degradasi lahan 1. Menjelaskan dampak
degradasi lahan terhadap lingkungan
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pencemaran lingkungan, dan Geografi materi litosfer
Outdoor class dan alat bantu ajar 2. Menjelaskan
upaya-upaya penanggulangan degradasi lahan
3. Menganalisa pola dan hubungan spasial antara penduduk dan degradasi lahan
Kelas XI (16-17 tahun)
Terintegrasi dalam Geografi materi sebaran, pola & obyek geografi
Outdoor class dan alat bantu ajar 4. Memberi contoh-contoh
penerapan bioteknologi pada upaya pencegahan dan pengendalian degradasi lahan
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam Biologi materi implikasi bioteknologi pada sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat
Outdoor class dan alat bantu ajar