bagaimana mereka bersikap dan merasakan sesuatu ranah afektif serta bagaimana mereka berbuat ranah psikomotorik.
Block 1974 dalam Suparno 2000 mengatakan konsep belajar tuntas berdasarkan pikiran bahwa siswa dapat mencapai penguasaan yang integral bila
kepadanya disediakan kondisi belajar yang sesuai. Suparno 2000 menambahkan, bahwa dalam menumbuhkan situasi yang mendukung proses belajar, hakikat dan
kualitas interaksi belajar menjadi sangat penting. Struktur kooperatif dibanding dengan struktur kompetisi dan usaha individual lebih menunjang komunikasi
diantara siswa yang lebih efektif dan pertukaran informasi yang saling membantu tercapainya hasil belajar yang baik.
Pada umumnya SMA berprestasi memiliki sarana dan prasarana yang baik, yakni luas tanah yang cukup luas, tempat parkir, lapangan olah raga, tempat
bermain atau jenis kegiatan lain, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, alat bantuperaga mata pelajaran,
serta berbagai macam alat elektronik untuk menunjang mata pelajaran. Pengadaan sarana dan prasarana untuk memungkinkan terlaksananya proses pembelajaran,
seperti pusat sumber belajar merupakan salah satu alternatif yang harus dikembangkan baik di sekolah, perguruan tinggi, maupun di lembaga
kemasyarakatan. Fasilitas tersebut harus disertai dengan pengaturan yang tertib dan benar-benar memberikan kemudahan untuk belajar Suparno, 2000.
2. Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau RTH adalah bagian dari ruang-ruang terbuka open spaces suatu wilayah yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi
endemik, introduksi guna mendukung manfaat langsung danatau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,
kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Ruang terbuka hijau memiliki kekuatan untuk membentuk karakter kota dan menjaga kelangsungan
hidupnya. Tanpa keberadaan ruang terbuka hijau di kota akan mengakibatkan ketegangan mental bagi manusia yang tinggal di dalamnya. Oleh karena itu,
perencanaan ruang terbuka hijau harus dapat memenuhi keselarasan harmoni antara struktural kota dan alamnya, bentuknya bukan sekedar taman, lahan kosong
untuk rekreasi atau lahan penuh tumbuhan yang tidak dapat dimanfaatkan penduduk kota Simond, 1983.
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1988, ruang terbuka hijau adalah bagian dari ruang terbuka kota yang didefinisikan sebagai
ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pada penghijauan tanaman atau tumbuhan secara alamiah maupun buatan budidaya tanaman seperti lahan
pertanian, pertamanan, perkebunan, dan lainnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan dikatakan bahwa Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu
kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.
Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi a bentuk RTH alami habitat liaralami, kawasan lindung dan b bentuk RTH
non alami atau RTH binaan pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman. Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi a
bentuk RTH kawasan areal, non linear, dan b bentuk RTH jalur koridor, linear. Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi
menjadi a RTH kawasan perdagangan, b RTH kawasan perindustrian, c RTH kawasan permukiman, d RTH kawasan pertanian, dan e RTH kawasan-
kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah. Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi a RTH publik, yaitu RTH yang
berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran
dan gedung komersial, taman hutan raya, hutan kota dan b RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat taman rumah
tinggal. Jenis-jenis RTH menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.01 tahun
2007 adalah : 1.
Taman kota 2.
Taman wisata alam 3.
Taman rekreasi
4. Taman lingkungan perumahan dan permukiman
5. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial
6. Taman hutan raya
7. Hutan kota
8. Hutan lindung
9. Bentang alam, seperti gunung, bukit, lereng dan lembah
10. Cagar alam
11. Kebun raya
12. Kebun binatang
13. Pemakaman umum
14. Lapangan olah raga
15. Lapangan upacara
16. Parkir terbuka
17. Lahan pertanian perkotaan
18. Jalur di bawah tegangan tinggi SUTT dan SUTET
19. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa
20. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian
21. Kawasan dan jalur hijau
22. Daerah penyangga buffer zone lapangan udara
23. Taman atap roof garden
Tujuan dibentuk atau disediakannya ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, antara lain untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan sebagai
pengaman sarana lingkungan perkotaan dan menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna bagi kepentingan manusia
INMENDAGRI No. 14 Tahun 1988. Maksud diselenggarakannya RTH menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 adalah untuk menjaga kelestarian
dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya dengan luasan yang harus direncanakan sebesar lebih kurang 25
dari luas wilayah. Menurut Purnomohadi 2006, RTH memiliki fungsi utama intrinsik yaitu fungsi bio-ekologis dan fungsi tambahan ekstrinsik yaitu fungsi
arsitektural, sosial dan ekonomi. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam
lingkungan perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang sehat dan manusiawi
RTH dibangun dari kumpulan tanaman atau vegetasi yang telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan rancangan peruntukkannya.
Lokasi yang berbeda seperti pesisir, pusat kota, kawasan industri, sempadan badan-badan air, dll akan memiliki permasalahan yang juga berbeda yang
selanjutnya berkonsekuensi pada rencana dan rancangan RTH yang berbeda. Jenis tanaman endemik atau jenis tanaman lokal yang memiliki keunggulan tertentu
ekologis, sosial budaya, ekonomi, arsitektural dalam wilayah kota tersebut menjadi bahan tanaman utama penciri RTH kota tersebut, yang selanjutnya akan
dikembangkan guna mempertahankan keanekaragaman hayati wilayahnya dan juga nasional.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mewujudkan rancangan, penanaman dan kelestarian RTH maka sifat dan ciri serta kriteria arsitektural dan
hortikultural tanaman penyusun RTH harus menjadi bahan pertimbangan dalam menyeleksi jenis-jenis tanaman yang akan ditanam. Beberapa kriteria umum
tanaman untuk ditanam di wilayah perkotaan antara lain: 1.
disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota 2.
mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal tanah tidak subur, udara dan air yang tercemar
3. tahan terhadap gangguan fisik vandalisme
4. perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang
5. tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural
6. dapat menghasilkan O
2
dan meningkatkan kualitas lingkungan kota 7.
bibitbenih mudah didapatkan dengan harga yang murahterjangkau oleh masyarakat
8. prioritas menggunakan vegetasi endemiklokal
9. keanekaragaman hayati
3. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau